LASAK.iD – Film dengan berbagai genre selalu memiliki karakter utamanya sebagai penggerak cerita dengan karakteristiknya yang beragam. Ada yang hadir sebagai tokoh tunggal (laki-laki atau wanita), tokoh yang berjalan beriringan entah terikat dalam hubungan pertemanan, sejoli atau mungkin pasutri, yang lebih sering dijumpai pada genre drama.
Terkait karakter utama yang adalah pasangan suami-istri di beberapa genre misalnya action, hanya beberapa judul yang melakukannya dan cukup menarik perhatian. Sebut saja Back in Action dan Mr. & Mrs. Smith yang merupakan produksi hollywood, judul lainnya seperti Mission: Cross dan Okay Madam merupakan film asal korea selatan.
Dari semua judul, film Mr. & Mrs. Smith menjadi yang cukup membekas di penikmat film dunia. Tak hanya pada produksi yang menarik tetapi pemain yang terlibat, yaitu Brad Pitt dan Angelina Jolie. Keduanya saat itu tengah menjadi buah bibir publik dunia terkait hubungan asmara, yang disebut-sebut sebagai couple goals.
Tanpa disadari Mr. & Mrs. Smith kemudian menjadi standar dan komparasi tersendiri untuk film setelahnya yang memiliki kemiripan secara vibes. Ini yang terjadi dengan salah satu film yang tayang di bulan Mei 2025 ini berjudul Shadow Force. Sebuah film karya Joe Carnahan yang bertindak sebagai penulis sekaligus sutradara.
Kedua film memiliki plus-minus tersendiri. Namun, jika mengkomparasi satu sama lain, Shadow Force bukan juga disebut sebagai produksi yang gagal, tetapi tak bisa dipungkiri hasilnya kurang memberikan kepuasan. Ada perbedaan yang cukup timpang, tidak hanya dengan film Mr. & Mrs. Smith yang menjadi komparasi tetapi juga film lainnya dengan genre aksi.
Terutama eksekusi cerita yang kaitannya dengan judul filmnya, Shadow Force. Untuk sebagian penikmat film yang sering menonton film aksi, tentu memiliki memori tersendiri terutama film dengan hasil produksi yang epik. Apalagi menyangkut personality karakternya yang menggambarkan tentang pasukan khusus atau pasukan elit terlatih, terampil dan berbahaya.
Selain tampilan yang garang juga maskulin sekalipun itu karakter wanita, gambaran sebagai karakter yang ahli dan superior dalam hal bela diri, strategi dan penggunaan senjata seperti menjadi hal yang mutlak. Namun, kenyataan akan eksekusi yang terlihat pada film Shadow Force sedikit tidak sesuai ekspektasi dan bayangan dari penikmat film.
Ketujuh karakter termasuk dua karakter utama didalamnya, Kyrah Owens dan Isaac Sarr digambarkan sebagai bagian dari Shadow Force, justru memberi kesan biasa saja. Sesuatu yang istimewa dari masing-masing tidak terlihat, bahkan pada karakter utamanya itu sendiri, Kyrah Owens dan Isaac Sarr.
Sutradara Joe Carnahan mengarahkan mereka justru menjadi kelompok bersenjata biasa. Terlihat sekali dalam penggunaan senjata bahkan ketika petarungan tangan kosong. Terkadang hal tersebut diperkuat dengan sudut kamera untuk membuatnya dramatis sehingga vibes mereka pasukan khusus lebih terasa di penonton.
Kedua hal tersebut tidak terlihat hampir 104 menit film Shadow Force, hanya terlihat di beberapa bagian saja. Hal ini pada akhirnya membuat kesan filmnya hanya sebagai film aksi biasa. Hanya sebagai cerita pada titik sepasang suami-istri atau orang tua yang kebetulan memiliki kemampuan bela diri dan menggunakan senjata untuk menyelamatkan putranya.
Ini pun sebenarnya menjadi wajar ketika melihat subjudul atau tajuk kecil dari judul besarnya, yaitu “Family Over Everything“. Sehingga menegaskan bahwa garis besarnya lebih kepada keluarga, sedangkan pasukan khusus yang disebut sebagai shadow force hanya penguat dari drama keluarga itu sendiri.
Terlihat jelas, penulis ingin membuat kedua hal itu seimbang atau memiliki porsi cerita 50 berbanding 50. Namun, masing-masing masih kurang untuk dibuat menonjol tanpa tumpang tindih satu sama lain. Padahal secara premis, film Shadow Force dibuat cukup menarik. Namun, kompleksitas cerita dan eksekusi filmnya yang kurang 100 persen membuat filmnya menjadi biasa.
