ReviewCinema

Review: Civil War, Saat Sebuah Jepretan Foto Bicara Segalanya

501
×

Review: Civil War, Saat Sebuah Jepretan Foto Bicara Segalanya

Share this article

Civil War menjadi karya terbaru dari Alex Garland yang terinspirasi dalam menulis akan peristiwa panjang pandemi.

LASAK.iD – Film memiliki ruang yang luas untuk bercerita tentang banyak hal, mulai dari yang receh hingga serius. Ada yang mengusung tema cukup umum dan yang lainnya bermain di lingkaran yang berbeda dengan tema yang lebih spesifik. Film dengan tema cerita tentang sisi profesi jurnalis misalnya, seperti yang dilakukan oleh Alex Garland, penulis sekaligus sutradara dari film berjudul Civil War.

Film dengan fokus cerita pada profesi jurnalis akan idealisme dan dedikasi tinggi pada profesi sekaligus tanggung jawab untuk memberikan kabar, berita tentang sebuah peristiwa pada publik dunia. Sesuai dengan judul dan garis besar ceritanya, Civil War membawa kisah Lee Smith (Kirsten Dunst), seorang fotografer perang sebagai jurnalis foto yang berjuang mencapai Washington, D.C..

Lee bersama dengan rekannya Joel (Wagner Moura), berniat untuk mewawancarai dan memotret presiden sebelum kota itu jatuh. Mentor dari Lee yang juga seorang jurnalis senior, Sammy (Stephen McKinley Henderson) turut dalam perjalanan dengan segala pertimbangan. Hanya saja, yang tidak terduga keberadaan Jessie, jurnalis foto baru juga berada dalam rombongan.

Lee sempat marah dengan rekannya Joel, karena Lee tahu dengan ambisi besar Jessie bisa membawa hal baik atau justru bahaya besar tidak hanya untuknya tetapi semua yang ada dalam grup tersebut. Jurnalis foto pemula dengan ambisi namun secara bersamaan ada banyak celah kecerobohan. Lee melihatnya sejak bertemu dengan Jessie di lokasi kerusuhan antara warga sipil, yang sempat terjadi aksi bom bunuh diri.

Keempat melakukan perjalanan sepanjang ratusan mil untuk mencapai D.C., dengan melewati beberapa daerah yang juga terjadi perang saudara. Bahkan ada juga daerah yang tidak ingin turut andil dalam konflik politik yang terjadi yang membuat penduduk kota tersebut menjalani kegiatan seperti sedia kala.

Joel yang malam harinya mabuk berat ternyata mengatakan rencana mereka kepada jurnalis lainnya, Tony (Nelson Lee) dan Bohai (Evan Lai). Tentu hal itu membuat keduanya mampu menyusul mereka di sebuah tengah perjalanan. Tony dan Bohai yang dikenal cukup nyeleneh membuat sedikit kegaduhan yang sebenarnya membuat Lee gusar.

Betul saja, tak lama mobil yang keduanya kendarai dibajak oleh beberapa orang dengan seragam tentara dan senjata laras panjang. Sayangnya, yang ada di mobil tersebut bukanlah Tony melainkan Jessie, yang membuat Lee, Joel dan Sammy panik. Benar saja, Jessie dan Bohai terlihat siap di eksekusi di antara mayat-mayat yang juga siap untuk dikubur.

Para pemberontak yang mereka temui ternyata memang penjahat seutuhnya, itulah alasan Tony dan Bohai ditembak di tempat. Sedangkan, lainnya seolah menunggu giliran, saat mereka sudah diujung tanduk, datanglah Sammy dengan kendaraan mereka dan menabrak para penjahat yang membuat mereka tewas.

Kawan lainnya dari penjahat melepaskan tembakan ke mereka yang ternyata salah satunya mengenai Sammy. Jarak Charlottesville yang cukup jauh dari lokasi mereka membuat Sammy tidak bertahan. Lee, Joel dan Jessie harus kehilangan teman mereka kembali dengan cara yang cukup menyakitkan.

Jeol yang sempat menyalahkan Lee, tertidur dalam keadaan mabuk, apalagi sebelumnya Joel mendapat kabar tidak menyenangkan dari jurnalis militer bahwa Western Forces (WF) bersiap menuju ke D.C. untuk mengeksekusi presiden. Lee, Joel dan Jessie berhasil mencapai D.C. bersama dengan Western Forces.

Baku tembak pun tidak terhindarkan, Jessie yang penuh ambisi namun ceroboh nyaris membuat dirinya kehilangan nyawa. Keberanian yang didapatkannya setelah melihat rangkaian kejadian berdarah dan sadis di depan matanya. Membuatnya mulai tegar dan berani mengangkat senjatanya, yaitu kamera. Hanya saja, pengalaman yang nyaris tidak ada membuatnya bertindak sesuai naluri namun tidak melihat resiko yang bisa didapatkan.

