Film

Martabak Bangka Hadirkan Plot Twist Dan Pemain Asli Bangka Belitung

111
×

Martabak Bangka Hadirkan Plot Twist Dan Pemain Asli Bangka Belitung

Share this article

LASAK.iD – Satu lagi film produksi Indonesia yang mengambil latar daerah. Sebelumnya kita sempat disajikan tontonan film berlatar daerah dan budaya di Jawa Tengah. Kali ini sedikit berbelok ke arah pulau di barat Indonesia, yaitu Sumatera. Film yang di produksi oleh PT Bersahaja ini mengambil latar kehidupan masyarakat di Bangka Belitung melalui media makanan Hok Lo Pan atau yang masyarakat Indonesia dengan nama martabak.

Film yang dibintangi Ramon Y. Tungka bersama Ario Astungkoro ini tidak sekedar menceritakan dari sisi makanan Hok Lo Pan atau martabak. Penonton juga dimanjaka dengan keindahan, kebudayaan serta rasa toleransi sebagai umat beragama dari Bangka Belitung dalam balutan drama percintaan, keluarga hingga persahabatan.

Hal tersebut terlihat sepanjang 115 menit film diputar pada gala premiere Jum’at (26/4/2019) lalu di kawasan Pondok Indah, Jakarta. Film yang di sutradarai oleh Eman Pradipta memang akan ditayangkan secara komersil di bioskop tanah air. Sayangnya pada press conference setelahnya, baik pemain maupun tim produksi belum membocorkan kapan pastinya film berjudul Martabak Bangka resmi tayang.

Pemain Asli Masyarakat Bangka Belitung

Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman dan Istri saat menghadiri gala premiere Martabak Bangka di Pondok Indah, Jakarta

Kalau berbicara nama besar Ramon Y. Tungka yang berperan sebagai Jaya pastinya tidak usah diragukan lagi untuk kapasitasnya sebagai seorang aktor. Meski belum banyak berperan dalam film layar lebar, lawan main Ramon yang berperan sebagai Asep (Ario Astungkoro) bisa dikatakan satu step di atas dari sebagian besar pemain dari film Martabak Bangka yang merupakan warga asli Bangka Belitung.

Seperti yang diungkapkan Ramon dan Eman sebagai sutradara, film ini memang 90 persen pemainnya berasal dari Bangka Belitung. Tidak heran jika dari mereka masih terlihat “kaku” dari pengucapan dialog maupun bloking kameranya

Memang tidak salah karena siapa saja bisa menjadi aktor dan aktris, hanya saja masa reading untuk akting masih belum cukup jika ingin menampilkan mereka di layar lebar. Meski Ramon mengungkapkan dirinya membantu mereka selama proses produksi, baik dari segi akting maupun semangat. Hal tersebut sepertinya masih belum cukup, melihat hasil akhir dari film ini.

Meski begitu para pemain yang langsung berasal dari Bangka Belitung, diungkapkan kembali oleh Ramon memiliki etitude yang pantas diacungkan jempol. Menurutnya tidak seperti kebanyakan aktor dan aktris saat ini termasuk dirinya dan kebanyakan pendatang baru. Mereka (pemain dari Bangka Belitung) sangat menghargai sebuah proses. Para pemain selalu hadir sebelum set selesai, bahkan melihat prosesnya hingga selesai. Mereka bukan hanya sekedar duduk manis dan menunggu gilirannya tiba.

Cukup menjadi tantangan untuk seorang Ramon, namun dalam Martabak Bangka, dirinya mengakui senang bisa berbagi ilmu dan pengalaman selama menjadi aktor dengan pemain asal Bangka Belitung. Yang terbilang sebagai pendatang baru di industri perfilman dan mungkin memiliki kesempatan menjadi aktor dan aktris besar kedepannya.

