LASAK.iD – James Harris dan Mark Lane merupakan pembuat film berkebangsaan Inggris. Keduanya sama-sama selama 13 tahun berkecimpung di industri film. James dan Mark dikenal untuk peranannya di belakang layar sebagai produser. Puluhan judul telah keduanya produksi bersama, sebagian besar filmnya dikenal dengan genre yang selalu memacu adrenaline penikmat film.
Di tanah air sendiri, di antara banyak judul, 47 Meter Down (2017) dan Fall (2022) cukup memberikan kesan di kalangan penikmat film. James Harris dan Mark Lane melalui kedua filmnya itu memberikan penikmat film sebuah adrenaline yang membuat bulu kuduk merinding melalui rangkaian jump scare tak terduga.
Seakan menjadi identitas sekaligus kekhasan dari keduanya, film dengan vibes serupa kembali dirilisnya di tahun 2025 ini. Jika film berjudul 47 Meter Down membuat bulu kuduk merinding karena serangan hiu dan film lainnya berjudul Fall, suguhan adrenaline melihat karakter Becky yang bertahan hidup di sebuah tower setinggi 600 meter karena ruh sabahatnya, Hunter.
Baca juga: Review: Fall, Antara Trauma, Persahabatan dan Bertahan Hidup
Kini, kisah tentang bertahan hidup kembali digaungkan kedua produser. Film berjudul The Bayou membuka kembali memori dari deretan film keduanya tentang bertahan hidup terutama kaitannya dengan serangan hewan ganas. Kali ini datang dari hewan yang hidup di dua alam, yaitu buaya.
Sesuai dengan judulnya, para karakter menelusuri hutan untuk kembali ke kota atau sekedar mencari pemukiman terdekat. Setelah pesawat yang ditumpangi mereka mengalami kecelakaan akibat kerusakan di kedua mesinnya. Kyle berencana untuk menabur abu dari Jamie, kakaknya yang meninggal karena perampok.
Ia pergi bersama sahabatnya Alice juga dua teman lainnya, Malika dan Sam. Untuk mencapai lokasi yang direncanakan, hanya bisa dijangkai dengan pesawat penumpang kecil. Kyle bersama ketiga sahabatnya dan beberapa orang lainnya menyewa jasa guide bernama Frank.
Di tengah perjalanan, pesawat seketika berguncang, Frank bersama co-pilot mengatakan bahwa pesawat mengalami mati mesin. Keadaan yang memaksa pesawat mendarat darurat di sebuah area datar di tengah hutan yang di sisi lainnya di aliri sungai besar. Berada di antah berantah mereka berencana mengarah ke utara dengan jarak bermil-mil untuk mencapai pemukiman.
Saat mulai berpikir positif bisa selamat walau harus berjalan selama berjam-jam atau mungkin berhari-hari, sebuah momen mengubah semuanya. Saat mereka melihat tubuh c0-pilot yang coba diselamatkan justru diseret ke dalam air dan tubuhnya mulai dicabik-cabik seekor buaya.
Momen yang mengingatkan Frank tentang berita yang sedang ramai dibicarakan berbagai surat kabar. Bahwa buaya rawa mengalami perubahan perilaku yang lebih agresif. Tak lagi takut dengan keberadaan manusia di sekitarnya, justru terjadi berbagai penyerangan yang tidak biasa oleh buaya kepada manusia.
Celakanya, Kyle, Frank dan para penumpang yang selamat ternyata berada di teritori dari buaya rawa. Akhirnya mereka memutuskan mempercepat perjalanan. Selama perjalanan, satu per satu dari mereka menjadi korban keganasan dari para buaya rawa. Sempat merasa lega ketika menemukan sebuah gubuk yang sedikit membuat mereka bernafas lega terhindar dari para buaya ganas.
Semaleman beristirahat mereka melanjutkan perjalanan menuju sebuah bangunan yang terdapat pada sebuah lembaran peta yang ditemukan dalam gubuk. Frank yang sedikit mengerti medan mengatakan tidak pernah ada bangunan gudang di daerah tersebut. Namun, dengan segala risiko untuk bertahan hidup, mereka memilih untuk mencoba dengan menghadapi para buaya.
Perjalanan menggunakan rakit yang mereka buat dengan mengikuti arus sungai, sampailah di gudang yang dimaksudkan dalam peta. Saat memasuki gudang keadaannya sudah berantakan, darah terlihat di berbagai sudut ruangan. Mereka juga menemukan banyak selongsong peluru yang berserakan.
Namun, yang tidak disadari oleh Kyle dan yang lainnya, bahwa tempat itu sudah menjadi sarang untuk buaya rawa paling besar dan ganas yang diberi nama christina oleh penduduk lokal. Meski dalam keadaan yang berantakan, Kyle dan yang lainnya percaya bahwa ada alat komunikasi seperti radio yang bisa digunakan untuk meminta pertolongan.
Radio menjadi satu-satunya alat komunikasi yang berfungsi baik di daerah tersebut. Saat menemukan ruangan yang menjadi tempat radio komunikasi disimpan, mereka justru harus menghadapi rintangan terberat, karena ruangan tersebut telah menjadi sarang untuk sang predator.
Kembali menelan korban, kali ini Sam yang harus menjadi mangsa para buaya. Beruntungnya mereka karena radio komunikasi masih berfungsi baik. Menemukan jalan keluar, Kyle dan yang lain ternyata dihadang oleh christina, penguasa dari rawa mereka terjebak. Tingkah agresif buaya disebabkan cairan dari obat terlarang yang mencemari sungai.
