Review: Beetlejuice Beetlejuice, Masa Lalu akan Cinta dan Dendam yang Belum Selesai

LASAK.iD – Beberapa waktu belakangan penikmat film kembali bernostalgia dengan film-film yang dirilis pada tahun 80-an, 90-an hingga 2000-an awal. Eeits, tunggu dulu, bukan dengan memutar kembali film-film tersebut ke layar bioskop, tetapi rumah produksi merilisnya kembali dengan looks yang baru, dalam sajian sekuel, reboot, remake atau prekuel.

Yap, banyak judul film yang populer dan sukses di tiga masa tersebut kembali muncul ke permukaan dengan membawa embel-embel judul yang sama. Terbaru, film dari rumah produksi sekaligus distributor film, Warner Bros. Pictures untuk film populernya yang berjudul Beetlejuice.

Film yang dirilis pada 1988 silam ini kembali untuk kelanjutan kisahnya dalam Beetlejuice Beetlejuice atau Beetlejuice 2. Tak ingin kehilangan rasa dari film pertamanya, Warner Bros. Pictures kembali mempercayakan posisi sutradara pada sosok Tim Burton. Bahkan, Tim Burton pun mengambil peran sebagai produser di bawah rumah produksi miliknya, Tim Burton Productions.

Tim Burton tentu mempertahankan image dan taste dari film yang ia sutradarai 35 tahun lalu. Namun, selisih tahun yang cukup jauh dan perubahan dari sisi teknologi dan selera publik akan film, tentu Tim Burton menyesuaikan dengan hal tersebut pada hampir keseluruhan tampilan filmnya.

Kental dengan gaya Tim Burton

Tim Burton sejak film pertamanya Pee-wee’s Big Adventure hingga yang paling baru Beetlejuice Beetlejuice sudah membentuk karakteristik gaya penyutradaraan untuk film yang dibuatnya. Dari total puluhan film, yang lekat sekali dengan sutradara bernama asli Timothy Walter Burton tersebut pada gaya atau tema gothic.

Tema atau genre yang selalu lekat akan film dengan nuansa yang lebih dark atau gelap. Bahkan untuk film superhero Batman yang Tim Burton sutradarai. Hal yang mencirikan dirinya sebagai film maker atau sutradara. Ini dilakukan Tim Burton tak hanya pada film dengan pemeran asli manusia atau film dengan genre animasi.

Sebut saja, seperti film yang diperankan oleh aktor Johnny Deep (Edward Scissorhands, Sleepy Hollow) dan banyak judul lainnya. Tak hanya dari tampilan secara sinematografi, pada film bergenre komedi. Meski tidak terlibat secara langsung pada penulisan naskahnya, saat filmnya menjadi sajian utuh, terlihat kekhasan seorang Tim Burton dalam menyajikan sebuah komedi.

Tim Burton selalu hadir dengan jokes absurd yang mengundang senyum di penikmat film. Ia tahu menempatkan jokes yang lebih boom untuk membuat penikmat film tak hanya senyum tetapi tertawa terbahak-bahak. Ditambah lagi, bagaimana Tim Burton mengarahkan gesture dan mimik para pemerannya sebagai penunjang dari jokes tersebut.

Padu-padankan gaya klasik dan gaya baru

Selain terasa sekali bahwa filmnya memang mengkhaskan sang sutradara, ternyata Tim Burton sendiri tidak juga menghilangkan yang menjadi kekhasan dari filmnya itu sendiri. Meski sekarang ini teknologi untuk menunjang sebuah film terlihat kekinian, Tim Burton tetap membawanya pada nuansa klasik.

Tim Burton dan tim lainnya bukan juga tidak memakai teknologi yang ada, namun Beetlejuice Beetlejuice memberikan dua rasa berbeda pada filmnya. Tak hanya dari wardrobe yang digunakan para karakter khasnya, seperti Beetlejuice dengan suit & tie dengan pola hitam putihnya. Ada juga Lydia Deetz yang masih dengan gaya gotik dari rambut, pakaian hingga gaya riasannya.

Selain itu, juga bagaimana ambience yang diciptakan ketika para arwah berada di ruang tunggu untuk pergi ke alam baka masih membawa pada filmnya terdahulu. Bahkan pada visual effect filmnya, ada yang masih membawa gaya pada film pertamanya, misalnya pada adegan Delores, yang menyatukan kepingan tubuhnya yang terpotong-potong yang diletakkan di banyak peti.

Ada juga adegan cacing pasir yang berada di satu ruangan dalam dunia arwah atau tempat tinggal dari Beetlejuice. Tim Burton sepertinya meminta tim desain untuk tidak mengubahnya dengan teknologi sekarang. Penikmat film masih melihat visual effect seperti rangkain gambar yang disatukan menjadi video karena kesan patah-patahnya.

Namun, beberapa adegan yang membutuhkan visual effect dan special effect terlihat menggunakan teknologi saat ini yang terlihat lebih smooth pada hasil akhirnya. Tim Burton untuk film kedua dari Beetlejuice, ingin tetap memanjakan penikmat lamanya dan penikmat barunya di masa sekarang.

Layer pemain dan konflik yang maraton

Dibanding dengan penikmat film pertamanya yang memang hafal di setiap seluk beluk filmnya dan tahu sekali ini merupakan sekuel dari filmnya di tahun 1988. Bahkan dengan sutradara yang sama yaitu Tim Burton. Berbeda dengan penikmat filmnya saat ini, yang menganggap Beetlejuice Beetlejuice sebagai sajian film baru.

Namun, untuk sebagian dari penikmat filmnya yang lama atau yang baru sedikit dibuat menikmati film dengan layer konflik yang maraton. Ini tidak terlepas dengan kehadiran banyak karakter diluar karakter utamanya, yang juga memiliki konflik dan harus juga diselesaikan dalam filmnya.

Untuk deretan karakter utamanya, terutama pasangan ibu dan anak dari keluarga Deetz, yang jelas masih berhubungan eratnya dengan karakter utama lainnya, Beetlejuice. Namun, kehadiran karakter lain yang dianggap sebagai pemanis dari filmnya ternyata turut berada dilingkaran konflik. Itulah kenapa disebut konflik yang maraton.

Tetapi bukan juga yang membuat pusing ketika menontonnya, karena filmnya sendiri bisa dinikmati dengan segala ke-absurd-an yang dibuat oleh Tim Burton sepanjang filmnya. Bahkan ditengah ke-absurd-an dan sedikit ketegangan, penulis meyisipkan rasa empati menyesuaikan bahwa filmnya memang membawa drama keluarga untuk ceritanya.

Production company: Plan B Entertainment, Tim Burton Productions, 
Distributor: Warner Bros. Pictures
Cast: Michael Keaton (Betelgeuse (pronounced “Beetlejuice“)), Winona Ryder (Lydia Deetz), Catherine O’Hara (Delia Deetz), Jenna Ortega (Astrid Deetz), Justin Theroux (Rory), Monica Bellucci (Delores), Willem Dafoe (Wolf Jackson), Burn Gorman (Father Damien), Arthur Conti (Jeremy), Nick Kellington (Bob-Shrinker), Santiago Cabrera (Richard), etc
Director: Tim Burton
Screenwriter: Alfred Gough, Miles Millar
Producers: Marc Toberoff, Dede Gardner, Jeremy Kleiner, Tommy Harper, Tim Burton
Duration: 1 hours 45 minutes