Sedangkan lawan mainnya, Asep yang diperankan Ario Astungkoro sangat berhasil memerankan karakter sebagai orang Bandung. Logatnya sebagai orang Sunda sangat konsisten sejak awal hingga akhir. Apalagi perannya sebagai sosok polos yang mengundang tawa sekaligus menjengkelkan di beberapa scene cukup berhasil.

Ario Astungkoro sebenarnya jauh lebih beruntung, karena sebelumnya memiliki pengalaman bermain dalam sebuah film walau bergenre horor. Dimana dalam film tersebut banyak nama besar mulai dari sutradara hingga para pemainnya. Tidak heran pengalaman itu membuat dirinya cukup berhasil memerankan karakter Asep.

Ada hal menarik dari film Martabak Bangka loh, sosok Gubernur Erzaldi Rosman dan istri ternyata sempat muncul dalam film yang di produseri Okie Fikri tersebut. Meski hanya satu scene saja namun menunjukan dukungan daerah pemerintah daerah Bangka Belitung akan perfilman tanah air lewat film Martabak Bangka.

Sinopsis

Kembali ke cerita dari Martabak Bangka, bermula dari Jaya (Ramon) yang merupakan karyawan sebuah Kedai Martabak Bangka yang dihadapkan dengan pilihan mempertahankan resep warisan atau mengikuti keinginan dari Laras (Gabriella Desta) untuk menjualnya kepada pengusaha bernama Parman, sepeninggalan dari Koh Acun.

Merasa sebuah amanah, Jaya tetap mempertahankan Kedai Martabak Bangka milik Koh Acun meski dengan resiko kehilangan seorang kekasih. Hal lain yang penting untuknya adalah membawa abu kremasi dari Koh Acun kepada keluarganya di Bangka Belitung.

Perjalanan Jaya ke Bangka Belitung pun dimulai bersama dengan sahabatnya, Asep. Sesampainya disana Jaya dan Asep sempat mendapatkan kesulitan mencari keluarga dari Koh Acun. Selain hanya bermodalkan nama Koh Acun atau Theo Alamsyah dan pekerjaan yang digeluti sebagai penjual Hok Lo Pan.

Apalagi sebagian dari masyarakat di Bangka Belitung merupakan keturunan Tionghoa dan memiliki nama marga, yang terkadang mereka hidup bersama di suatu daerah sesuai nama marga mereka. Tidak menyerah, Jaya dan Asep bahkan mencari hingga ke pesisir pantai sesuai info yang didapatkan dari pemilik penginapan, pedagang di pasar hingga tetua adat.

Sebenarnya Jaya dan Asep sempat bertemu dengan keluarga dari Koh Acun, mulai dari adiknya di sebuah klenteng hingga keponakan dan kekasih dari Koh Acun di sebuah rumah makan. Tak patah arang, bermodalkan motor klasik yang dipinjamkan pemilik penginapan Jaya dan Asep tetap melanjutkan kembali sambil mengikuti petunjuk yang didapatkan.

Mereka berdua pun samapi mengunjungi Pantai Batu Bedaun yang ada dalam foto peninggalan Koh Acun. Yang ternyata pantai tersebut memiliki sejarah dengan kekasihnya dahulu. Dari situ Jaya dan Asep mendapatkan petunjuk yang lebih jelas tentang masyarakat Tionghoa bermarga The tinggal.

Sampai pada titik dimana mereka bertemu dengan salah satu warga yang membawa mereka kepada tetua adat yang mengenal banyak orang dan memberikan petunjuk bahwa foto yang ditunjukan adalah Koh Acun. Tetua adat pun mengatakan bahwa itu adalah Koh Acun, paman dari pemilik rumah makan yang sempat mereka singgahi.

Meski mengetahui keberadaan keluarga Koh Acun, pil pahit harus mereka terima kembali. Saat itu Tedjo (adik dariKoh Acun) tidak mengakui bahwa Koh Acun adalah keluarganya. Rasa sakit yang terpendam masih menjadi bayang-bayang dirinya, karena ditinggalkan Koh Acun mengadu nasib di Jakarta.

