LASAK.iD – Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta kembali menyelenggarakan event tahunannya Jakarta Film Week, sebuah festival film bertaraf internasional. Seperti juga ketiga penyelenggaraan sebelumnya, tahun 2024 ini Jakarta Film Week masih membawa ambience yang sama untuk para penikmat maupun pembuat film itu sendiri.
Meski begitu, Jakarta Film Week 2024 tetap memberikan rasa baru untuk setiap penyelenggaraan yang kini memasuki tahunnya yang keempat. Seiring dengan tema besar yang diusung setiap tahun, edisi sebelumnya Jakarta Film Week mengusung Evolve sebagai tema besarnya.
Di maknai sebagai upaya untuk memberikan ruang bagi para sineas dan pegiat film agar dapat saling tumbuh dalam mempertanyakan nilai-nilai lama, mempertimbangkan kembali, bahkan mendefinisikan ulang agar menjadi nilai-nilai yang revelan di masa sekarang.
Baca juga: Jakarta Film Fund hingga Producers Lab Masih Menjadi Program Unggulan Jakarta Film Week 2024
Untuk kali ini, tema besar yang diusung Jakarta Film Week 2024 adalah Resonance, yang menggambarkan bagaimana perkembangan sinema memiliki kekuatan untuk menciptakan dampak yang luas.
Meski begitu, baik Evolve maupun Resonance dan dua tema lainnya, Going The Distance dan Emerge memiliki kesamaan dalam benang merahnya. Di mana, berusaha memberikan ruang (inkubator) bagi sineas lokal dan internasional ruang untuk bertumbuh bersama.
Festival film seperti Jakarta Film Week pun menjadi salah satu langkah dari para sineas muda untuk memperkuat industri perfilman nasional dan juga masuk ke dalam sirkuit internasional.
Menilik dari temanya Resonance, apa sih yang baru dari penyelenggaraan Jakarta Film Week 2024? Tahun ini, tetap pada pengembangan bakat sineas muda tanah air, namun yang menjadi fokus penyelenggara tahun ini pada ranah editing.
Proses finalisasi dari sebuah produksi film yang memberikan estetika tontonan yang menarik, dari tampilan gambaran (color tone), perpindahan adegan (scene by scene) hingga penyesuaian letak musik pada sebuah adegan. Meski tetap dengan arahan penulis, sutradara atau mungkin juga produser sebuah produksi film.
Editing sebenarnya memiliki peran vital dalam sebuah produksi film, walau tidak bisa dipungkiri minat terbesar pada sebagian besar sineas muda tanah air lebih berfokus pada sutradara dan penulis. Ranah yang selalu menjadi pusat perhatian dalam banyak kesempatan, tak hanya pada pemberitaan tetapi juga penghargaan.
Meski, kategori editor terbaik sudah sejak lama masuk dalam jajaran nominasi dalam sebuah ajang penghargaan. Namun, kembali lagi pamor dari ranah editing masih tertutupi dengan ranah lainnya, yaitu sutradara dan penulis.
Hal yang kemudian menjadi perhatian dari Jakarta Film Week 2024 untuk menjadikan ranah editing sebagai topik besar penyelenggaraan tahun ini. Hal ini menilik dari yang terlihat di lapangan bahwa regenerasi dalam ranah editing masih lebih sedikit dari sutradara dan penulis. Tak hanya di tanah air tetapi industri film dunia.
“Kenapa tidak sutradara dan produksi lagi karena di produksi film itu banyak pekerjaan lain. Sutradara dan production itu hampir selalu diberikan fasilitas-fasilitas banyak banget. Tapi, ada hal-hal lain dalam film yang posisinya sangat penting, kaya editor yang menjadi presenting director. Jadi, penting banget dalam hasil akhir sebuah film. Kita juga mau kasih tahu ke temen-temen semua, kalau mau jadi film maker atau masuk industri film ngga harus jadi sutradara atau produser. Banyak profesi lain yang penting dan menarik juga sebenarnya“, Vivian Idris, Festival Board Jakarta Film Week.
Namun, pada ranah editing bukannya tidak ada sosok yang mencuri perhatian seperti sutradara atau penulis, tetapi hal berkaitan regenerasi memang masih menjadi isi yang harus mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak, yang kali ini manjadi perhatian dari festival film seperti Jakarta Film Week.
“Sebenarnya, editor-editor di Indonesia itu sibuknya bahkan kadang ngalahin sutradara. Secara schedule itu gila-gila banget padatnya. Kita atau temen-temen yang ngalamin bikin film itu ngantri banget editingnya, karena regenerasinya tidak secepat job desk lainnya. Kami juga sempat ngobrol bareng dengan teman-teman Inafec, sebenarnya penyuluhan seperti apa yang diharapkan ada dari teman-teman editing yaitu regenerasi. Sebenarnya , sepilar dengan asosiasi lainnya, jadi betul memang mulai harus fokus pada regenerasi editor-editor di Indonesia“, Novi Hanabi, Program Manager Jakarta Film Week.
Untuk itu, Jakarta Film Week pun hadirkan sosok yang tidak kaleng-kaleng untuk topik editing tahun ini. Jakarta Film Week 2024 menghadirkan sosok editor besar dari industri film Asia yang berasal dari negara Hong Kong bernama Cheung Ka Fai.
Sosok editor yang memulai bekerja di dunia film pada tahun 1985. Cheung Ka Fai selama karirnya telah memenangkan Penghargaan Penyuntingan Terbaik Golden Horse pada tahun 1992 dan 1996.
Cheung Ka Fai pun telah memenangkan Penghargaan Film Hong Kong untuk Penyuntingan Film Terbaik pada tahun 1997 (Big Bullet), 2011, 2016 dan 2020 (Ip Man 4: The Finale).
Nama besar Cheung Ka Fai tentu diharapkan bisa memberikan motivasi kepada sineas muda tanah air untuk lebih tertarik di ranah lain dalam sebuah industri film. Sehingga regenerasi terutama untuk ranah editor atau penyunting gambar masih terus terjaga ke depannya.
Lebih dari itu, termotivasi untuk mencoba tantangan pada industri film dunia, misalnya negara Hong Kong. Satu negara di Asia yang memiliki perkembangan industri filmnya yang maju pesat. Di sisi lain, film yang berasal dari Hong Kong cukup familiar dengan masyarakat Indonesia.
Bahkan mungkin sebagian besarnya tumbuh bersama dengan film asal negara Hong Kong yang masuk pasar film di tanah air. Seperti film series karya Cheung Ka Fai berjudul IP Man, yang dibintangi aktor kenamaan asal Hong Kong, yaitu Donnie Yen.
I’m often to blogging and i really appreciate your content. The article has actually peaks my interest. I’m going to bookmark your web site and maintain checking for brand spanking new information.