ReviewCinemaFilm

Review: HIJACK 1971, Di Antara Pilihan Sulit Seorang Pilot

1030
×

Review: HIJACK 1971, Di Antara Pilihan Sulit Seorang Pilot

Share this article

HIJACK 1971 menjadi film terbaru dari sutradara Kim Sung-han berdasarkan kisah nyata tentang Korea Selatan dan Korea Utara.

LASAK.iD – Korea Selatan kembali mencekoki penggemar di berbagai negara dengan asupan hiburan selain dari ranah drakor (drama korea) dan musik. Kali ini, negara berjuluk negeri ginseng atau negerinya para idola tersebut melakukannya melalui produksi film layar lebar.

Di Indonesia film karya film makers Korea Selatan cukup mendapatkan sambutan positif. Bahkan beberapa judul film meraih predikat film asal Korea Selatan dengan penonton terbanyak di Indonesia.

Tak hanya puluhan ribu tetapi ratusan ribu bahkan menyentuh jutaan penonton, dan itu terjadi di tahun 2024 ini. Kembali mencoba peruntungan yang sama, kini negeri ginseng hadirkan film rilisan terbarunya yang berjudul HIJACK 1971.

Film dari sutradara Kim Sung-han dan penulis cerita Kim Kyung-chan. Sebuah film berdasarkan kisah nyata yang terjadi tentang penyitaan ilegal atau pembajakan sebuah pesawat yang sedang terbang.

Terjadi pada periode tahun 1968 hingga 1972 yang menjadi periode dengan jumlah pembajakan tertinggi di seluruh dunia, dengan total 325 insiden yang terjadi selama lima tahun, menurut Administrasi Penerbangan Federal AS.

Kali ini, adaptasi yang diambil sebagai latar cerita peristiwa yang terjadi di Korea Selatan, sesuai dengan judulnya merupakan peristiwa di tahun 1971. Di mana, hijack atau pembajakan dilakukan oleh seorang pemuda Korea Utara bernama Yong-dae yang ingin kembali ke negaranya sebagai pahlawan.

Yong-dae terinspirasi peristiwa lalu, tentang rekannya yang berhasil membajak pesawat penumpang untuk mendaratkannya di Korea Utara. Berbekal tekat yang sama dan senjata rakitan, membawa rasa percaya diri yang kuat pada Yong-dae untuk mengulangnya kembali.

Yong-dae yang semula merasa berhasil melakukannya harus pupus karena tembakan yang dilayangkan kepadanya, membuatnya tewas seketika. Ini tentu berkat keberanian dan kerja sama awak pesawat dan para penumpang.

Terutama keyakinan yang kuat dari co-pilot Tae-in, meski hidupnya berada diujung hidupnya. Namun, pesawat berhasil kembali ke Korea Selatan, walau harus melakukan pendaratan darurat di pesisir pantai di Korea Selatan.

Sejarah panjang dua negara Korea

Produksi asal negeri ginseng sangat lekat dengan drama romance, namun beberapa tahun belakangan beragam genre dan turunannya mulai berani diproduksi. Beragam tema pun cukup banyak dihadirkan, dari yang masuk akal hingga yang tidak masuk akal. Hadir sebagai adaptasi kisah nyata atau fiksi belaka.

Namun, ada tema besar yang selalu dihadirkan pada produksi series atau film, tentang peristiwa yang terjadi di antara dua negara korea, yaitu Korea Selatan dan Korea Utara. Kali ini, dalam film berjudul HIJACK 1971, peristiwa kelam yang terjadi antara 1968 hingga 1972.

Peristiwa hijack atau pembajakan pesawat yang banyak dilakukan oleh Korea Utara terhadap Korea Selatan. HIJACK 1971 hanya gambaran satu di antaranya peristiwa cukup kelam di antara perselisihan kedua negara.

Gaya khas produksi negeri ginseng

Produksi film setiap negara memang memiliki ciri khasnya tersendiri, entah yang berkaitan langsung pada sebuah peristiwa, tokoh hingga kehidupan negara tersebut yang berasal cerita masa kini atau masa lalu.

Proses produksinya pun beragam, dari yang dibuat semirip mungkin, mengadaptasinya sebagian atau sekedar terinspirasi yang sepenuhnya merupakan sebuah fiksi.

Korea Selatan misalnya, cukup dikenal dengan drakor atau drama korea dengan cerita romance-nya, walau belakangan mulai hadir dengan beragam genre.

Belakangan produksi film layar lebar pun cukup rutin diproduksi dan tayang di berbagai dunia, terutama pangsa asia. Namun, produksi series maupun film memiliki gaya khas dari negeri ginseng.

Terutama dalam membuat dramatisasi sebuah adegan terutama dalam momen konflik maupun klimaks dari konfliknya itu sendiri. Sebuah adegan yang dihadirkan lebih lama dengan berbagai unsur editing yang dibuat slow motion, angle dan scoring yang dramatis.

Ini sebenarnya dilakukan film maker dari negara lain, tetapi masing-masing pun memiliki kekhasannya tersendiri termasuk Korea Selatan. Untuk penggemar produksi asal Korea Selatan hal ini menjadi lumrah dan terbiasa yang memang cukup membawa dramatisasi konflik yang juga cukup menarik dan membuat cukup gregetan.

