ReviewCinemaFilm

Review: Laut Tengah, Film dengan Filosofi Sesuai dengan Judulnya

304
×

Review: Laut Tengah, Film dengan Filosofi Sesuai dengan Judulnya

Share this article

Laut Tengah novel karya penulis Berliana Kimberly yang ceritanya kental dengan isu perempuan dan nilai Islami.

LASAK.iD – Rumah produksi tanah air beberapa di antaranya dikenal dengan produksi filmnya yang sering kali mengadaptasi sebuah buku atau novel best seller. Selain ceritanya yang sudah terbentuk, seringnya genre dari ceritanya adalah drama menjadi satu di antara genre favorit publik tanah air.

Bahkan tak jarang, kesuksesan buku atau novel-nya menular pada filmnya yang juga meraih sukses dengan predikat film box office. Sesuatu yang coba dilakukan rumah produksi Starvision dengan karya terbarunya berjudul Laut Tengah. Film berdasarkan novel dengan judul sama yang merupakan sebuah cerita drama dengan nilai Islami yang kental dan bersinggungan dengan isu perempuan.

Secara pengemasan, Laut Tengah masih membawa kekhasan Starvision dalam memproduksi film bergenre drama, akan rasa hingga embience filmnya. Terlihat dari deretan produksi film sebelumnya, seperti 172 Days, Dua Hati Biru hingga The Architecture of Love.

Di mana, Starvision dalam pengemasan cerita drama yang secara konflik cukup sederhana namun coba dihadirkan lebih kompleks. Bahkan, secara sinematografi dan music scoring-nya yang mendukung hal tersebut pun membawa kekhasan dari rumah produksi yang telah berusia 29 tahun ini.

Ini kembali ditampilkan Starvision dalam produksi film terbarunya yang berjudul Laut Tengah, secara looks dan ambience. Tak heran bila dikatakan film satu sama lainnya seakan serupa. Pembeda jelasnya pada tema cerita, yang kali film Laut Tengah tentang isu perempuan dan Islam.

Cerita filmnya tetap pada koridor novel-nya

Penulis skenario filmnya, Oka Aurora bersama Berliana Kimberly, penulis novel-nya, di banyak kesempatan selalu mengungkapkan bahwa cerita versi filmnya tetap pada koridor esensi dari cerita novel-nya. Hanya ada beberapa bagian yang dilakukan perubahan menyesuaikan kebutuhan dari filmnya.

Untuk pembaca novel Laut Tengah pasti jauh lebih bisa menilai esensi yang masih tetap dipertahankan dari novel ke film. Diungkapkan Berliana Kimberly,  filosofi yang dimaksudkan berkaitan erat dengan judul novel-nya. Bila ditelaah lebih jauh, secara geografis Laut Tengah merupakan laut antarbenua yang terletak antara selatan Eropa, utara Afrika dan barat Asia.

Berkaitan dengan filmnya sendiri, mewakili setiap benua melalui nama para karakter, sebut saja Haia atau Alya Hagia Sophia, sebuah Masjid bersejarah yang berada di kota Istanbul, Republik Turki atau yang berada di daratan Eropa atau mewakili Selatan dari Laut Tengah.

Untuk Asia diwakili nama karakter Bhumi atau Teuku Bhumi Syam, yang merujuk pada Negeri Syam terkadang disebut sebagai Suriah Raya, Suriah Palestina atau Levant. Termasuk karakter anak-anak dalam filmnya, yang memiliki nama Suri atau Cut Suriah. Keduanya mewakili Timur dari Laut Tengah.

Sedangkan, karakter Aisa Alexandra tentu merujuk pada pelabuhan sekaligus kota kedua terbesar dari negara Mesir. Aleksandria menjadi wilayah yang berada di Utara dari Laut Tengah yang sekaligus mewakili benua Afrika.

Satu nama karakter yang juga menjadi bagian dari filosofi yang dimaksudkan penulis adalah Zidan Gibraltar. Ini merupakan selat yang berada di sebelah Barat dari Laut Tengah yang letaknya berada di antara Spanyol dan Maroko.

Filosofi yang digunakan penulis untuk membentuk cerita untuk masing-masing karakter yang tentunya saling terikat. Ibaratnya Laut Merah adalah Tuhan yang menjadi poros dalam memberikan kisah tersendiri untuk masing-masing negara yang berada di sekelilingnya. Filosofi yang menarik ketika penulisnya memang merujuk pada nilai-nilai Islamiyah.

Alasan yang tetap pada koridor novel-nya sebenarnya hal yang juga diharapkan pembacanya. Hanya saja, untuk kebutuhan pada produksi film durasinya terasa cukup panjang, bukan pada durasi film keseluruhan filmnya. Lebih tepatnya pada adegan-adegan tertentu dari filmnya. Akan ini mungkin beberapa adegan yang sebenarnya bisa dibuat lebih padat.

Plot twist berdasarkan filosofi cerita

Sebelumnya, telah dijabarkan filosofi yang dimaksudkan dalam cerita dari Laut Tengah. Berkaitan dengan pengkarakteran akan keterkaitan satu sama lain melalui pertemuan dan konflik yang ternyata menjadi bagian dari plot twist cerita filmnya.

Di mana, pernikahan Haia dan Bhumi terjadi karena permintaan terakhir dari Zidan, sahabat Haia sejak kecil. Saat itu, Zidan dengan motor sport-nya berencana membawa pergi Haia dari kediaman Budeh Maya. Namun, di tengah perjalanan Zidan mengalami kecelakaan yang membuatnya terluka parah, sempat dibawa ke rumah sakit namun nyawa tidak bisa tertolong.

