Film

PFN Kembali Setelah Mati Suri Selama 26 Tahun

76
×

PFN Kembali Setelah Mati Suri Selama 26 Tahun

Share this article
Mohamad Abduh Aziz selaku Direktur Utama Produksi Film Negara

LASAK.ID – Berbicara tentang sejarah panjang perfilman tanah air, tidak lepas dari peranan perum yang bergerak dalam industri perfilman, PFN atau Produksi Film Nasional. PFN merupakan salah satu perintis industri film di Indonesia pada saat terbentuk.

Di awal berdiri, perusahaan ini bernama Java Pacific Film (JPF) yang didirikan oleh Albert Balink di Batavia pada tahun 1934. Bahkan selama kurun waktu lebih dari 40 tahun, JPF mengalami beberapa pergantian nama sebelum akhirnya menjadi PFN pada tahun 1975.

PFN sendiri lebih fokus memproduksi film cerita dan dokumenter, barulah setelah berpindah kepemilikan ke tangan pemerintah Indonesia saat itu, PFN lebih banyak meliput berita tentang peristiwa sejarah. Salah satunya peristiwa bersejarah bangsa Indonesia, momen dimana Presiden dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno-Hatta mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Sederet film yang di produksi bahkan menuai sukses, salah satunya Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (1982), yang merupakan film dokudrama propaganda anti-komunis, anti-PKI dan pro-Soeharto yang paling dikenal dan paling ditonton kala era Orde Baru di Indonesia. Hingga akhirnya PFN harus vakum selama 26 tahun sejak dua film terakhir yang di produksi, Surat untuk Bidadari dan Pelangi di Nusa Laut di tahun 1992.

Tahun 2019 ini menjadi kebangkitan bagi perum yang juga sukses memproduksi serial televisi Si Unyil. Sebagai awal, PFN memproduksi film drama keluarga yang menampilkan kebudayaan dari 2 negara sekaligus, Indonesia dan India.

Dipilihnya kota Jogja yang menampilkan Candi umat Budha terbesar di dunia memang bukan tanpa alasan. Seperti diungkapkan Mohamad Abduh Aziz selaku Direktur Utama Produksi Film Negara sebelumnya, Borobudur menjadi 1 dari 10 tujuan wisata prioritas yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Sedangkan negara India sendiri memiliki sejarah panjang dengan tanah air kita.

Beberapa pemain yang langganan bermain dalam film layar lebar, seperti Cut Mini, Ria Irawan, Dimas Aditya, Lala Karmela dan Dian Sidik. Tidak ketinggalan Sahil Shah yang berperan sebagai Vikash. Kuambil Lagi Hatiku begitu judul film yang menyajikan drama keluarga yang juga dibalut dengan unsur komedi khas dari anggota Srimulat yang ikut ambil bagian dalam film yang disutradarai Azhar Kinoi Lubis.

Sebagai perusahaan umum milik negara, PFN masih dalam koridor mereka untuk memproduksi film dengan menyisipkan kearifan budaya lokal dan ke-Indonesian.

“Bentuk approachnya pastinya akan disesuaikan, tetapi esensinya tetap sebagai perusahaan negara yang punya misi mengingatkan soal budaya, soal ke-Indonesiaan. Tapi bentuknya bisa komedi, horor, thriller, bisa apapun’, tegas Mohamad Abduh Aziz.

Saat ditanya terkait genre yang diambil untuk film pertama, Mohamad Abduh Aziz mengatakan,”Kita mau tetap relevan dengan zamannya, kata itu jadi kunci sekarang. Apalagi bicara kaum milenial, kalau ngga relevan ya ditinggal.”

Selain film Kuambil Lagi Hatiku yang akan tayang pada 21 Maret 2019 mendatang, PFN juga telah menyiapkan 2 film lainnya yang menjadi target di tahun ini setelah mati suri selama 26 tahun. Meski pihak PFN masih merahasiakan seperti apa ceirta dan genre dari 2 film tersebut, namun pastinya akan tetap menyisipkan unsur budaya kedalamnya. Setelahnya PFN akan merilis minimal 1 film setiap tahunnya.

(Sarah)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x