LASAK.iD – Produksi film yang membahas tentang konfrontasi antara Amerika dan Rusia cukup banyak dijumpai. Bahkan mulai bermunculan setelah tercetusnya perang dingin di tahun 1947 pasca perang dunia II terjadi. Begitu pun film yang mengangkat cerita tentang perjalanan badan antariksa Amerika yang dikenal dengan NASA akan proyek fenomenalnya bernama Apollo.
Terbaru, produksi berjudul Fly Me to the Moon dari Sony Pictures Releasing, Apple Studios dan These Pictures, mengangkat cerita yang menggabungan akan keduanya. Konfrontasi Amerika dan Rusia yang melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang kali ini terkait antariksa.
Film Fly Me to the Moon yang berlatar lebih kepada amerika, tentu fokusnya pada misi antariksa melalui NASA yang dikenal dengan program Apollo yang dimulai dari tahun 1960 hingga 1975. Sebuah cita-cita untuk mendaratkan seorang manusia di Bulan dan mengembalikannya dengan selamat ke Bumi.
Terutama yang ditekankan kepada tiga hal, yaitu kegagalan dari misi Apollo 1 dan keberhasilan pertama yang tercatat dalam sejarah terjadi di tahun 1969 melalui Apollo 11. Dan tentu persaingan yang melibatkan Amerika dan Rusia akan misi manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan.
Dikemas secara “santai”
Produksi film berkaitan dengan konfrontasi Amerika dan Rusia dalam berbagai aspek kehidupan, seringnya dijumpai lebih kepada produksi yang dikemas dengan ambience yang serius. Ada pun komedi ditemukan hanya di beberapa judul saja, itu pun secara keseluruhan benar-benar sajian komedi.
Untuk film Fly Me to the Moon cukup mencuri perhatian saat filmnya dikemas dengan menggemaskan. Tak hanya sebuah film dengan segala perdramaannya tetapi penyegaran dengan sisipan komedi di dalam naskah cerita filmnya. Sebuah kemasan berbeda dari film yang biasanya tontonan dipenuhi kerutan di dahi penontonnya karena terlalu serius.
Komedi di sini pun bukan sesuatu yang lebih dikedepankan tetapi sisipan yang diposisikan pada sebuah dialog atau gesture dari para karakternya. Bahkan komedi yang disajikan lebih mengarah pada dark jokes yang diketahui sebagai lelucon sindiran untuk seseorang, produk atau skala besarnya adalah negara.
Komedi yang akhirnya membuat kemasan filmnya terkesan lebih santai, walau secara sajian premis akan ceritanya cukup serius. Fly Me to the Moon menjadi film yang mampu menciptakan keseimbangan antara dua hal tersebut, yaitu drama dan komedi.
Ide dasar cerita
Ide dasar filmnya tercetus dari Keenan Flynn seorang Head of Films dari These Pictures, perusahaan film milik Scarlett Johansson. Tentang “Bagaimana jika semua yang didengar jutaan orang pada tanggal 20 Juli 1969 adalah audio sebenarnya dari orang-orang yang berjalan di bulan, tetapi gambar yang mereka lihat adalah palsu, hollywood-style?“.
Bahkan pada awalnya, saat tim menyodorkan naskah yang dikembangkan Keenan Flynn bersama Bill Kirstein dan skenarionya ditulis Rose Gilroy, sempat timbul kekhawatiran akankah film ini mendapat dukungan langsung dari NASA.
Apalagi Fly Me to the Moon mengambil sudut cerita dari teori konspirasi yang mengiringi keberhasilan misi Apollo 11. Di mana, menggambarkan sosok bayangan dari pemerintah Amerika Serikat yang memerintahkan pembuatan film palsu pendaratan di bulan. Banyak orang percaya teori konspirasi itu benar, terlepas dari banyaknya bukti bahwa manusia benar-benar pergi ke bulan.
Pada akhirnya, Fly Me to the Moon justru mendapat hak istimewa atas dukungan NASA. Bahkan berkesempatan untuk bekerja dengan beberapa penasehat teknis yang memainkan peran penting di badan antariksa selama tahun-tahun program Apollo.