Pengkhianatan karena larang saling jatuh cinta sesama anggota yang akhirnya membuat keduanya membangkang sebenarnya bisa menjadi nilai plus lainnya. Jika bagian ini lebih diperdalam lagi, menilik kembali bahwa sisi keluarga yang juda ditekankan dalam filmnya. Hal ini hanya diperlihatkan dengan minimnya adegan dan hanya melalui dialog yang hanya pada satu scene saja.
Berbicara tentang hal dramatisasi adegan yang kaitannya dengan sinematografi pada sudut kamera pun terasa kurang maksimal. Sepanjang film sudut kamera hadir secara statis. Saat film dengan konsep dan tema seperti Shadow Force selalu ada sudut kamera yang pergerakannya seolah mengikuti tubuh maupun adegan yang dibuat slow motion hampir tidak terlihat.
Seringnya, dramatisasi dengan sudut dan pergerakan kamera serta diperkuat dengan proses editing mampu membuat film memiliki value lebih, sehingga tidak biasa-biasa saja. Hal ini terlihat dari pergerakan kamera ketika adegan fight dengan tangan kosong, vibes yang diberikan terasa kosong.
Meski begitu, Shadow Force tetap memiliki daya tarik yang tak terduga. Banyak film sebelum ini yang menghadirkan karakter anak-anak, hanya menempatkannya pada kebutuhan skenario. Tak memiliki peran untuk membuat filmnya lebih “hidup” ditengah peran dewasa yang serius.
Karakter anak-anak bernama Ky Sarr yang diperankan Jahleel Kamara, justru mampu mencuri perhatian. Terkadang hanya dengan gesture sederhana seperti melambaikan tangan atau sekedar berdiri dengan wajah polosnya sudah menciptakan sisi menarik. Ada pula adegan ketika Ky Sarr mengolok khas anak-anak sebagai becanda kepada Ayah dan Pamannya.
Di antaranya, adegan ketika Ky Sarr bersama Ibu dan Ayah mencoba untuk melarikan diri dari kejaran Cinder dan kelima anggota shadow force yang tersisa. Saat itu, Ky Sarr meminta Ayahnya untuk menyalakan musik dan meminta lagu secara khusus. Ternyata lagu itu merupakan lagu yang berarti untuk orang tuanya.
Pada akhirnya, Ayahnya pun mendapat olokan juga dari Ibunya. Di sini, percakapan yang terkesan sebagai punch line dari dialog Ky Sarr juga Ibunya yang akhirnya membuat penikmat film pun ikut tertawa. Tak hanya karakter Ky Sarr, karakter lainnya yang dipanggil dengan Auntie Clanter, cukup menarik perhatian.
Seperti halnya karakter Ky Sarr, karakter Auntie Clanter tidak perlu yang heboh sebagai seorang agent. Hanya dengan duduk namun ketika mengokang senjata sudah membuat kehebohan di penikmat film. Begitu pun dengan aksi membalas sakit kepada Marcus “Unc” Owens yang mengkhianatinya setelah 20 tahun bersama. Aksinya pun bukan dengan kekerasan yang membuat berdarah-darah tetapi cukup membuat penikmat film puas melihatnya.
Production company: Media Capital Technologies, Made with Love Media, Simpson Street, Indian Meadows Production
Distributor: Lionsgate
Cast: Kerry Washington (Kyrah Owens), Omar Sy (Isaac Sarr), Mark Strong (Jack Cinder), Da’Vine Joy Randolph (Auntie Clanter), Cliff “Method Man” Smith (Marcus “Unc” Owens), Jahleel Kamara (Ky Sarr), Krondon (Eddie “Cysgod” Clanter), Natalia Reyes (Moriti Sarr), Yoson An (Varjo), Ed Quinn (Reggie Parker), Jénel Stevens-Thompson (Anino), Marshall Cook (Patrick), etc
Director: Joe Carnahan
Screenplay: Leon Chills, Joe Carnahan
Producers: Kerry Washington, p.g.a., Pilar Savone, p.g.a., Stephen “Dr.” Love, p.g.a., Sterling K. Brown
Duration: 1 hours 44 minutes
Escape the Pyramid – Fire & Ice : Slot Online dengan Fitur Menarik dan Peluang Kemenangan Besar
Interesting perspective. It really made me think differently.
Website Scam Penipu Indonesia, KONTOL SEXS SITUS SEXS
Love this post! Especially the part about staying consistent—so true.
Awesome tips! I’ll definitely try some of these ideas.
Website Scam Penipu Indonesia, KONTOL SEXS SITUS SEXS
sigma slot : Slot Online yang Menawarkan Peluang Menang Besar dan Pembayaran Cepat
Wow superb blog layout How long have you been blogging for you make blogging look easy The overall look of your site is magnificent as well as the content
xnxx.com
pornhub.com