CinemaFilmReview

Review: Dirty Angels, Saat Kaum Terkuat Bumi Beraksi Untuk Misi Penyelamatan

327
×

Review: Dirty Angels, Saat Kaum Terkuat Bumi Beraksi Untuk Misi Penyelamatan

Share this article

Dirty Angels menjadi film action-thriller dengan sentuhan feminine melalui para karakter sentral yang semuanya merupakan pemeran wanita.

LASAK.iD – Deretan judul film yang bertemakan penyanderaan, penculikan dan misi penyelematan dengan latar wilayah konflik selalu mengedepankan para karakternya adalah pria. Entah mereka berstatus militer, satuan khusus atau para ex-militer yang beralih menjadi agen rahasia atau sebagai spionase.

Jarang sekali film dengan tema ini yang menempatkan karakter wanita sebagai main character. Sekalipun dihadirkan dalam cerita filmnya, seringnya dianggap sebagai pelengkap. Meski tak jarang karakternya digambarkan memiliki kemampuan di atas rata-rata yang menyamai bahkan melebihi rekannya para pria.

Beberapa judul cukup familiar dan identik di penikmat film yang menempatkan karakter wanita sebagai yang teratas. Sebut saja dari deretan film bertemakan superhero, pastinya mengenal karakter dari film Catwoman, Wonder Woman, Black Widow hingga Captain Marvel. Judul lain hadir dari judul The Hunger Games, Tomb Riders juga Charlie’s Angel.

Baca juga: Review: 355, Film Mata-Mata Yang Menampilkan 5 Jagoan Wanita

Baru-baru ini, Lionsgate, Millennium Media dan Nu Boyana Film Studios, bersama dalam memproduksi film yang menempatkan karakter wanita sebagai pusat cerita. Tak hanya satu karakter tetapi enam karakter wanita yang dipimpin oleh tentara amerika bernama Jake, yang sebelumnya merasakan kekejaman yang terjadi di Afghanistan karena Taliban dan ISIS.

Dirty Angels menjadi judul filmnya dan disutradarai oleh Martin Campbell, yang sebelumnya sukses dengan spy film berjudul Casino Royale (2006). Kali ini, Martin Campbell yang juga menulis cerita filmnya bersama Jonas McCord membawa petualangan sekelompok tentara bayaran yang seluruhnya wanita untuk masuk ke wilayah konflik Afghanistan.

Mereka disewa untuk membebaskan sejumlah remaja putri yang disandera oleh kelompok militan Taliban karena status mereka yang merupakan warga negara asing, yaitu amerika. Afghanistan sejak diduduki oleh kelompok militan Taliban dan ISIS lebih mudah dimasuki jika mereka adalah paramedis dan para wanita.

Itulah alasan Travis merekrut seluruh timnya adalah wanita, hanya ada satu pria yang memang seorang dokter. Sedangkan, dua lainnya, Abbas dan Ma-leek bertugas sebagai sopir sekaligus narahubung dari tim Travis. Perjalanan Jake dan kolega tentunya tidak berjalan mulus, negara yang mereka masuki merupakan wilayah konflik berkepanjangan.

Rintangan dimulai sejak awal, gudang persenjataan yang dipersiapkan Travis ternyata terendus oleh pihak militan di sana. Membuat mereka harus mencuri dari gudang persenjataan Taliban. Hingga harus mendapat pengkhianatan dari wanita Taliban, yang merupakan informan dari Jake.

Kematian Travis membuat Jake memimpin tim untuk menuntaskan misi penyelamatan dengan berbagai cara. Salah satunya membebaskan seorang Syekh terkemuka di Afghanistan dari penjara negara, sosok yang menjadi permintaan dari kelompok Taliban untuk dibebaskan sebagai persyaratan dari pembebasan para sandera.

Keberadaan kelompok Taliban yang bersembunyi di daerah perbukitan cukup menyulitkan Jake dan timnya. Kecerdasan dari Jake dengan segala pengalamannya dan pemimpin tim memutuskan meletakkan telepon genggamnya dalam tumpukan uang tebusan untuk para sandera.

Memiliki seorang hacker di tim memudahkan dalam menemukan tempat persembunyian kelompok Taliban. Melalui strategi yang telah disusun, Jake dan tim memulai aksi penyelamatan yang tertawan di bagian paling bawah tempat tersebut. Dengan tim dan persenjataan seadanya, Jake dan tim cukup membuat porak poranda tempat tersebut.

Pertempuran sengit terjadi, meski banyak anggota tim yang terluka, Jake berhasil mengalahkan pemimpin Taliban, membebaskan para sandera dan membawa anggota tim yang terluka. Mereka terselamatkan dengan bantuan dari angkatan udara amerika yang memang bersiaga di wilayah konfik tersebut.

Jake ternyata tidak turut serta, ia yang telah berkomitmen tidak akan lagi meninggalkan anggota timnya kembali ke tempat persembunyian untuk menyelamatkan anggotanya. Dibantu oleh Ma-Leek, yang sejak awal memang terlihat mengagumi sosok Jake yang selalu dipanggilnya dengan Mrs. Rabbit.

Dirty Angels membawa nuansa yang cukup menarik dengan suguhan berbeda ke penikmat film. Terbiasa dengan karakter pria yang dominan untuk film action-thriller dengan latar wilayah konflik di Timur Tengah. Kali ini, justru meihat kaum hawa tangguh yang mengangkat senjata dan berdarah-darah karena pukulan atau peluru yang bersarang di tubuh karena senjata api.

