Review

Review: Last Night in Soho, Imajinasi Liar Lainnya Dari Edgar Wright

143
×

Review: Last Night in Soho, Imajinasi Liar Lainnya Dari Edgar Wright

Share this article

LASAK.iD – Ingin tontonan berbeda di November ini, Last Night in Soho mungkin bisa menjadi pilihan. Film karya sutradara Edgar Wright, Last Night in Soho menawarkan tontonan yang berikan kejutan untuk penikmatnya. Kenapa dikatakan demikian, alasan jelasnya film ini merupakan nafas baru dalam karya Edgar Wright.

Jika melihat karya dari Edgar Wright sebelumnya, seperti Shaun of the Dead hingga Baby Driver. Edgar lebih banyak menampilkan sepenuhnya film action atau action-comedy. Di Last Night in Soho, Edgar mengusung genre dengan unsur drama, psychological, horror, thriller hingga mystery didalamnya.

Perpaduan Apik

 

Salah satu poin yang menjadi alasan film ini layak ditonton adalah perpaduan yang pas antara latar masa kini dengan era 60-an, yang ditunjukan melalui 2 karakter utamanya. Di mana Eloise “Ellie” Turner (Thomasin McKenzie) membawa suasana London di masa kini dan Sandie (Anya Taylor-Jor) di era 60-an.

Edgar Wright membawa penonton menikmati dua era berbeda dalam satu garis yang sama. Perpindahan yang halus dari sisi editing ditambah musik latar dan sound effect yang menguatkan hal tersebut. Banyak momen yang membuat penonton lebih terbawa ke era 60-an dibandingkan masa kininya.

Ditambah dengan Edgar Wright yang sukses mendapatkan pemain yang wajahnya cukup identik dengan tahun 60-an pada kedua pemainnya, Thomasin McKenzie dan Anya Taylor-Jor. Apalagi keduanya memiliki banyak kemiripan.

Sinematik dan Plot Twist Menarik

Cerita dalam Last Night in Soho sebenarnya tidak terlalu istimewa. Penyajian yang sinematik di banyak bagian serta plot twist menjadi pembeda yang signifikan dari Last Night in Soho. Permainan imajinasi dari sang sutradara, Edgar Wright yang disalurkan dalam Last Night in Soho membuat sebagian besar penonton berdecak kagum.

Imajinasi liar Edgar Wright yang dipadupadankan dengan teknik kamera dan editing seakan membawa penonton ke dimensi lain, ketika karakter Ellie terasa begitu nyata berperan sebagai Sandie di kehidupan lampau yang direfleksikan pada media kaca.

Ditambah plot twist yang disajikan jelang seperempat akhir filmnya, mampu membuyarkan semua prediksi penonton tentang ending filmnya. Plot yang tidak tertebak, plot yang mengejutkan, plot yang ambyar sangat menggambarkan film Last Night in Soho karya Edgar Wright.

Kedua hal yang dibuat dalam hubungan kuat, selain cerita itu sendiri. Edgar Wright dalam Last Night in Soho juga melibatkan sinematografi dalam memperkuat unsur plot twist-nya.

Keterkaitan yang membuat Last Night in Soho menjadi salah satu film yang membuat penontonnya mikir, tentang sinematografi (adegan per adegan) maupun cerita dari filmnya itu sendiri, khususnya untuk bagian ending filmnya.

Spekulasi Dari Karakter Menggantung

Setiap karakter memiliki peranannya masing-masing untuk menguatkan cerita. Begitu juga dalam film Last Night in Soho. Hanya saja ada satu karakter yang mengganjal dan menjadi tanda tanya besar untuk penonton, yaitu Aimee Cassettari/ Eloise’s (Ellie) Mother. Karakter yang hanya muncul di awal dan akhir filmnya, yang terefleksi di cermin.

Kemunculan dengan minim penjelasan memunculkan berbagai teori dan spekulasi yang bercabang di penonton. Mulai dari bunuh dirinya Aimee Cassettari karena mengalami kejadian yang sama dengan Ellie. Atau sebenarnya Aimee Cassettari sejak awal sudah mengarahkan Ellie untuk ke London dengan menyodorkannya hal-hal menyangkut tahun 60-an dan menyelesaikan apa yang sudah dimulainya dahulu. Itulah yang menyebabkannya dibunuh oleh Ms. Collins karena mengetahui kejadian kelam di masa lalu dirinya.