Pada akhirnya pun film ini menjadi sebuah penghargaan besar untuk dedikasi dari 400.000 orang yang terlibat dan meletakkan karya dan impiannya selama program Apollo berjalan.
“Tetapi NASA, atas penghargaan mereka, melihat naskah dan cerita kami secara objektif, dan mereka melihat apa yang kami lihat di dalamnya: sebuah kesempatan untuk merayakan pencapaian besar ini dalam skala besar – 400,000 orang yang mengerjakan program ini”, Jonathan Lia (These Pictures) produser Fly Me to the Moon.
Emosional yang tersampaikan
Secara keseluruhan setiap negara di dunia memang memiliki badan antariksanya tersendiri. Hanya saja, seperti di Indonesia yang memang diajarkan sejarah dunia termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan, keberhasilan Neil Amstrong dan Apollo 11.
Sesuatu yang masih menjadi bagian dari topik perbincangan dan ingatan akan keberhasilan manusia ke bulan. Entah tentang kebenarannya 100 persen atau teori konspirasi yang mengiringinya.
Sejarah yang banyak menginsipirasi rumah produksi untuk membuatnya dalam format film layar lebar dan format lainnya. Akan hal ini seringnya pun rumah produksi melalui sutradaranya menampilkan sebuah sajian film yang sinematik secara visual. Secara penceritaan juga dibuat cukup dramatis. Tapi juga jarang film yang menghadirkan emosi yang tersampaikan secara sentimental.
Fly Me to the Moon mengemasnya dengan cara berbeda, premis serius tetapi dikemas sedikit lebih santai. Begitu pun sudut pandang yang diambil oleh penulis cerita filmnya, yang membuat Fly Me to the Moon mungkin lebih mengena di sebagian besar penikmat film. Untuk dibandingkan beberapa film lain yang mengangkat tema serupa.
Terutama untuk mereka yang menyukai film dengan tema antariksa atau sciene. Atau mungkin diluar film mereka memang konsen pada bidang tersebut. Dengan kata lain ada lebih banyak emosi yang tersampaikan di penikmat film.
Merujuk dari filmnya yang mendapat dukungan penuh dari NASA, ternyata tidak hanya meminjam tempat tetapi meminjam informasi secara lisan dari orang-orang yang memang selama 50 tahun bergelut dengan program Apollo. Bahkan rekaman video asli dari program Apollo didapatkan untuk ditampilkan di adegan-adegan yang memperkuat.
Yap, meski premis filmnya merupakan sebuah fiksi yang dibuat untuk juga kebutuhan hiburan. Namun, hal-hal tentang orang bayangan seperti Moe Berkus, marketing seperti Kelly Jones dan karakter Direktur Peluncuran yang digambarakan karakter Cole Davis seakan dibenarkan adanya.
Bahkan dialog dari dua orang NASA, Stu Bryce dan Don Harper yang mengatakan umur mereka yang masih 23 dan hampir semua yang bekerja untuk NASA berumur sama. Hal yang ternyata memang benar adanya, seperti yang dikatakan oleh Gerry Griffin yang menjabat sebagai direktur penerbangan di kendali misi selama misi berawak Apollo.
Banyak hal yang merujuk pada kebenaran dari yang sebenarnya terjadi ketika orang yang berpengalaman langsung dengan program Apollo mungkin menjadi alasan kuat emosi filmnya cukup sampai ke penonton.
Chemistry Scarlett Johansson dan Channing Tatum
Film dengan premis yang kuat jika tidak juga didukung sutradara dan pemain yang memiliki ikatan dan kerja sama yang kuat satu sama lain akan juga menjadi sebuah cerita kosong. Atau pun sebaliknya, premis sederhana tetapi ikatan dan kerja sama satu sama lain yang kuat membuat filmnya memiliki isi.
Untuk film Fly Me to the Moon, bisa dikatakan memiliki premis, sutradara dan pemain yang saling mendukung untuk hasil yang maksimal. Seperti chemistry yang ditunjukkan oleh dua karakter utama yang diperankan Scarlett Johansson dan Channing Tatum. Keduanya berhasil membawa perannya masing-masing bahkan ketika kedua karakter berjalan beriringan.