Sejak sampai di tujuannya, Lee justru kehilangan keberanian, raut ketakutan terlihat diwajahnya yang mengisyaratkan ada trauma besar yang dialami. Membuatnya tidak kuasa untuk mengangkat kamera untuk memotret baku tembak dan suara ledakan yang tak henti. Sampai satu momen, Lee menyadari bahwa presiden belum keluar dari kediamannya di gedung putih memutuskan masuk kembali bersama Joel dan Jessie.

Tentara yang menyadari segera menyusul, benar saja presiden belum keluar dari gedung dan bersembunyi di sebuah ruangan di gedung tersebut. Baku tembak kembali terjadi antara tentara dan pengawal presiden. Lee yang kembali kepada dirinya mulai memotret dengan intuisi dan menghasilkan foto dengan sudut yang luar biasa.

Di sini, Jessie dengan pengalamannya yang minim justru membuat mala petaka lainnya. Lee tertembak ketika menolong Jessie yang dengan berani dan ceroboh berdiri di tengah baku tembak, dengan posisi terbuka yang membuat pengawal presiden dengan mudah melancarkan tembakan.

Pada akhirnya, wawancara dan foto presiden seperti yang diinginkan Lee didapatkan, walau yang melakukannya justru Jessie. Anak bawang yang secara tidak langsung murid tidak terencana Lee selama perjalanannya ke D.C..

Review

Film dystopian fiction, secara harfiah merupakan sub-genre fiksi spekulatif yang mengeksplorasi struktur sosial dan politik. Namun, secara latar cerita filmnya sesuai dengan keinginan besar pengarang atau penulis, memiliki berbagai atribut realitas lain yang dimaksudkan untuk menarik pembaca.

Ini yang dilakukan Alex Garland untuk karya terbarunya berjudul Civil War. Garland mengambil berbagai kejadian yang sebenarnya pernah terjadi di Amerika, tentang perang sipil karena adanya kepentingan politik. Kali ini, bukan juga mengambil sudut pandang karakter utama dari mereka warga sipil atau mereka para politikus, melainkan dari sudut pandang jurnalis.

Menariknya, Garland pun tidak mengambil dari sudut pandang jurnalis yang berbicara lewat tulisan tetapi berbicara dari hasil jepretan foto. Membuat lebih dramatis, hasil fotonya pun digambarkan dengan nuansa hitam putih yang membuat pesan ceritanya benar-benar sampai ke penonton.

Pada bagian ini dari cerita pun tergambarkan, tentang jurnalis terutama jurnalis perang. Bagaimana dedikasi dan tanggung jawab menjadi utama untuk memberikan sebuah informasi kepada publik. Meski karakter itu sendiri memiliki rasa trauma akan darah, mayat dan suara tembakan. Ini tergambarkan pada karakter Lee Smith, sedangkan karakter Jessie pun mewakili kesoktahuan dan ambisi dari mereka para pemula yang kurangnya pengalaman.

Untuk mereka yang bekerja di dunia media hal yang disajikan dalam Civil War sebagian besar memang hal yang cukup related dengan kehidupan para pejuang informasi. Pada sisi ini memang menjadi hal menarik dari filmnya, termasuk drama yang tercipta antara keempat karakter selama perjalanan ratusan mil menuju D.C..

Hanya saja, ada poin konflik yang tidak tersampaikan secara utuh terutama yang menjadi pemicu pecahnya konflik perang sipil sesuai dengan judulnya Civil War. Seperti diketahui sebuah konflik tentu ada sebab dan akibat di dalamnya. Pada poin akibat, mungkin bisa dikatakan penonton menerima hampir secara utuh tetapi hanya sekitar 50 persen akan sebab dari konfliknya.

Ini menjadi sebuah plot hole dari cerita filmnya, yang membuat filmnya tidak 100 persen terjahit utuh. Meski begitu, bukan juga film yang tidk nyaman untuk dinikmati. Ini karena apa yang dihadirkan keempat karakter utamanya, Lee, Joel, Sammy dan Jessie mampu membawa nyawa untuk filmnya.

Bahagia, sedih, kesal, gregetan hingga selintingan komedi mampu dihadirkan keempat karakter selama adegan perjalanan yang panjang menggunakan kendaraan yang di desain sesuai profesi mereka sebagai jurnalis.

 

Production company: DNA Films, IPR.VC
Distributor: A24
Cast: Nick Offerman (President), Kirsten Dunst (Lee Smith), Wagner Moura (Joel), Jefferson White (Dave), Nelson Lee (Tony), Evan Lai (Bohai), Cailee Spaeny (Jessie), Stephen McKinley Henderson (Sammy), Vince Pisani (Concierge), Justin James Boykin (American Soldier (Middle East)), Jess Matney (Checkpoint Soldier), Greg Hill (Pete), Edmund Donovan (Eddie), etc
Director: Alex Garland
Screenwriter: Alex Garland
Producers: Andrew Macdonald, Allon Reich, Gregory Goodman
Duration: 1 hours 49 minutes

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
pilllow
7 months ago

I have been surfing online more than 3 hours today yet I never found any interesting article like yours It is pretty worth enough for me In my opinion if all web owners and bloggers made good content as you did the web will be much more useful than ever before

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x