Entah ini sebuah kesengajaan dari Edgar Wright sebagai sutradara atau kehadiran Aimee Cassettari sekedar pengantar di awal bahwa Ellie memiliki kemampuan khusus untuk melihat arwah.

Alur Cerita

Last Night in Soho dari Edgar Wright akan membawa kita pada kisah Eloise “Ellie” Turner (Thomasin McKenzie), sosok gadis desa biasa penyuka musik dan mod Swinging Sixties, yang ingin menjadi perancang busana. Kehidupannya pun tidak ada yang istimewa, namun Ellie memiliki kemampuan untuk melihat arwah, yang diwarisi dari sang ibu.

Bahkan lebih jauh, kemampuannya itu bisa membuat Ellie melihat lebih dalam tentang kehidupan seseorang di masa lalunya. Bermula ketika dirinya diterima di London College of Fashion dan harus tinggal di asrama. Memiliki teman sekamar yang membuatnya tidak nyaman, yaitu Jacosta (Synnove Karlsen). Rencana kehidupan Ellie di London sedikit buyar yang membuatnya harus pindah.

Ellie memutuskan menyewa kamar di Goodge Street milik Ms. Collins (Diana Rigg) dari selebaran yang didapatkannya di kampus. Ellie pun langsung mengiyakan karena dekorasi yang membawanya ke era 60-an yang sangat disukainya.

Keputusan yang membuatnya mencari pekerjaan paruh waktu di sebuah bar. Disinilah dia bertemu sosok pria tua yang memiliki getaran yang sama dengan sosok yang hadir dalam kehidupan Sandie di tahun 60-an. Sosok pria berammbut putih yang dilihatnya ketika menikmati suasana setibanya di London.

Baru malam pertama, dihantarkan dengan musik khas 60-an, kemampuan Ellie membawanya pada era tersebut melalui visual dari seorang wanita cantik yang diketahui bernama Sandie (Anya Taylor-Jor). Memiliki paras cantik dan suara memukau, Sandie berambisi kuat untuk menjadi sorotan banyak orang. Gambaran yang dirasakan sama dengan dirinya.

Awal baik yang membawa Ellie pada kepercayaan diri dengan jati dirinya yang jatuh cinta dengan mod Swinging Sixties. Figur Sandie pun menjadi inspirasi yang dituangkan Ellie pada rancang bajunya, yang membuatnya dapat pujian banyak orang, terkecuali temannya Jacosta.

Kepergian cucunya ke London memunculkan kekhawatiran sang nenek. Atas kemampuan yang tidak biasa yang dimiliki cucunya tersebut. Terbukti, ketika Ellie terlena terlalu jauh. Hal yang awal dipikirannya baik seketika berubah saat sosok Sandie yang dikaguminya tak seperti dugaannya. Keterikatan Sandie dengan Jack (Matt Smith) yang menjadi manager sekaligus pacarnya membuat goyah pendiriannya, yang akhirnya terlena dalam ambisinya untuk menjadi bintang.

Berujung pada hal yang sebenarnya Sandie tidak ingin lakukan bersama pria hidung belang. Perubahan yang juga berpengaruh kuat pada Ellie di kehidupan nyata. Alam bawah sadar Ellie membawanya ke titik di mana dirinya melihat siratan adegan pembunuhan yang dilakukan Jack (Matt Smith) kepada Sandie dikamar tersebut.

Kejadian yang membuatnya terus dihantui rasa ketakutan setiap hari, yang berakibat pada krisis kepercayaan diri pada Ellie. Hingga membuatnya melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada polisi. Sempat dianggap gila dan tak masuk akal, namun polisi wanita yang menginterogasinya meyakinkan Ellie dengan memberikan petunjuk yang lebih jelas, seperti sebuah nama.

Ellie yang penasaran akhirnya memberanikan diri bertanya kepada Ms. Collins namun ditanggapi dingin. Tak ingin terus dihantui, Ellie dibantu oleh John mencari kasus tersebut dari berkas yang tersimpan di perpustakaan. Kehadiran Ellie yang sudah diketahui para arwah membuatnya terus dikejar. Ketakutan yang membuatnya nyaris menusuk temannya Jaconta dengan gunting yang selalu dibawanya.