Tak hanya sebuah drama yang menggunggah emosi sedih tetapi ada momen kedua karakter berhasil hadirkan emosi gembira karena sisi komedi yang kedua karakter berikan ke penikmat film. Kerja sama yang secara akting dari keduanya memang tidak perlu diragukan lagi. Mengingat lebih banyaknya film dengan genre action yang keduanya sering perankan.
Kini, untuk Fly Me to the Moon, keduanya bermain pada ranah akting untuk menguras emosi secara drama maupun komedi. Kedua karakter dengan karakter pendukung lain filmnya yang juga mampu membuat apa yang ingin disampaikan filmnya untuk penikmat film tersampaikan dengan baik.
Soundtrack oleh penyanyi Jaz
Pada sebuah produksi film selain akting yang mampu menyampaikan emosi sebuah adegan atau cerita, dukungan dari musik seperti scoring atau soundtrack film yang disisipkan di bagian tertentu adegan menambah emosi yang ingin dicapai sutradara dan penulis.
Menariknya, salah satu soundtrack yang memang sesuai dengan judul filmnya Fly Me to the Moon dinyanyikan penyanyi muda berbakat yang dikenal dengan nama panggungnya Jaz. Penyanyi berkebangsaan Brunei Darussalam yang lebih dikenal publik tanah air.
Jaz dipercaya untuk menyanyikan kembali lagu Fly Me to the Moon yang diciptakan Bart Howard pada 1954. Lagu yang awalnya berjudul In Other Words akhirnya dipatenkan menjadi Fly Me to the Moon oleh penciptanya Bart Howard pada 1963.
Lagu ini sudah di cover oleh berbagai musisi dengan gaya khas mereka meski tetap masih kental dengan unsur jazz-nya. Namun, lagu Fly Me to the Moon yang paling dikenal ketika musisi Francis Albert Sinatra menyanyikannya kembali di tahun 1964 dengan aransemen Quincy Jones. Bahkan masuk sebagai salah satu lagu dari album It Might As Well Be Swing yang dirilis sang musisi.
Pastinya ini sebuah kehormatan untuk Jaz dapat terlibat dalam sebuah film besar untuk menyanyikan soundtrack filmnya. Keberuntungan yang sejalan karena kebetulannya juga Jaz sebagai penyanyi berada dinaungan label Sony Music Indonesia.
Production company: Apple Studios, These Pictures
Distributor: Columbia Pictures (through Sony Pictures Releasing)
Cast: Scarlett Johansson (Kelly Jones), Channing Tatum (Cole Davis), Jim Rash (Lance Vespertine), Anna Garcia (Ruby Martin), Donald Elise Watkins (Stu Bryce), Noah Robbins (Don Harper), Colin Woodell (Buzz Aldrin), Christian Zuber (Michael Collins), Nick Dillenburg (Neil Armstrong), Ray Romano (Henry Smalls), Woody Harrelson (Moe Berkus), etc
Director: Greg Berlanti
Screenwriter: Rose Gilroy
Producers: Jonathan Lia, Scarlett Johansson, Keenan Flynn, Sarah Schechter
Duration: 2 hours 9 minutes
I do trust all the ideas youve presented in your post They are really convincing and will definitely work Nonetheless the posts are too short for newbies May just you please lengthen them a bit from next time Thank you for the post
Your writing has a way of resonating with me on a deep level. It’s clear that you put a lot of thought and effort into each piece, and it certainly doesn’t go unnoticed.
The degree to which I admire your work is as substantial as your own enthusiasm. Your visual presentation is refined, and the material you’ve written is stylish. However, you seem apprehensive about potentially delivering something that may be viewed as questionable. I’m confident you’ll be able to address this issue promptly.
Temp mail Hi there to all, for the reason that I am genuinely keen of reading this website’s post to be updated on a regular basis. It carries pleasant stuff.
Olá, acho que vi que você visitou meu blog, então vim retribuir o favor. Estou tentando encontrar coisas para melhorar meu site. Suponho que não há problema em usar algumas de suas ideias