Film

Bumi Itu Bulat, Angkat Isu Toleransi Berdasarkan Pengalaman Pribadi

91
×

Bumi Itu Bulat, Angkat Isu Toleransi Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Share this article

LASAK.ID – Pecinta film tanah air untuk triwulan pertama sudah dihibur dengan berbagai genre film yang sebagian besar masih menjadi andalan dari banyak rumah produksi di tanah air, seperti drama percintaan, horor, komedi hingga beberapa bergenre action. Tidak ingin sama dengan film kebanyakan yang tayang di bioskop, rumah produksi Inspira Picture yang bekerjasama dengan Astro Shaw, GP Ansor dan Ideosource Entertainment memproduksi film bertema toleransi.

Film yang diberi judul Bumi Itu Bulat adalah sebuah cerita yang menggambarkan toleransi di Indonesia namun bukan dengan treatment yang “berat”. Film ini dibuat dengan cerita yang ringan dan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Terlebih beberapa tahun terakhir hal terkait isu toleransi dan keragaman menjadi polemik tersendiri di masyarakat.

Robert Ronny, produser Bumi Itu Bulat (dok. Sarah/ Lasak.id)
Robert Ronny, produser Bumi Itu Bulat (dok. Sarah/ Lasak.id)

Menjelang perilisan filmnya pada 11  April mendatang, rumah produksi dan pihak lainnya termasuk beberapa pemain yang terlibat menggelar press conference, pada Senin (11/3/2019) lalu di kawasan Kemang, Jakarta. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan ke masyarakat lebih awal sebelum resmi tayang di bioskop tanah air.

Pada kesempatan itu, tim produksi dan pemain seperti Robert Ronny (produser), Gus Yaqut (Ketua Umum PP GP Ansor), Christine hakim (aktris), Arie Keriting (komedian/aktor) serta Jenahara Nasution (fashion desainer/influencer) tidak hanya berbagi pengalaman mereka selama proses produksi film saja. Masing-masing para inisiator dari film Bumi Itu Bulat juga berbagi perasaan terkait toleransi dari pengalaman pribadi yang di alami.

Pengalaman ini yang ingin para inisiator tuangkan ke dalam cerita Bumi Itu Bulat. Salah satunya pengalaman dari sang produser, Robert Ronny yang sempat mengalami pembedaan sebagai kaum minoritas setelah isu toleransi dan keragaman mencuat ke publik di beberapa tahun terakhir.

“Saya tumbuh dan besar di Surabaya yang mayoritas 90 persen menganut agama Islam. Hingga dewasa saya tidak merasa sebagai kaum yang minoritas. Yang sejak awalnya tidak ada jarak antara saya dengan teman-teman saya, hingga kenyataannya beberapa tahun terakhir ini makin terasa bahwa ada gap antara muslim dan non muslim salah satunya”, ungkap Robert.

Konferensi Pers Bumi Itu Bulat pada Senin 11 Maret 2019 (dok. Sarah/ Lasak.id)
Konferensi Pers Bumi Itu Bulat pada Senin 11 Maret 2019 (dok. Sarah/ Lasak.id)

Robert merasa ini adalah masalah yang sangat penting untuk diperjuangkan, bukan untuk membela kaum atau golongan tertentu. Dirinya bersama inisiator lainnya hanya ingin membuat masyarakat Indonesia kembali dengan sikap saling tolerannya yang memang selama berabad-abad sudah dijalani.

“Selama saya masih orang Indonesia, this is our fight. Ini urusan kita bersama”, tambah Robert.

Film ini di sutradarai oleh Ron Widodo yang merupakan salah satu anggota dari organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul ‘Ulama yang lebih dikenal dengan NU. Keterlibatan Nahdlatul ‘Ulama atau NU sengaja dilakukan agar tidak melenceng atau terjadi kesalahpahaman karena secara tidak langsung menyinggung soal agama di dalam film Bumi Itu Bulat. (Sarah)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x