ReviewCinemaFilm

Review: Ballerina, Wajah Baru Dengan Kompleksitas Yang Masih Sama

176
×

Review: Ballerina, Wajah Baru Dengan Kompleksitas Yang Masih Sama

Share this article

Ballerina merupakan spin-off From the World of John Wick yang mengambil latar belakang peristiwa John Wick: Bab 3 - Parabellum.

LASAK.iD – Pecinta dunia John Wick kembali dimanjakan dengan tontonan penuh aksi laga yang memukau sekaligus menegangkan yang sangat khas. Untuk kali ini, dunia John Wick membawa keseruan melalui karya terbaru berjudul Ballerina. Sebuah karya arahan sutradara Len Wiseman dengan cerita yang masih ditulis Shay Hatten.

Sesuai dengan judulnya, film kelima dari dunia John Wick ini membawa karakter utamanya seorang wanita bernama Eve Macarro (Ana de Armas). Lahir dari pasangan yang menjadi bagian dari sebuah sekte yang kehidupannya berada dalam lingkup dunia kriminal bawah tanah atau underworld. Dunia yang juga didiami seseorang yang dikenal sebagai Baba Yaga a.k.a John Wick.

Latar belakang keluarga membuatnya sudah tertempa sejak dini. Potensi yang kemudian menjadi rebutan dua kelompok kriminal, pertama, mereka yang berada di bawah naungan High Table dengan sebuah sekte yang dipimpin seorang yang disebut dengan the Chancellor.

Baca juga: 7 Hal Menarik Dari Film John Wick Chapter 3: Parabellum

Eve Macarro kecil yang memiliki dendam, tentunya lebih memilih pihak berlawanan. Untuk akhirnya berlabuh di Ruska Roma, kelompok kriminal underworld di bawah naungan High Table yang dipimpin seorang yang disebut the Director. Keberhasilan yang dilakukan Winston Scott, pemimpin dari New York Continental Hotel.

Di sisi lain, kemampuan balet yang dimiliki Eve Macarro dirasa cukup untuk kemudian mengirimnya ke Ruska Roma, dibandingkan kelompok lainnya yang masih berada di bawah naungan High Table. Tempat ini punya sejarah panjang dan terkenal karena dari sinilah seorang John Wick terlahir. Pembunuh bayaran berdarah dingin yang mematikan.

Latihan yang tiada henti membuatnya berhasil lulus untuk mendapatkan tugas pertamanya, yaitu melindungi seorang wanita bernama Katla Park (Sooyoung Girls’ Generation), anak pebisnis yang berhubungan erat dengan Ruska Roma. Setelah keberhasilannya, tugas lainnya silih berganti datang pada Eve.

Meski begitu, Eve masih terus mencari jawaban dan balas dendam atas tragedi keluarganya. Kesempatan dan waktu yang pas untuknya bertindak mencari kelompok bertato X di pergelangan tangan yang telah membunuh Ayahnya. Eve kembali menemui Winston Scott di Continental Hotel yang berada di New York.

Eve menggunakan hak prerogatif untuk mencari tahu kelompok bertato X yang ternyata lebih condong kepada sebuah sekte yang dipimpin seorang the Chancellor. Eve pun tahu bahwa ada seorang dari sekte yang menginap di hotel tersebut. Latihan sebagai assassin menjadi sangat berguna dalam kondisi yang dialami Eve.

Pertemuannya dengan Daniel Pine membuka tabir baru dari kultus tersebut. Akhirnya, ia kembali menggunakan hak prerogatif untuk membeli perlengkapan dan persenjataan menuju lokasi dari kultus atau sekte bertato X setelah penyerangan diluar Continental Hotel di Praha .Eve yang percaya diri dengen kemampuannya datang seorang diri dengan persenjataan yang telah disiapkan.

Namun, yang tidak Eve ketahui, kota yang berada di pegunung tersebut ternyata bukan sekedar penduduk yang menjadi penghuni. Mereka adalah kultus itu sendiri, itulah kenapa setiap orang bahkan perempuan muda bahkan yang sudah berumur angkat senjata ketika orang asing masuk ke dalam kota mereka.

Pertarungan satu berbanding ratusan orang pun tidak terhindarkan. Eve yang sudah melanggar aturan atau kode etik dari kelompok yang dinaungi High Table. Sehingga dengan terpaksa Ruska Roma menjadikan Eve sebagai anggota yang terdaftar dalam pemburuan. Kalian tahu sosok yang dikirim untuk menangani masalah yang cukup rumit.

