ReviewCinemaFilm

Review: Harta Tahta Boru Ni Raja, Drama Romance yang Dibalut Tema Wisata

948
×

Review: Harta Tahta Boru Ni Raja, Drama Romance yang Dibalut Tema Wisata

Share this article

Harta Tahta Boru Ni Raja menjadi film kesekian kalinya dari PIM Pictures yang mengangkat tema budaya dan pariwisata lokal dari Sumatera Utara.

LASAK.iD – Rumah produksi lokal beberapa di antaranya menetapkan kecirikhasan pada setiap produksi filmnya, baik itu sebuah series maupun film layar lebar. Seringanya karena genre atau tema tertentu yang diusung rumah produksi tersebut. PIM Pictures satu di antaranya, rumah produksi yang sejak awal membawa kental budaya Batak pada hampir setiap produksi.

Film pertamanya, Pariban: Idola dari Tanah Jawa mendapat sambutan positif di bioskop tanah air dengan raihan lebih dari 200 ribu penonton. Setelahnya, PIM Pictures secara berkelanjutan memproduksi film dengan tema besarnya adalah budaya Batak. Meski ada beberapa judul lain yang mengusung genre dan tema berbeda.

Baca juga: Review: Nagih Janji Cinta, Saat Jodoh Terhalang Bibit Bebet Bobot

Terbaru, PIM Pictures hadir dengan film terbarunya berjudul Harta Tahta Boru Ni Raja, yang kembali mengangkat tentang budaya lokal Batak, Sumatera Utara. Agustinus Sitorus yang menulis cerita sekaligus sutradara filmnya kembali dengan genre drama comedy melalui premis sederhana dengan kemasan kekinian. Hal ini sepertinya dimaksudkan untuk spesifik pada penonton yang lebih muda.

Untuk itu, penulis mencoba lebih menekankan pada penggambaran budaya yang lebih ringan dengan pengetahuan dasar akan budaya Batak. Digambarkan melalui beberapa poin yang menjadi highlight dari inti cerita filmnya. Pertama, pengenalan akan bagaimana masyarakat Batak memanggil satu sama lainnya. Entah dilihat dari perbedaan umur, hubungan keluarga dan hal lainnya.

Kedua, melalui karakter Jerry Panjaitan yang diperankan Mark Natama Saragi tak lagi membahas budaya tetapi sosok pahlawan nasional yang berasal dari Sumatera Utara, yaitu D.I. Pandjaitan. Dengan penceritaan karakter Jerry Panjaitan yang mengambil materi skripsi tentang sosok pahlawan tersebut.

Ketiga, terlihat sekali bahwa filmnya mencoba memperkenalkan lebih luas tentang wisata yang ada di Sumatera Utara. Terutama yang berkaitan dengan highlight ceritanya tentang pahlawan nasional D.I. Pandjaitan dan tentu Danau Toba yang menjadi ikon dari Sumatera Utara.

Beberapa hal yang berkaitan dengan highlight ceritanya pun sebenarnya cukup umum diketahui publik tanah air. Agustinus Sitorus sebagai penulis dan sutradara mencoba untuk menjelaskannya dengan lebih mendalam. Meski adegan untuk hal itu pun tidak banyak dimunculkan.

Penonton justru lebih fokus pada drama romance di antara para karakternya, terutama dua karakter utama, Jerry Panjaitan dan Ita. Sebuah hal yang sebenarnya sah-sah saja jika ceritanya ingin menguatkan pada sisi drama romance filmnya. Hal ini pun menjadi wajar jika merujuk pada judulnya Harta Tahta Boru Ni Raja.

Terutama merujuk pada kalimat Boru Ni Raja pada judulnya. Kalimat yang dalam Bahasa Indonesia berarti ‘putri raja‘, sebuah penggambaran dan penghormatan kepada anak perempuan dari budaya Batak, yang dalam filmnya merujuk pada karakter Ita. Yang kembali digambarkan pada kisah romantis kedua karakter utamanya.

