Review

Review: Kutukan Sembilan Setan, Teror Setan di Vila Angker

86
×

Review: Kutukan Sembilan Setan, Teror Setan di Vila Angker

Share this article

LASAK.iD – Film horror selalu memiliki tempat tersendiri di penikmat film tanah air. Sejak tahun lalu hingga semester pertama tahun 2023, film dengan genre horror masih menghiasi layar bioskop tanah air. Bahkan beberapa judul mendapat predikat sebagai film box office.

PIM Pictures bersama Dynamic Pictures mencoba peruntungan yang sama dengan merilis karya terbaru ber-genre horror berjudul Kutukan Sembilan Setan. Film berdasarkan kisah nyata Very Barus, yang juga menulis filmnya bersama dengan Tisa T.S. disutradarai oleh Arie Azis.

Sesuatu yang memberikan value lebih filmnya untuk membuat penonton seperti terbawa pada cerita aslinya. Seringnya juga, cerita yang dihadirkan menjadi relate dengan orang banyak karena memiliki cerita yang hampir serupa.

Baca juga: Jelang Shooting Cast & Crew Film Kutukan 9 Setan Gelar Tumpengan

Dikatakan oleh Tisa T.S., ia tidak banyak mengubah dari kisah asli Very Barus. Hanya sebagai kebutuhan hiburan di antara persahabatan Verdy (Fandy Christian), Lia (Denira Wiraguna), Sarah (Frisly Harlind), Devon (Ajil Ditto) dan Miko (Joshua Suherman) menyelipkannya dengan bumbu romance.

Aku cukup memahami aja apa yang beliau alami karena bagaimana pun ini berdasarkan kisah nyata. Jadi ada sisi original yang memang aku ngga boleh utak-atik. Paling aku cuma menambahkan sebagai kebutuhan visual, jadi dalam durasi 99 menit apa yang dialami Very bisa disampaikan secara visual, dari tempo cerita, struktur, dialog dan lainnya harus memihak penonton. Apalagi permintaan produser ada bumbu romance, yang menjadikannya bukan sekedar hiburan tetapi juga menjadi tuntunan. Ada etika persahabatan yang bisa relate dengan masyarakat“, ungkap Tisa T.S..

Kutukan Sembilan Setan untuk Agustinus Sitorus sebagai produser menjadi film rilisan perdana untuk genre horror, meski film ini bukan yang pertama diproduksi dari PIM Pictures dan Dynamic Pictures. Projek pertama justru berjudul Marsha yang juga dilakukan bersama  Frisly Harlind.

Sebenarnya ini bukan film horror pertama yang ingin diproduksi oleh PIM Pictures sama Dynamic. Justru projek yang mau kita laksanakan itu dengan Prisly untuk projek Marsha. Cuma kita punya timeline dahulukan Kutukan Sembilan Setan jadi film pertama yang launching di layar lebar”, kata Agustinus Sitorus.

Review

Kutukan Sembilan Setan dari sisi cerita jika tidak melihat dari kisah nyata penulisnya, filmnya menawarkan cerita yang mengingatkan dengan sejumlah film produksi luar dan juga tanah air. Dengan menawarkan alur dan sensasi yang juga sama sebagai haunted horror story.

Dengan penggambaran sejumlah orang yang mendapatkan teror dari sosok tak kasat mata pada rumah atau bangunan. Seringnya juga bukan diceritakan secara gamblang tetapi penulis akan bermain dengan plot twist sebagai unsur kejut ke penonton.

Hal serupa yang juga ditawarkan Kutukan Sembilan Setan, jelas terlihat pada misteri dibalik karakter antagonis atau hantu yang juga memiliki hubungan kuat dengan bangunannya, atau memiliki berketerkaitan satu sama lain.

Sesuatu yang ditawarkan Kutukan Sembilan Setan untuk penikmat film sebagai sebuah plot twist. Untuk sebuah penjelasan atas keterkaitan teror, hantu dan rumah mungkin terjawab. Namun, untuk menjadi sebuah unsur kejut masih kurang greget untuk penonton.

Terutama pada adegan akhir filmnya, yang menunjukkan perubahan wajah Verdy yang berubah menjadi salah satu dari hantu Belanda dari vila tengger. Tujuan penulis sepertinya untuk membentuk spekulasi di penonton bahwa filmnya akan hadir dengan sekuel-nya.

Cukup membuat penonton mengerutkan kening karena scene untuk menjelaskannya justru tidak ditampilkan. Ini menjadi cukup tiba-tiba dan membuat penonton bertanya-tanya akan cerita filmnya yang ingin dibawa ke arah yang seperti apa.

Chemistry yang dibangun kelima karakter utamanya pun masih belum pada titik maksimal. Sejak awal hingga akhir yang dirasakan chemistry yang klik hanya pada scene tertentu saja. Misalnya, scene pertengkaran kecil antara Miko, Sarah dan Devon saat dalam perjalanan.

Kutukan Sembilan Setan pun pada akhirnya tetap mengkhaskan film produksi PIM Pictures. Di mana, setiap filmnya akan kental untuk menonjolkan daerah yang menjadi bagian ceritanya. Hal yang juga terlihat pada film Kutukan Sembilan Setan, yang memperlihatkan keindahan dari Bromo.

Ini juga bukan sesuatu yang keliru karena penulis bebas untuk bereksperimen dan berekspresi dalam tulisannya. Hanya saja, di film Kutukan Sembilan Setan penempatan dan eksekusi untuk hal ini kurang tepat dengan benang merah filmnya.

Kecuali, penulis justru menyelipkan plot twist lainnya saat kelima karakternya tengah menikmati keindahan Bromo. Masuk akal saja ketika sedang healing dari teror tetapi muncul teror yang sama namun di tempat yang berbeda.

Tanpa mengenyampingkan kualitas penulis di Indonesia, banyak dari mereka terutama ketika menulis untuk film horror, seringnya kurang spesifik untuk genre horror yang ingin dihadirkan. Jika sekedar di titik horror untuk membuat penonton bergidik merinding bisa hanya melalui jump scare.

Namun, beda halnya jika membawa turunan dari genre horror itu sendiri, seperti horror thriller, horror supranatural dan banyak lagi. Di mana akan lebih banyak adegan berdarah hingga banyak karakter yang dibuat terbunuh.

Kutukan Sembilan Setan sebenarnya lebih condong kepada horror thriller, namun terasa nanggung untuk penulis mengembangkan ceritanya. Seakan masih terbatasi dari ceritanya yang merupakan kisah nyata dari salah satu penulisnya.

Toh, membuat karakter protagonis-nya meninggal untuk memberikan kesan yang lebih creepy dan mengerikan yang mungkin bisa membuat filmnya lebih menarik. Adegan berdarah filmnya sebagai bagian dari thriller pun masih kurang untuk memberikan kesan tersebut. Lagi, sebagian besar penulis maupun rumah produksi masih terjebak pada horror yang menakut-nakuti saja.

Production company: PIM Pictures, Dynamic Pictures
Distributor: TGV Pictures
Cast: Fandy Christian (Verdy), Denira Wiraguna (Lia), Frisly Harlind (Sarah), Ajil Ditto (Devon), Joshua Suherman (Miko), Fadlan Holao (Narto), etc
Director: Arie Azis
Screenplay: Very Barus, Tisa T.S.
Producers: Agustinus Sitorus
Duration: 1 hours 37 minutes