John Wick atau Baba Yaga diutus untuk memburu Eve Macarro, keduanya sempat terlibat dalam duel yang cukup intens. Eve yang memohon kepada John akhirnya diberikan waktu kurang lebih 30 menit untuk melakukan pembersihan dari orang-orang penting bagian dari kultus tersebut.

Penyerangan demi penyerangan didapatkan Eve setelah the Chancellor memerintahkan untuk membunuh keduanya. Pada akhirnya dendam sejak anak-anak terealisasikan. Ia kembali di kehidupan yang gelap sebagai bagian dari pembunuh bayaran. Hanya saja, bertumpuknya pelanggaran yang dilakukan menempatkan Eve sebagai daftar pencarian dengan imbalan yang cukup besar untuk seorang pemula.

Review

Ballerina atau secara marketnya berjudul From the World of John Wick: Ballerina seperti juga dikatakan Len Wiseman, sutradara filmnya, bahwa film ini menjadi gambaran awal perjalanan dalam menciptakan seorang legendaris bernama John Wick. Pada keempat film sebelumnya, penggemar dan penikmat film lebih banyak diperlihatkan ketika sang assassin sudah terbentuk sempurna.

Kini proses itu tersajikan untuk penggemar dan penikmat film dari jagat John Wick. Bedanya, dalam film Ballerina sudut pandang wanita yang digunakan melalui karakter bernama Eve Macarro. Film ini seolah menjadi awal dari jawaban untuk hal-hal yang diperlihatkan dalam jagat John Wick sebelumnya.

Kali ini, selain proses pembentukan sempurna seorang untuk menjadi pembunuh bayaran, tetapi juga alasan dibalik diperlihatkannya para balerina di tempat bernama Ruska Roma dari film terdahulu. Tak sekedar para wanita yang berlatih keras untuk bisa menari balet tetapi ada sisi lain yang tak terlihat dibaliknya. Pada filmnya sebelumnya sedikit diperlihatkan jawabannya namun ternyata tidak utuh.

Baca juga: Akan Rilis John Wick Diadaptasi dalam Anime, Don’t Missed It!

Begitu pun dengan tato yang berada di sekujur tubuh dari Eve, terutama di tempat tertentu seperti punggung, yang ternyata sebagai identitas di mana mereka ditempa untuk menjadi seorang pembunuh bayaran. Untuk itulah alasan ada tato sama yang dimiliki John Wick dan Eve Macarro.

Pembeda sekaligus menjadi identitas diri masing-masing mereka adalah tato berupa kalimat yang persis terletak di punggung. Biasanya berdasarkan pada luka, trauma atau rasa sakit di masa lalu. Jika pada John Wick bertuliskan Fortis Fortuna Adiuvat berasal dari bahasa Latin yang berarti keberuntungan berpihak pada yang berani. Pada sisi kanan memiliki gambar serigala serta api di sebelah kiri.

Kini, era dari Eve Macarro, tato tersebut bertuliskan Lux In Tenebris, sebuah frasa Latin yang berasal dari Alkitab Vulgata, bagian dari ayat kelima Injil Yohanes. Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “cahaya dalam kegelapan“. Kekhasan yang justru paling di bold sejak film Ballerina diperkenalkan.

Termasuk alasan dari banyaknya anggota mereka sendiri yang justru menjadi buronan. Bahkan tak segan diberikan nilai yang tidak sedikit, sosok John Wick pun pernah berada di posisi tersebut. Untuk Eve sendiri, terlalu besar kode etik yang dilanggar sehingga nilainya cukup membuat semua kelompok dan pembunuh bayaran mengejar untuk membunuhnya.

Adegan ini diperlihatkan jelang filmnya berakhir, sutradara Len Wiseman sekaligus menggunakannya sebagai sebuah post-credits scene. Petunjuk jelas filmnya akan memiliki kelanjutan dan universe-nya tersendiri seperti pendahulunya. Entah nantinya akan seperti apa jika kedua pembunuh bayaran benar-benar dalam satu frame dengan durasi satu film penuh. 

Bicara tentang karakternya sendiri, penulis Shay Hatten sepertinya memang dengan sengaja memberikan sebuah gambaran proses bukan hasil jadi akhir seperti sebelumnya pada karakter John Wick. Penulis dan sutradara ingin menciptakan sensasi karakter utamanya akan menunjukkan memar-memarnya dari aksi dan adegan berbahaya dan hal itu menjadi lencana penghargaan.

Sehingga proses mood yang coba diciptakan sejak awal lebih kepada gregetan karena karakter Eve Macarro lebih dulu menerima banyak pukulan. Baru setelahnya penggemar dan penikmat film melihat bagaimana kekhasan adegan fight dari jagat John Wick mulai terlihat. Di sini banyak penikmat film mulai mengeluarkan beberapa ekspresi dari tepuk tangan, suara dan gesture tubuh lainnya.

