LASAK.iD – Sampai Nanti, Hanna! merupakan film bioskop yang cerita filmnya ditulis Swastika Nohara dan disutradarai Agung Sentausa. Film dengan latar tahun 90-an membawa kisah tentang seorang perempuan bernama Hanna, yang harus menghadapi problematika kehidupannya sebagai anak, istri, ibu dan tentunya perempuan.
Di mana, Hanna remaja mendapat perlakuan berbeda dibandingkan kedua kakaknya, yang didapatkan dari orang tuanya terutama sang ibunda. Sejak itu, muncul pikiran naif dari Hanna sebagai anak muda yang menganggap dengan menikah membantunya segera keluar dari rumah dan bisa menyelesaikan semua permasalahnya.
Pernikahan pun terjadi dengan seseorang bernama Arya, yang merupakan kakak tingkat di masa perkuliahan. Perkenalan yang singkat dan dituntut dengan keinginan yang ingin keluar dari rumah, pernikahan terjadi dengan perkenalan yang singkat. Ada rasa keterpaksaan dan tidak adanya rasa cinta dari Hanna untuk Arya, klimaksnya hal yang tidak diinginkan pun terjadi.
Awal pernikahan semua berjalan sesuai dengan keinginannya, tanpa dirinya tahu bahwa Arya memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Mirisnya, lukanya ditinggalkan Arya bukan wajah atau sekujur tubuh yang lebam tetapi luka di hati Hanna dan mungkin juga putra mereka, karena Arya melakukannya secara verbal, dengan melontarkan kata-kata yang tak pantas.
Bahkan di awal Hanna menjadi seorang ibu, ia sempat mengalami baby blues. Sehingga tekanan yang didapatkannya menjadi berkali-kali lipat, yang akhirnya membuatnya berada di kondisi psikologis yang tidak sehat, yang membuatnya mengalami masa stress cukup mengkhawatirkan.
Perlakuan berlanjut hingga putra mereka memasuki usia yang mengerti akan tindakan kekerasan, baik fisik maupun verbal. Kondisi yang memaksa Hanna dan putranya memutuskan kembali ke Indonesia dan memulai hidup baru. Semasa kuliah, Hanna sebenarnya memiliki kedekatan dengan teman laki-laki bernama Gani.
Seolah perasaan selama bertahun-tahun lalu belum selesai, keduanya dipertemukan kembali. Gani akhirnya bisa mengungkapkan perasaannya 10 tahun lalu kepada Hanna melalui jurnal bernama biru yang selalu dibawa dan ditulisnya selama ini. Bahkan secarik surat dari 10 tahun lalu pun masih disimpan dengan rapi oleh Gani. Perasaan yang belum selesai di antara keduanya pun terjalin kembali.
Review
Film produksi Pic[k]lock Films berjudul Sampai Nanti, Hanna! memberikan beberapa hal yang cukup menarik, misalnya dari sisi genre yang diusung untuk cerita filmnya. Sampai Nanti, Hanna! membawa penonton pada sebuah drama keluarga yang dibalut dengan psikologi yang tergambarkan pada setiap karakternya.
Misalnya, pada karakter Hanna, penikmat film akan melihat pergolakan yang dialami karakternya pada beberapa fase kehidupannya, dari remaja hingga dewasa. Pada karakter Gani, ketika dihadapkan dengan pasangan yang memiliki kecenderungan over thinking dan cinta terpendamnya kepada Hanna dari masa lalu yang belum selesai.
Untuk Arya, karakter yang memberikan sebuah plot twist. Di awal, penikmat film akan tersuguhkan sosok laki-laki green flag, namun pada kenyataannya Arya adalah laki-laki dengan emosi yang meledak-ledak dan tak terkontrol yang akhirnya merujuk pada sosok red flag. Penulis menggambarkan Arya memiliki gangguan kesehatan mental yang mengarah pada autisme.
Begitu pun dengan tema kekerasan secara verbal yang dialami perempuan dalam sebuah hubungan. Di filmnya digambarkan dalam rumah tangga yang juga menjadi bold cerita filmnya. Ini sebenarnya isu sosial yang menarik untuk disajikan dalam sebuah produksi film. Bahkan penulis dan sutradara terlihat mencoba menyajikan akan hal tersebut secara kompleks.
Namun, penulis dan sutradara tidak mengeksekusinya dengan 100 persen dalam penyajiannya. Penikmat film hanya disajikan layer paling luar dari konflik masing-masing karakter. Sekedar informasi bahwa setiap karakter memiliki kompleksitas masalahnya masing-masing dalam memperkuat cerita.