Secara umum memang tidak segagah atau sekekar pria, namun melihat wanita yang melakoni adegan-adegan tersebut membawa vibes-nya dan kekhasannya tersendiri. Meski sisi faminine wanita yang lebih peka akan rasa dibandingkan logika tetap tergambarkan dari setiap karakter, walau terlihat samar.

Baca juga: Review: The Prosecutor, Saat Donnie Yen Mengubah Cara Kerja Kejaksaan

Film ini sebenarnya memiliki premis yang menarik apalagi adanya sentuhan feminine, meski dengan tema yang cukup umum yang kaitannya dengan wilayah konflik Timur Tengah. Namun, secara eksekusi ada nyawa yang hilang dari ceritanya. Secara flow pun terasa mengambang, sehingga rasa ketertarikan akan filmnya sedikit berkurang.

Mungkin untuk mempertebal cerita dan daya tarik lain dari ceritanya, pada bagian yang merupakan konfliknya terkait penculikan para remaja. Tak hanya pada titik mereka adalah sandera tetapi memperluasnya dengan tetap pada koridor benang merah ceritanya.

Begitu pun antara karakter yang dimainkan Emily Bruni sebagai Shooter dan Ruby Rose sebagai Medic. Keduanya seakan terjebak dalam karakter yang salah. Ruby Rose yang dikenal dengan tampilan maskulinnya ketika memegang senjata, berubah signifikan untuk perannya di Dirty Angels sebagai seorang paramedis.

Penikmat film yang mengenal sang aktris dari berbagai judul film yang dibintangi, seperti Resident Evil: The Final Chapter, xXx: Return of Xander Cage, John Wick: Chapter 2 dan judul lainnya, selalu tampil garang dan mematikan. Untuk Dirty Angels, Ruby Rose terlihat membuang sisi maskulin untuk tampil sebagai wanita yang lebih lembut dan feminine.

Ruby Rose dengan statusnya sebagai pelaku seni peran memang dituntut bisa memainkan berbagai peran. Bukan akting yang tidak bagus namun kurang memuaskan, yang mungkin sebagian penikmat film ingin melihat sang aktris kembali ke setelan pabriknya, yang mungkin bisa memberikan keseruan yang berbeda dari filmnya, seperti aksi-aksinya di berbagai judul film action-thriller yang dibintangi.

Ada juga karakter bernama Geek yang disebut akan kemampuannya dalam hal teknologi sebagai seorang hacker. Tetapi, dalam filmnya kemampuan yang ditampilkan hanya gambaran yang standar, atau bukan sesuatu yang “wah“. Justru karakter yang membuat film menjadi cukup hidup pada sosok kakak beradik, Abbas dan Ma-leek.

Keduanya mampu menghidupkan flow ceritanya, dengan karakter mereka yang memiliki berbagai mimik. Kadang menjadi jenaka, kadang ceroboh tetapi selalu memiliki kejutan yang tak terduga. Karakter yang paling kuat dan bernyawa mungkin dibandingkan karakter sentral ceritanya. Karakter yang ditunggu setiap adegannya.

Balik ke setiap bagian cerita filmnya, minat paling tinggi dari penikmat film mungkin lebih terasa pada bagian akhir. Bagian yang secara total menghadirkan adegan baku hantam dan baku tembak antara para protagonis dengan para antagonis. Ketegangan dan rasa gregetan yang ditunggu dari film action-thriller akhirnya bisa dirasakan. Bagian dari ceritanya yang lebih memiliki nyawa yang utuh.

Production company: Millennium Media, Nu Boyana Film Studios, Lionsgate
Distributor: Lionsgate
Cast: Eva Green (Jake), Maria Bakalova (The Bomb), Ruby Rose (Medic), Jojo T. Gibbs (Geek), Rona-Lee Shimon (Mechanic), Emily Bruni (Shooter), Reza Brojerdi (Ma-leek), Aziz Çapkurt (Abbas), Christopher Backus (Travis), George Iskandar (Amir), Vassilis Koukalani (Bashir), Hadi Khanjanpour (Afshin), Laëtitia Eïdo (Awina), Edmund Kingsley (Doctor Mike), Mitko Angelov (Afghan Crowd Men), Emma Diamant (Afghan Girl), Leo Diamant (Afghan Boy)etc
Director: Martin Campbell
Screenplay: Martin Campbell, Jonas McCord
Producers: Boaz Davidson, Jeffrey Greenstein
Duration: 1 hours 44 minutes

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
HABANERO88
19 days ago

Hi Neat post Theres an issue together with your web site in internet explorer may test this IE still is the marketplace chief and a good component of people will pass over your fantastic writing due to this problemHABANERO88

HABANERO88
19 days ago

Hi Neat post There is a problem along with your website in internet explorer would test this IE still is the market chief and a good section of other folks will pass over your magnificent writing due to this problemHABANERO88

HABANERO88
19 days ago

Thank you for the good writeup It in fact was a amusement account it Look advanced to far added agreeable from you However how could we communicateHABANERO88

HABANERO88
19 days ago

Hello i think that i saw you visited my weblog so i came to Return the favore Im trying to find things to improve my web siteI suppose its ok to use some of your ideasHABANERO88

cloud backlinks
18 days ago

“This is exactly what I was looking for, thank you!”

stufferdnb
17 days ago

Thank you for the good writeup It in fact was a amusement account it Look advanced to far added agreeable from you However how could we communicate

noodlemagazine.
14 days ago

Noodlemagazine I appreciate you sharing this blog post. Thanks Again. Cool.

7
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x