Hal yang juga dilakukan dan terlihat dalam film HIJACK 1971, terutama adegan yang menggambarkan karakter Yong-dae melakukan aksi pembajakan hingga klimaks ketika para pilot terutama karakter Tae-in yang melakukan sebuah aksi tak terduga di detik-detik akhir.

Adegan, konflik, sinematografi dan efek visual (VFX)

Mengulik film HIJACK 1971 di setiap scene by scene yang cukup mencuri perhatian tentu dimulainya adegan pembajakan pesawatnya. Jika melibatkan kekhasan gaya produksi Korea Selatan, banyak adegan yang membuat gregetan karena sajian akhir yang seru atau gregetan karena dibuat tidak to-the-point.

Ini digambarkan pada adegan yang melibatkan karakter Yong-dae dan Tae-in. Karakter Tae-in yang sebenarnya pernah dalam sebuah satuan memang secara umum dilatih untuk mengutamakan keselamatan sandera, bukan membuat keputusan yang akhirnya berujung fatal.

Hal yang dilakukan tetapi cukup jomplang jika mengingat statusnya dulu sebagai satuan dari militer angkatan udara. Di sini, Tae-in justru terlihat lemah dan tidak memiliki sisi tegas dan hero yang ingin dilihat penonton, walau akhirnya membuat terharu penonton.

Terlepas dari gaya khas, namun jika melihat film pembajakan pesawat dari negara lain, misalnya hollywood. Sutradara akan membuat adegan yang tegas untuk protagonis yang memang akan menjadi sosok hero-nya.

Istilahnya akan terlihat adegan yang “sat-set” yang diinginkan sebagian penonton. Jika ingin dibuat sedikit perbandingan mungkin pada film korea lainnya yang berjudul Emergency Declaration, yang tayang pada 2022 lalu di Indonesia.

Kembali lagi bukan juga hasil yang tidak memuaskan hanya sedikit membuat gregetan. Jika hal ini yang memang diinginkan penulis dan sutradara, ini cukup berhasil.

Bicara konflik filmnya sendiri cukup menarik, yang menjadi tabir baru tentang perselisihan kedua negara. Untuk ini, karena banyak film lainnya yang melibatkan peristiwa asli kedua negara sebagai adaptasi cerita namun lebih kepada tema perang, seperti Into The Fire (2010), Battle of Jangsari (2019), Escape from Mogadishu (2021) dan banyak film lainnya.

Hal lainnya yang berhubungan dengan sinematografi dan visual effect (VFX) filmnya. Ini terlihat pada adegan saat Yong-de melemparkan peledak rakitan di dalam pesawat dan juga adegan ketika Tae-in membuat penyelamatan dengan membuat pesawatnya vertikal 90 derajat.

Adegan yang tergamarkan di dalamnya cukup menarik karena sutradara sedikit menyisipkan teknik bullet time, istilah yang digunakan dalam film seperti Matrix.

Atau istilah lainnya dalam industri perfilman, seperti frozen moment, temps mort , time slicing dan flow-mo. Di mana, para karakter dibuat membeku namun yang bergerak adalah kamera itu sendiri yang menghasilkan efek menarik untuk dilihat.

Namun, hal ini sedikit berbanding terbalik dengan visual effect filmnya terutama yang menggambarkan pesawat dari sisi luar. Penonton yang terbiasa menonton film tentu akan paham bahwa yang film maker menggunakan efek visual untuk adegan tersebut. Hanya saja dalam film HIJACK 1971 sedikit terasa kasar untuk hasil akhir.

Ini pun tergantung penilaian dari penonton yang mungkin sedikit terganggu dengan hasilnya atau menikmatinya sebagai sajian dari sebuah film.

Production company: Perfect Storm Film, Channel Plus, Kidari Studio, Sony Pictures International Production
Distributor: Sony Pictures Entertainment Korea, Kidari Studio
Cast: Ha Jung-woo (Tae-in), Sung Dong-il (Gyu-si), Chae Soo-bin (Ok-soon), Yeo Jin-goo (Yong-dae), Moon Yoo-kang (Chang-bae), Im Se-mi (Moon-young), Kim Dong-wook (Choi Dong-cheol), Kim Sun-young (Young-sook), Choi Kwang-il (Seo Min-soo), Kim Jong-soo (Jang Young-hwan), Jeong Ye-jin (Lee Soo-hee), Moon Woo-jin (Lee Han-bong), Kim Chul-yoon (Nam-il), Park Ji-hwan (Airport Agent), etc
Director: Kim Sung-han
Screenwriter: Kim Kyung-chan
Producers: Jung Won-chan
Duration1 hours 40 minutes

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
pxhs
4 months ago

I was recommended this website by my cousin I am not sure whether this post is written by him as nobody else know such detailed about my difficulty You are wonderful Thanks

airhostess
4 months ago

I was suggested this web site by my cousin Im not sure whether this post is written by him as no one else know such detailed about my trouble You are incredible Thanks

discoverblog
4 months ago

Excellent blog here Also your website loads up very fast What web host are you using Can I get your affiliate link to your host I wish my web site loaded up as quickly as yours lol

fun88 angels nude
2 months ago

Beautifully composed piece that provides valuable perspectives. I’m impressed by the depth of your research and analysis.

nhà cái fun88
2 months ago

Bài viết rất hay! Tôi đã học được rất nhiều điều từ bài viết này. 

5
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x