Namun, di sisi lain, Alice sebelumnya telah mengambil telur milik sang predator. Kecerobohan dan obsesi untuk menjual telur buaya yang terkenal mahal membuat mereka sejak awal terus menerus dikejar para predator. Meski harus berjibaku dengan buaya besar, akhirnya mereka berempat, Kyle, Malika, Alice dan Dom berhasil selamat.
Review
Tim Lasak sempat menyebutkan bahwa duo produser James Harris dan Mark Lane telah menciptakan universe-nya sendiri dalam memproduksi film yang secara garis besarnya bertemakan survival yang memicu adrenaline penikmat film. Beragam cerita diangkat, dari bertahan hidup dari psikopat, alien, psikologi pikiran hingga hewan buas, seperti hiu dan buaya.
Untuk The Bayou, melalui sutradara Taneli Mustonen dan Brad Watson serta penulis Ashley Holberry bersama Gavin Cosmo Mehrtens, film bertemakan crocodile attack melalui perilaku yang tidak biasa karena sungai yang menjadi tempat tinggal mereka terkontaminasi cairan tertentu sebenarnya telah banyak digunakan pembuat film lainnya.
Baca juga: 47 Meters Down: Uncaged Sekuel Yang Hadirkan Kembali Plot Twist
Sudut pandang ceritanya yang membuat berbeda, The Bayou sendiri tentang sebuah trauma seorang adik karena kehilangan kakak tercinta langsung di depan matanya. Sepertinya menjadi keinginan sang kakak untuk menaburkan abunya di sebuah air terjun. Ini menjadi unsur drama dalam ceritanya yang fokus utamanya tentang bertahan hidup dari serangan buaya.
Untuk membuat teriak, kaget dan merinding karena serangan buaya, yang menjadi bagian dari jump scare filmnya memang berhasil. Namun, hal itu terasa cukup tanggung karena tidak terlihat intens, seolah serangan buaya hanya pelengkap ketegangan. Padahal adegan-adegan diserang, dikejar hingga dimangsa menjadi yang paling ditunggu-tunggu.
Untuk karakter itu sendiri, menilik dari sebuah cerita setiap karakter akan memiliki latar belakang terutama ketika mengaitkannya dengan konflik ceritanya. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari tanda tanya di penikmat film, walau sekedar adegan singkat. The Bayou melakukan hal yang sama, terutama untuk Kyle yang menjadi karakter utama filmnya.
Beberapa flash back memang menjadi masuk akal untuk menjelaskan beberapa gesture bahkan mimik dari Kyle. Hanya ada beberapa flash back yang terlalu panjang walau sebenarnya hal itu tidak masalah jika tidak ada. Ada juga yang memberikan kesan jumping, yang berkaitan dengan karakter lainnya, Malika, Alice dan Sam.
Secara tiba-tiba mereka saling kenal, saling memiliki rasa tidak suka satu sama lain dan kemarahan yang jika diperhatikan tidak ada kejelasan untuk itu. Meski di bagian akhir filmnya, Malika mengatakan karena ia merindukan sosok Jamie. Begitu pun dengan pengetahuan karakter Kyle tentang buaya.
Untuk ini pun penjelasannya di awal filmnya mulai, ketika Kyle berada di ruang kelas yang membahas tentang hewan buas. Begitu pun setelahnya, ketika bertemu dengan sahabatnya Alice, melalui dialog yang mengatakan Kyle merupakan mahasiswi dari kejuruan tantang biologi.
Penulis cerita dari film The Bayou sepertinya lebih mementingkan aksi (adegan) dibandingkan dialog panjang. Namun, ada beberapa hal yang berkaitan dari konflik ceritanya yang tidak memiliki penjelasan yang utuh. Kesan yang tertangkap, film The Bayou terlalu banyak adegan yang tiba-tiba dan cukup menimbulkan kebingungan.
Ini pun sejalan dengan adegan yang menampilkan serangan buaya yang membuat sajian ceritanya terasa tanggung untuk sampai ke penikmat film. Menilik kembali beberapa film lainnya yang berhubungan dengan crocodile attack, berhasil dengan maksimal meski tidak 100 persen. Tetapi apa yang diinginkan oleh penonton terpenuhi sepanjang filmnya, dengan sama-sama memiliki premis yang sederhana.
The Bayou sama seperti kebanyakan film yang memiliki plus minus dalam penyajian cerita filmnya, yang juga memiliki premis sederhana atau premis yang kompleks. Untuk tontonan yang menghibur bisa menjadi pilihan untuk kalian penikmat film.
Production company: Big Safari, Creativity Capital, Cowboy Cosmonaut Films, Vertical Entertainment
Distributor: Front Row Filmed Entertainment, Vertigo Releasing
Cast: Athena Strates (Kyle), Elisha Applebaum (Malika), Madalena Aragão (Alice), David Newman (Rufus), Isabelle Bonfrer (Zoe), Evan Sokol (Clarence), Mohammed Mansaray (Sam), Sarah Priddy (Maude), Andonis Anthony (Frank), Tayla Kovacevic-Ebong (Dom), Flynn Barnard (Jamie), etc
Director: Taneli Mustonen, Brad Watson
Screenplay: Ashley Holberry, Gavin Cosmo Mehrtens
Producers: Ashley Holberry, Gavin Cosmo Mehrtens, James Harris, Mark Lane
Duration: 1 hours 27 minutes
“Amazing post, keep up the good work!”
mly informative and well-written!”
Its like you read my mind You appear to know so much about this like you wrote the book in it or something I think that you can do with a few pics to drive the message home a little bit but instead of that this is excellent blog A fantastic read Ill certainly be back
Wonderful web site Lots of useful info here Im sending it to a few friends ans additionally sharing in delicious And obviously thanks to your effort