Hal lain dari cerita filmnya memang terlihat sekali ingin lebih memperkenalkan pariwisata yang ada di Sumatera Utara terutama kaitannya dengan Danau Toba dan yang lainnya merupakan tempat yang berkaitan dengan pahlawan nasional D.I. Pandjaitan. Ketiganya merupakan highlight yang bisa disimpulkan dari cerita utuh filmnya.

Hanya saja, terlihat juga dirasakan sekali masing-masing ingin ditonjolkan dalam filmnya, bukan juga tidak bisa berjalan beriringan. Namun, pengemasan untuk satu sama lain berjalan berbarengan sebagai sebuah cerita utuh masih cukup kurang.

Disayangkan juga, pahlawan nasional D.I. Pandjaitan yang sejak awal di highlight filmnya ternyata sebagai embel-embel untuk memperkenalkan monumen atau perpustakaan dari sebuah kampus. Namun, tentang tokoh nasional itu sendiri secara penjelasan tidak mendetail dilakukan.

Jika ini disebut sebagai sejarah sebenarnya pun bisa beriringan dengan highlight lainnya dari cerita filmnya, seperti drama romance. Yang juga hal berkaitan dengan tokoh nasional tersebut terselip dengan detail melalui dialog antara karakter Jerry, Ita juga dengan karakter lainnya.

Harta Tahta Boru Ni Raja cukup berani menggandeng pemain baru untuk menjadi karakter utama filmnya. Secara akting terlihat sekali masih belum menunjukkan keluesan secara berdialog, mimik atau gesture tubuh mereka. Tidak juga dikatakan jelek apalagi gagal, namun bukan juga unsur kuat dari filmnya.

Untuk naskah filmnya sangat terlihat ingin membuat komedi ringan untuk membuat tertawa penonton. Ini pun belum cukup berhasil, sebagiannya justru terasa garing karena ada unsur memaksa untuk menjadi lucu. Justru hal lucu hadir dari karakter Bang Jemun yang diperankan Jenda Ras Yuanda Munthe.

Pemain satu ini memang sejak kemunculannya di industri hiburan sudah menarik perhatian dengan kelucuannya yang absurd. Hal yang tetap bisa terbawa hingga ke ranah seni peran. Tanpa skenario yang dibuat lucu pun sosok Jenda dengan dialog ringan ditambah dengan mimik dan gesture mampu menghadirkan tawa.

Hal lain yang juga cukup menarik perhatian filmnya selain keindahan Danau Toba adalah original soundtrack dan scoring filmnya. Untuk scoring sendiri tentu mengambil musik yang menjadi khas dari Sumatera Utara atau budaya Batak.

Original soundtrack nyatanya sangat bisa dinikmati termasuk anak muda zaman sekarang meski keseluruhan dari bahasa dan musik kental budaya Batak. Daya tarik tersendiri dari film Harta Tahta Boru Ni Raja.

Sekali lagi, film ini bukan juga jelek apalagi sampai dikatakan gagal, tetapi pengemasan untuk membuat highlight ceritanya menjadi satu kesatuan masih belum cukup. Jika berkaca dari film lainnya yang mengangkat tentang Sumatera Utara bisa dikatakan cukup berhasil. Drama, komedi bahkan tanpa disadari juga mempopulerkan budaya maupun pariwisata bisa berjalan beriringan.

Production company: PIM Pictures, Badan Pelaksanaan Otorita Danau Toba (BPODT), Layar Production
Distributor: PIM Pictures
Cast: Mark Natama (Jerry Panjaitan), Novia Situmeang (Ita Pangaribuan), Frisly Herlind (Elin), Fahira Almira (Aliya), Fadlan Holao (Hendro), Jenda Munthe (Bang Jemun Nainggolan), Tabitha Christabela Napitupulu (), etc
Director: Agustinus Sitorus
Screenwriter: Agustinus Sitorus
Producers: Agustinus Sitorus
Duration1 hours 54 minutes

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
youtube to mp3
3 months ago

I have read some excellent stuff here Definitely value bookmarking for revisiting I wonder how much effort you put to make the sort of excellent informative website

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x