Penikmat film sebenarnya menunggu gong besar yang membuat terenyuh karena emosi dan mood yang sudah mulai terbentuk. Sayangnya, berkelanjutan akan penjelasan secara adegan dalam filmnya tidak ada, bahkan pada karakter Arya penikmat film justru langsung diberikan sebuah conclusion.
Gambaran singkatnya, perkenalan awal diperlihatkan Arya yang seorang dari keluarga berada dan terhormat, pintar, aktif dan mungkin idola di kampusnya. Pertemuannya beberapa kali dengan Hanna membuatnya langsung jatuh cinta, bahkan membawanya pada tahap pernikahan. Selama hampir se-dekade pernikahan mereka, Hanna terus mengalami kekerasan verbal dari Arya.
Di sebuah adegan diperlihatkan sebuah gesture dari karakter Arya yang menunjukkan bahwa gerakan tersebut yang biasa dilakukan mereka yang memiliki kecenderungan autisme. Namun, sebab hal itu terjadi entah karena tekanan atau tuntutan yang berat hingga menyebabkan sebuah trauma, tidak dijelaskan secara detail dalam filmnya.
Bahkan pada karakter Hanna masih ada penjabaran karakter yang belum 100 persen, masih ada plot hole yang buat penikmat film bertanya-tanya. Di antaranya, alasan Hanna yang selalu ingin cepat keluar dari rumah, dalam filmnya memang digambarkan ia yang selalu mendapat perlakuan berbeda dari kedua kakaknya.
Namun, hal itu sebenarnya tidak menjadi penjelasan yang kuat dan jawaban utuh yang diinginkan penikmat film. Termasuk perubahan Hanna yang memiliki ketegasan, vokal dan berpendirian kuat, hilang begitu saja. Di mana, Hanna dengan mudah memutuskan menikah, bahkan ketegasan seolah hilang ketika mendapat perlakuan tidak baik dari suaminya.
Jika dipikirkan secara logika hal tersebut menjadi hal tersebut sah-sah saja, terlebih kebutuhan dari sebuah produksi film. Hanya saja, jangan membuat kerancuhan maupun emosi dan mood yang tidak selesai di penikmat film, karena kompleksitas yang ingin dibangun tidak 100 persen.
Apalagi konflik yang dibangun dalam film Sampai Nanti, Hanna! merupakan isu sosial tentang kekerasan verbal hingga autisme. Sebuah isu yang memang butuh penjelasan adegan yang kuat, sehingga nilai yang ingin disampaikan film yang sebenarnya cukup penting tidak akhirnya hilang.
Penikmat film akhirnya sekedar menikmati sebuah cerita drama dari para karakternya, bahwa Hanna dengan segala problematikanya bertemu dengan pria yang salah dalam hidupnya, akhirnya kembali ke cinta masa lalu yang belum selesai. Seperti istilah yang sering digunakan di media sosial, “cinta berhenti pada orang lama“.
Juga beberapa plot dalam filmnya yang berubah cukup cepat tetapi menimbulkan rasa rancuh. Tergambarkan pada plot transisi dari Hanna yang seorang mahasiswa ke Hanna seorang istri dan pindah ke Belanda menjadi cukup mendadak.
Penulis dan sutradara tidak memberikan sebuah flow yang smooth untuk perpindahan plot ini. Sebagian dari penikmat film yang benar-benar mencoba menikmati akan kaget dengan perubahan plot yang secara tiba-tiba.
Termasuk beberapa hal yang mungkin sebagian dari penikmat film pertanyakan tentang perubahan waktu dalam filmnya. Secara look dari wardrobe, gesture dan beberapa hal lainnya cukup terlihat perubahannya yang sesuai latar waktunya dalam rentang 10 tahun. Namun, sedikit membingungkan ketika ada yang tidak berubah dalam kurun waktu 10 tahun itu.
Salah satunya, pada rambut karakter Hanna. Secara logika, perjalanan waktu selama 10 tahun akan ada perubahan signifikan dengan rambut yang misalnya bertambah panjang. Apalagi ada momen Hanna mengalami stress karena baby blues dan kekerasan verbal, yang tidak bisa mengurus diri sendiri tetapi rambutnya kembali tidak berubah.