Selain beberapa perubahan dari sisi karakter yang kali ini wanita, hal yang menjadi wajib dari jagat John Wick masih dipertahankan. Terutama pada adegan aksi terutama yang melibatkan senjata tajam, seperti pisau, kapak hingga samurai yang selalu memberikan sensasi menarik untuk penikmat film.

Selain itu, warna filmnya masih didominasi dengan warna dark, tungsten (kekuningan) kadang beberapa momen terlihat kebiruan (cold light) yang memang menjadi identitas dari filmnya yang bercerita tentang kriminal dunia bawah tanah. Kadang ada gambaran kehangatan dari masa lalu yang diwakili warna tungsen.

Sebenarnya, Len Wiseman sebagai sutradara membuat sedikit perbedaan. Masih mempertahankan yang sudah namun koreksi warnanya diturunkan sedikit dari sebelumnya. Len Wiseman sepertinya tidak ingin memberikan kesan kelam di awal karena Ballerina masih permulaan.

Selain itu, ada bagian dari adegan filmnya yang memperlihatkan warnanya lebih cerah dari biasanya. Terutama adegan Eve yang menyerang kultus seorang diri. Kontras yang menarik membuat perbedaan cukup jelas tetapi tetap meninggalkan kesan yang sama seperti film-film sebelumnya. 

Begitu pun adegan fight yang memperlihatkan ketangguhan yang menjadi ciri khas dari jagat John Wick. Di mana, karakternya akan selalu bangkit selama masih bernafas, tangan masih bisa memukul dan kaki masih bisa menendang, walau wajah babak belur dan tubuh penuh dengan luka dan lebam.

Apalagi film kali ini diperlihatkan dari sudut pandang wanita, yang memberikan sensasi berbeda kepada penikmat film. Selain itu, hanya sedikit judul dari film aksi dengan karakter utama wanita bisa meninggalkan kesan. Terutama pada sajian adegan aksi yang lugas, efektif, cepat serta dinamis.

Penilaian seperti itu, tentu tidak bisa dilihat dari siapa aktris yang memerankan tetapi treatment dari sutradara dalam men-direct sang aktris untuk menciptakan korea akan adegan aksi menjadi memukau, seperti melihatnya pada karakter laki-laki. Meski kesan penciptaan Eve Macarro sebagai versi wanita dari John Wick terus bergema di antara penggemar.

Pada pola yang dihadirkan film Ballerina versi Eve Macarro untuk film berikutnya akan membawa kesan atau mungkin vibes yang sama dengan versi John Wick. Mengingat mereka memang lahir dari dunia yang sama. Terlebih keduanya memang masih dalam universe yang sama.

Di sisi lain, John Wick memang seperti kebanyakan film aksi, yang tentu penuh dengan aksi lagi dengan senjata atau tangan kosong. Namun, untuk Ballerina yang masih membawa dunia John Wick dalam filmnya menjadi film dengan aksi laga yang terus ditunggu seperti apa yang akan disajikan oleh para karakternya.

Meski adegan tersebut terjadi hampir di sepanjang film, penulis dan sutradara tidak memberikan ruang untuk penikmat film bernafas panjang, karena pertarungan di satu titik selesai tak berselang lama pertarungan berikutnya menanti. Menariknya, dengan angle kamera yang tidak perlu berlebihn hanya dengan mempertahankan kekhasan dunia John Wick, selama 125 menit filmnya sangat bisa dinikmati.

Ada juga yang cukup menarik perhatian dari filmnya, yaitu rambut dari karakter Eve Macarro yang cukup panjang tetapi selalu tergerai. Bahkan tidak terlihat berantakan meski melakoni adegan yang cukup memiliki banyak gerakan. Sisi tubuh yang masih dijaga, karena John Wick memang identik dengan rambut gondrongnya.

Production company: Summit Entertainment, Thunder Road Films, 87North Productions
Distributor: Lionsgate
Cast: Ana de Armas (Eve Macarro), Anjelica Huston (the Director), Gabriel Byrne (the Chancellor), Lance Reddick (Charon), Catalina Sandino Moreno (Lena Macarro), Norman Reedus (Daniel Pine), Ian McShane (Winston Scott), Keanu Reeves (John Wick), etc
Director: Len Wiseman
Screenplay: Shay Hatten
Producers: Basil Iwanyk, Erica Lee, Chad Stahelski
Duration: 2 hours 5 minutes

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x