Food/ HealthLifestyle

Diabetes Bisa Menjadi Penyakit Penyerta Dalam Kasus Positif Covid-19

44
×

Diabetes Bisa Menjadi Penyakit Penyerta Dalam Kasus Positif Covid-19

Share this article

LASAK.iD – Kasus positif covid-19 di tanah air mencapai angka ratusan ribu. Dimana kasus meninggal dunia menyentuh angka 5.765 per 11 Agustus 2020 pukul 00.48 WIB. Dibalik angka tersebut ternyata ada fakta menarik. Pakar kesehatan membeberkan bahwa penyebab kematian pasien positif covid-19, tak sepenuhnya disebabkan oleh virus. Namun ada penyakit bawaan yang menyertai.

Diabetes diketahui menjadi salah satu penyakit penyerta atau komorbiditas utama dari kasus positif dan kasus meninggal covid-19. Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per tanggal 4 Agustus 2020, diabetes menempati urutan kedua setelah hipertensi. Hal ini berarti penyandang diabetes akan lebih rentan mengalami perparahan bahkan menyebabkan kematian jika terinfeksi covid-19.

dr. Roy Panusunan Sibarani, SpPD-KEMD, FES; Endokrin mengatakan, “Apabila seseorang yang memiliki penyakit diabetes terpapar virus COVID-19, maka mereka memiliki potensi lebih besar untuk mengalami tingkat keparahan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan fluktuasi level gula darah dan kemungkinan adanya komplikasi diabetes lainnya”.

Kondisi ini membuat penyandang diabetes harus lebih waspada dan disiplin. Khususnya dalam menjaga kadar gula darah untuk berada dalam kisaran target atau rentang normal. Hal ini mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini dapat dicapai dengan kepatuhan dalam menjalankan pengobatan baik dengan obat oral maupun insulin, dan tetap berkonsultasi dengan dokter. Disiplin dalam mencegah komplikasi haruslah tidak hanya ketika pandemi covid-19. Ini juga harus dijalankan setiap saat agar penyandang diabetes dapat beraktifitas secara normal.

Kondisi saat ini membuat masyarakat cenderung takut untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. Dibuktikan dari survey yang dilakukan MarkPlus Industry Roundtable edisi ke-20, yang membahas institusi kesehatan selama covid-19. Berdasarkan hasil survei ada sekitar 71.8 persen masyarakat atau responden mengaku semakin takut, bahkan tidak pernah mengunjungi rumah sakit ataupun klinik sejak adanya covid-19.

Ketakutan masyarakat untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan ini dapat mengakibatkan pasien diabetes mengurangi kepatuhan dalam menjalankan pengobatan dan memeriksa kadar gula darahnya, sehingga apabila kepatuhan ini berkurang dan gula darah naik dari kisaran target, pasien diabetes berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi di masa depan walaupun tidak terinfeksi covid-19”, lanjut dr. Roy.

Sedangkan dr. Widyastuti, MKM, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan bahwa sebenarnya masyarakat tidak perlu takut untuk mengunjungi fasilitas kesehatan di masa pandemi ini asalkan mengikuti protokol kesehatan.

Walaupun di masa pandemi COVID-19, pengobatan diabetes tetap harus berjalan seperti biasa. Maka, penyandang diabetes tidak perlu takut pergi ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan atau berkonsultasi dengan dokter. Selama mereka memperhatikan protokol keselamatan atau yang kita sebut gerakan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan teratur, maka kesehatan dan keamanan dapat tetap terjaga”, ujarnya.

Diabetes berkaitan erat sekali dengan gaya hidup. Oleh karena itu, penyandang diabetes harus memperhatikan pola makan dan gaya hidup, melakukan olahraga yang tepat, serta mengecek kadar gula darah dengan teratur selama pandemi covid-19 ini. Penderita diabetes juga dianjurkan segera berkonsultasi dengan dokter apabila memiliki gejala yang mirip dengan flu, seperti demam, batuk dan kesulitan bernapas agar segera mendapatkan pertolongan yang tepat.

Osy, seorang penyandang diabetes mengungkapkan bahwa, “Memang pasti ada rasa ragu untuk pergi ke puskesmas atau rumah sakit di masa pandemi ini. Tapi saya mengerti betul bahwa saya sebagai penderita diabetes harus tetap sehat dan mengontrol kadar gula darah tetap dalam kisaran target dengan cara tetap berobat dan berkonsultasi dengan dokter. Karena yang kami hadapi adalah apabila terinfeksi COVID-19 dan gula darah tidak terkontrol, akibatnya COVID-19 akan menjadi lebih berat, di sisi lain apabila menghentikan konsultasi dengan dokter dan mengabaikan kontrol gula darah, walaupun kami di rumah saja dan terhindar dari COVID-19, risiko komplikasi yang akan membayangi. Oleh karena itu, saya tetap pergi kontrol ke rumah sakit, tentunya dengan mematuhi protokol keselamatan yang berlaku”.

Pengetahuan kesehatan terus digalakan khususnya di masa adaptasi kebiasaan baru ini. Seperti yang dilakukan Dinas Kesehatan DKI Jakarta senantiasa menyosialisasikan Gerakan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan sebagai protokol kesehatan mandiri untuk masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan kurva diabetes di Indonesia, terlebih di perkotaan seperti Jakarta, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Novo Nordisk bekerja sama dalam program Cities Changing Diabetes yang sudah dilakukan sejak beberapa tahun belakangan.