Perubahan hanya pada gaya rambut ketika kembali ke Indonesia atau setelah terbebas dari Arya. Mungkin hal ini terlihat sepele di sebagian penikmat film atau mungkin tidak diperhatikan. Namun, untuk sebagian penikmat film yang melihat sebuah film tidak hanya dari cerita untuk dinikmati tetapi hal-hal yang menyangkut proses hingga film siap tayang, hal ini tentu menjadi sebuah pertanyaan.
Ini kembali bagaimana penikmat film menempatkan dirinya, apakah sekedar penonton atau lebih dari itu. Terlepas dari beberapa hal yang harus dipertanyakaan dalam filmnya. Penyajian cerita melalui akting para pemain patut mendapat apresiasi, dengan akting yang mumpuni dari ketiganya mampu memainkan karakter yang baru lagi.
Pada awal film ini siap menyapa penikmat film, para pemeran seperti Bio One, Febby Rastanty dan Ibrahim Risyad mengungkapkan mendapatkan tantangan baru dalam memerankan sebuah karakter. Terlihat paling berbeda pada Bio One yang memerankan karakter Gani.
Di mana, aktor 26 tahun tersebut berubah 180 derajat dari biasanya ia berperan dalam sebuah produksi, baik film maupun serial. Penikmat film terbiasa melihat Bio One dengan karakter yang boy crush, sangar dan suka berkelahi dengan mempertahankan tato dan antingnya, yang lebih merujuk pada laki-laki yang red flag.
Film Sampai Nanti, Hanna!, Bio One justru menjadi laki-laki green flag dengan karakter yang lembut secara gesture dan dialog. Tidak ada emosi yang menggebu-gebu dengan dialog dengan nada tinggi dan muka penuh amarah. Bio One dituntut menunjukkan sebuah kesedihan dan marah dengan gesture yang berbeda.
Bio One dan pemain lain lebih banyak berbicara melalui mata, bibir yang bergetar dan gesture tangan untuk menunjukkan hal tersebut. Tak heran, Bio One, Febby Rastanty dan Ibrahim Risyad menyebut Sampai Nanti, Hanna! salah satu film yang paling menantang untuk ketiganya.
Dibalik plus minus filmnya, Sampai Nanti, Hanna! menjadi film rekomendasi yang ingin menikmati sebuah sajian film drama yang dikemas berbeda. Penyajian yang memiliki keterikatan antara konflik yang dialami karakter dengan kebiasaan atau latar yang diperlihatkan dalam filmnya. Pada Sampai Nanti, Hanna! hal ini merujuk pada alam dan air.
Production company: Pic[k]lock Films, Azoo Projects, Fortius Films, City Vision
Distributor: Pic[k]lock Films
Cast: Bio One (Gani), Febby Rastanty (Hanna), Ibrahim Risyad (Arya), Meriam Bellina (Mami Hanna), Anjani Dina (Saras), Jordan Omar (Raka), etc
Director: Agung Sentausa
Screenwriter: Swastika Nohara
Producers: Dewi Umaya
Duration: 1 hours 50 minutes
https://bikelife.tv/
JalaLive
JalaLive
JalaLive
Situs Tempat Nonton Bola Gratis Hanya Di JalaLive
Wow, this post is absolutely amazing! Your insights are so thoughtful, and I love how you explain everything in such a clear and engaging way. You’ve really put a lot of effort into this, and it definitely shows. Keep up the great work – I can’t wait to read more of your content!
Such a fantastic post! I really appreciate the depth of your research and how you present everything in such an easy-to-understand manner. It’s clear that you’re passionate about this topic, and it makes your content so enjoyable to read. Looking forward to your next post!
Blue Techker I like the efforts you have put in this, regards for all the great content.
Rely on BWER Company for superior weighbridge solutions in Iraq, offering advanced designs, unmatched precision, and tailored services for diverse industrial applications.
NY weekly This is my first time pay a quick visit at here and i am really happy to read everthing at one place
NY weekly This is my first time pay a quick visit at here and i am really happy to read everthing at one place
Noodlemagazine For the reason that the admin of this site is working, no uncertainty very quickly it will be renowned, due to its quality contents.
Your blog is a true gem in the world of online content. I’m continually impressed by the depth of your research and the clarity of your writing. Thank you for sharing your wisdom with us.
Noodlemagazine Good post! We will be linking to this particularly great post on our site. Keep up the great writing
Noodlemagazine very informative articles or reviews at this time.
Noodlemagazine I’m often to blogging and i really appreciate your content. The article has actually peaks my interest. I’m going to bookmark your web site and maintain checking for brand spanking new information.
Technology us Pretty! This has been a really wonderful post. Many thanks for providing these details.