Berlari dalam ketakutan, membuat Ellie sadar dengan kata-kata “u know where to find me” yang selalu dikatakan Sandie, yang menjadi petunjuk untuknya. Saat mengejar bayangan dari Sandie dirinya diarahkan kepada sosok pria tua yang sebelumnya sempat dia temui. Dan beranggapan bahwa pria tua tersebut adalah Jack, manager yang membunuh Sandie di masa lalu.

Saat mengejarnya, pria tua tersebut ternyata memasuki bar tempatnya bekerja. Diselimuti rasa takut, Ellie memberanikan diri bertanya, tidak mendapat jawaban yang diinginkan. Ellie kembali mengejarnya sampai keluar dari bar.

Tanpa diduga pria tua tersebut ditabrak sebuah taksi dan mengalami luka parah. Di saat itulah Carol (Pauline McLynn), pemilik bar tempatnya bekerja memberitahukan bahwa pria tua tersebut adalah seorang mantan penyelidik di tahun 60-an bernama Leslie (Terence Stamp).

Ellie kemudian menyadari bahwa pria tua tersebut adalah sosok polisi (Sam Calflin) yang dalam penglihatannya sempat berbicara dan menyarankan untuk keluar jalan hidup yang dijalanii Sandie saat itu. Rasa bersalah membuatnya ingin kembali ke desa.

Saat ingin kembali ke kediaman Ms. Collins, dirinya bertemu dengan John untuk meminta bantuannya. Sesampainya di sana, Ellie bertemu dengan Ms. Collins yang sebelumnya sempat didatangi polisi wanita dan menanyakan perihal dirinya dan kejadian yang dimaksudkan oleh Ellie.

Saat itulah Ms. Collins menyadari kejadian yang sempat ditanyakan oleh sebelumnya adalah menyangkut kejadian masa lalu dirinya yang kelam. Ellie pun akhirnya menyadari siapakah Ms. Collins yang sebenarnya. Ms. Collins yang mengetahui hal tersebut pun tak ingin rahasianya terbongkar dan akhirnya mendekam di penjara.

Jiwa jahatnya pun muncul kembali, tidak membunuh Ellie dengan cara yang sama. Ms. Collins menggunakan cara halus dengan mencampur teh milik Ellie dengan racun. John yang menyadari ada yang tidak beres, memutuskan untuk mengecek keadaan Ellie.

Sayangnya, John harus menerima tusukan dari Ms. Collins yang membuatnya jatuh pingsan. Ellie yang berhasil bangkit mencoba menolong namun sudah terlambat. Masih dalam pengaruh racun, Ellie pun coba menyelamatkan diri dengan berlari ke kamar yang disewanya.

Disinilah semua arwah yang sebelumnya menghantuinya, ternyata hanya ingin meminta bantuan untuk membebaskan mereka dari penderitaan selama berpuluh tahun. Terkurung dalam rasa dendam terhadap Sandie yang ternyata adalah Ms. Collins.

Saat berhasil masuk, Ms. Collins melihat semua arwah pria yang dibunuhnya dan dikuburkan diseluruh bagian dari kamar tersebut. Tak ingin berbuat kesalahan lagi di masa sekarang, Ms. Collins memilih untuk tetap tinggal dan terbakar bersama kenangan mengerikan terdahulunya.

Ellie yang dibiarkan hidup, berlari untuk membantu John untuk keluar dari rumah tersebut. Mereka pun berhasil diselamatkan oleh petugas pemadam yang mendobrak pintu. Keduanya pun kembali kekehidupan normal. Ellie pun berhasil dengan rancangan sebelumnya, di mana Sandie menjadi inspirasinya.

 

Production company: Film4 Production, Perfect World Pictures, Working Title Films, Complete Fiction Pictures
Distributor: Universal Pictures
Cast: Thomasin McKenzie (Eloise “Ellie” Turner), Anya Taylor-Jor (Sandie), Matt Smith (Jack), Diana Rigg (Ms. Collins/ older Sandie)Terence Stamp (Leslie/Silver Haired Gentleman), Rita Tushingham (Margaret “Peggy” Turner), Michael Ajao (John), Synnove Karlsen (Jacosta)
Director: Edgar Wright
Screenplay: Edgar Wright, Krysty Wilson-Cairns
Producers: Nira Park, Tim Bevan, Eric Fellner, Edgar Wright
Duration: 1 hours 56 minutes