Anak dari Koh Acun, merasa kasihan dengan Jaya, apalagi pertengkaran hebat dengan sahabatnya, Asep menambah beban untuknya. Keponakan Koh Acun mencoba membantu Jaya dengan berbicara dengan ayahnya dan menjelaskan niat baik dari Jaya.

Meski diyakinkan Tedjo tetap keras kepala dan tidak mengakui Koh Acun sebagai keluarga. Mendengar hal tersebut kekasihKoh Acun pun merasa Tedjo tidak adil karena selama ini dirinya juga menderita dalam penantian yang tidak berujung hingga diujung hayat dari Koh Acun.

Sebelumnya, saat bertemu dengan Jaya di restoran dan menyebutkan nama Koh Acun, kekasih Koh Acun sebenarnya sudah merasa bahwa itu adalah orang dikenalnya sejak lama. Tahu sudah dalam bentuk abu, kekasih Koh Acun mencoba untuk menahan kesedihan.

Sejak saat itu dia memerintahkan orang untuk mengambil abu kremasi dari Jaya. Bahkan mencoba membuat seolah guci abu kremasi dari Koh Acun dicuri di penginapan padahal dilakukannya saat Jaya menginap di restoran milik keponakan Koh Acun.

Sama dengan kabanyakan film drama, Martabak Bangka pun berakhir dengan happy ending. Jaya tetap melanjutkan Kedai Martabak Bangka milik Koh Acun, Tedjo sudah bisa menerima keadaan dan memaafkan alasan Koh Acun meninggalkan Bangka saat muda. Tedjo tergugah setelah membaca surat yang ditinggalkan Koh Acun. Surat yang mengisyaratkan kesedihan, kesepian dan penyesalan Koh Acun selama ini.

Sedangkan kekasih Koh Acun merasa sedih karena kehilangan untuk selamanya, namun setidaknya dia bisa bersama dengan Koh Acun meski sudah berbentuk butiran abu. Dan membawa bersamanya untuk kembali mengenang masa pacaran mereka di Pantai Batu Bedaun.

Plot Twist Yang Membingungkan

Martabak Bangka sebenarnya memiliki cerita yang kuat, namun plot twist yang coba dihadirkan oleh penulis dari film ini cukup membuat bingung. Mungkin buat kalian yang bukan seorang penulis akan kebingungan tentang apa sih plot twist itu.

Beberapa contohnya sering kita lihat pada film produksi hollywood, salah satu contoh pada film Ocean Eight yang dibintangi Sandra Bullock. Sejak awal hingga pertengahan penonton sengaja dibuat untuk menduga bahkan bisa menebak akan seperti apa ending dari filmnya. Namun menjelang akhir “boom” cerita sedikit berbelok dan membuat ekspektasi penonton akan filmnya akan berbeda.

Penulis dan sutradara sepertinya ingin membuat efek kejut semacam itu ke dalam Martabak Bangka. Namun sayang masih belum pada titik berhasil. Tidak ada yang salah dari belum berhasilnya tim produksi, namun film dengan plot semacam ini harus lebih dibuat lebih matang dalam persiapannya.

Meski Eman Pradipta selaku sutradara mengatakan plot twist yang coba dibuat dalam Martabak Bangka sebagai “pancingan” untuk film keduanya nanti. Hal tersebut patut diacungkan jempol, karena semakin kesini penulis hingga sutradara tanah air mulai berani lagi mengeksplor tentang sebuah cerita akan dibuatkan seperti apa agar menarik. Walau masih harus lebih bekerja keras lagi pastinya. Semoga kedepannya hal tersebut terjadi dan membuat penikmat film lebih sering menikmati film hasil senias Indonesia yaa.

Setidaknya dari film ini juga kita bisa melihat keragaman budaya dan agama yang saling bertoleransi satu sama lain. Dan saling hidup berdampingan seperti yang terlihat dalam salah satu scene dimana Masjid dan klenteng saling berdiri berdampingan.

(Sarah)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x