Fakta dibalik mobil yang menabrak Zidan ternyata ada Bhumi dan Aisa di dalamnya. Saat itu, keduanya terlibat pertengkaran karena Aisa meminta Bhumi menikah lagi untuk menggantikan posisinya kelak. Bhumi yang kehilangan fokus tidak melihat Zidan yang melaju kencang yang membuat kecelakaan tidak terhindarkan.

Saat keadaan sekarat pun Zidan masih mempedulikan Haia dengan meminta Aisa yang berada di dekatnya untuk mencari seorang perempuan bernama Alya Hagia Sophia atau Haia. Tanpa diduga, Prof. Fatih ternyata memiliki hubungan dengan Bhumi dan Aisa, berkat bantuannya pula pernikahan Haia dan Bhumi terjadi.

Runtutan konflik yang dialami Haia setelah Zidan meninggal yang dianggapnya memang terjadi kebetulan ternyata sudah terencana dengan rapi. Fakta yang didapatkan Haia ketika rasa cinta sudah berbalas dari Bhumi Syam, saat ia menemukan berkas yang bertuliskan nama suami dan sahabat baiknya.

Sebuah plot twist tidak terduga, pengaitan satu sama lain dilakukan cukup mulus, karena cerita sudah cukup meyakinkan filmnya akan berjalan seperti yang dibangun sejak awal. Namun, di bagian akhir cerita filmnya, sutradara Archie Hekagery mampu memberi kejutan tersebut.

Ini tentu menjadi perhatian penikmat film untuk kembali melihat alur cerita hingga selesai, walau kembali lagi sajian seperti kebanyakan film drama lainnya yang memiliki ending yang bahagia.

Angkat isu perempuan dan nilai Islamiyah

Berliana Kimberly pada momen press screening dan conference mengungkapkan bahwa cerita Laut Tengah dekat dengan isu perempuan, nilai keluarga dan Islam. Sesuai dengan background Kim yang seorang lawyer dan peneliti di bidang hukum keluarga Islam di Indonesia yang berfokus pada perempuan.

Kim menggambarkan pada ceritanya dalam ketulusan dua orang perempuan Alya Hagia Sophia dan Aisa Alexandra, ketulusan suami kepada istri juga anaknya yang digambarkan pada sosok Bhumi Syam dan tentang sosok yang dirindukan orang di zaman sekarang.

Terkait isu perempuan dan nilai Islamiyah pun saling berkesinambungan yang juga tidak sepenuhnya menjadi menggurui. Laut Tengah akan hal tersebut sebenarnya tergambarkan sederhana dan ringan. Meski tersamarkan pada sisi drama yang lebih menarik perhatian, namun nilai Islamiyah sebenarnya cukup kental.

Misalnya, pada pakaian yang dikenakan oleh Alya Hagia Sophia dan Aisa Alexandra, yang cukup menggambarkan seharusnya Muslimah berpakaian. Lalu, tentang masa lalu dari Haia yang sempat dipekerjakan paksa menjadi wanita penghibur.

Secara logika, mungkin hal ini sebuah aib untuk perempuan tetapi dalam Islam saat seorang umat ingin bertobat dan melanjutkan hidup yang pantas, Allah SWT akan menutupi keburukan dalam diri orang tersebut.

Begitu pun sedikit menyinggung akan poligami, yang dalam ajaran Islam hal tersebut diperbolehkan namun dengan pertimbangan yang matang. Di antaranya, izin dari pasangan sebelumnya, tentang rasa adil kepada dua atau lebih pasangannya dan sederet hal lainnya. Bahkan bagaimana penyampaian terhadap anak perempuan akan menutup aurat.

Dan banyak hal kecil hingga besar lainnya yang tergambarkan sekali sebagai nilai Islamiyah yang kental. Pilihan film tentang hal tersebut yang menarik untuk menjadi pilihan tontonan.

Production companyStarVision Plus
Distributor: Legacy Pictures
Cast: Yoriko Angeline (Haia (Alya Hagia Sophia)), Ibrahim Risyad (Bhumi (Teuku Bhumi Syam)), Anna Jobling (Aisa Alexandra), Aliando Syarief (Zidan Gibraltar), Gabriel Prince (Choi Haneul), Azkya Mahira (Suri (Cut Suriah)), Alex Rio (Ryan), Pritt Timothy (Prof. Fatih), Cut Mini Theo (Masbihah), Nungki Kusumastuti (Maryam), Djenar Maesa Ayu (Maya), Nandito Hidayattullah Putra (Nandito), etc
Director: Archie Hekagery
Screenwriter: Oka Aurora, Berliana Kimberly
Producers: Chand Parwez Servia, Riza
Duration1 hours 48 minutes

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
britishiptv
1 month ago

I do agree with all the ideas you have introduced on your post They are very convincing and will definitely work Still the posts are very short for newbies May just you please prolong them a little from subsequent time Thank you for the post

BYU Cougars
30 days ago

BYU Cougars For the reason that the admin of this site is working, no uncertainty very quickly it will be renowned, due to its quality contents.

Touch to Unlock
29 days ago

Touch to Unlock naturally like your web site however you need to take a look at the spelling on several of your posts. A number of them are rife with spelling problems and I find it very bothersome to tell the truth on the other hand I will surely come again again.

Blue Techker
24 days ago

Blue Techker For the reason that the admin of this site is working, no uncertainty very quickly it will be renowned, due to its quality contents.

4
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x