ReviewCinemaFilm

Review: Panggonan Wingit: Miss K, Teror Ruang Misterius Perenggut Nyawa

363
×

Review: Panggonan Wingit: Miss K, Teror Ruang Misterius Perenggut Nyawa

Share this article

Panggonan Wingit: Miss K hadir sebagai film sekuel dari Panggonan Wingit Universe yang kembali dengan cerita dan karakter baru.

LASAK.iDJagat semesta dari Panggonan Wingit dari rumah produksi Hitmaker Studios telah memasuki film series keduanya yang diberi judul Panggonan Wingit: Miss K. Film yang kembali disutradarai Guntur Soeharjanto, menghadirkan cerita baru yang kali ini dihantarkan Cinta Laura sebagai Alma, Arifin Putra sebagai Rayyan dan Callista Arum sebagai Mia.

Panggonan Wingit: Miss K tentang kakak beradik, Alma dan Mia yang terjebak dalam lingkaran setan yang tak terduga. Saat keduanya harus pindah ke kota lainnya, yaitu Surabaya. Semua dimulai ketika Alma bekerja sebagai manajer di sebuah apartemen terkenal di Surabaya bernama Apartemen Sasmaya.

Posisi Alma membuatnya mendapatkan fasilitas tempat di salah satu unit di apartemen tersebut. Keadaan terasa mulai membaik untuk Alma dan Mia, namun semuanya buyar ketika Alma dan Mia melanggar perintah dari Pak Aiman dan Bu Wulan pemilik apartemen. Sejak awal keduanya telah memperingatkan Alma untuk tidak menyentuh lantai 6 dalam situasi dan keadaan apapun.

Namun, Alma yang sangat penasaran terlebih adanya keluhan dari pemilik unit lainnya karena kebocoran, memaksanya memeriksa lantai 6, tepatnya di unit dengan nomor 610. Tak sendirian, Alma ditemani Mia, ketika masuk ke dalam unit tersebut terlihat sekali bahwa unit tersebut sudah lama tidak tersentuh.

Baca juga: Review: Santet Segoro Pitu, Thread Viral yang kembali Diangkat ke Layar Lebar

Seketika keduanya dikejutkan dengan suara wanita dewasa dari sebuah ruangan yang adalah kamar mandi. Pas keduanya membukanya, betapa terkejut bahwa keduanya mendapati dua sosok (wanita dewasa dan anak kecil) berada dalam bathtub. Saat kedua sosok tersebut melihat ke arah mereka, betapa terkejutnya dengan wajah seram dari keduanya.

Sosok wanita sempat mengatakan kalimat “Patang dino, Maghrib” dengan nada menyeramkan. Kalimat yang membuat bingung keduanya, namun setelah mengadukannya kepada Pak Aiman dan Bu Wulan barulah mereka mengetahui kebenarannya. Bahwa waktu untuk mereka hanya selama 4 hari kedepan, sebelum akhirnya mati dengan cara yang sama dengan orang sebelumnya yang juga sempat melihat kedua sosok tersebut di unit 610.

Alma dengan segala upaya mencari solusi untuk mengatasi teror dari sosok yang ternyata diketahui bernama Kanti. Hal ini diketahui dari pembuat topeng yang khusus untuk Tari Topeng Malangan bernama Sugeng. Diketahui bahwa Kanti diusir oleh ibundanya, Kusuma Dewi karena hamil dengan lelaki yang tidak setara dengannya.

Akhirnya, satu per satu fakta mulai terkuak, namun dalam perjalanan Alma dan Rayyan, kekasihnya yang seorang polisi yang juga menyelidiki kasus yang sama terperosok ke jurang. Namun, keduanya selamat setelah mendapat pertolongan dari seorang wanita dengan obat-obat tradisionalnya. Merasa lebih baik, keduanya memutuskan untuk pergi dan kembali ke Surabaya.

Sebelumnya, Alma dan Rayyan menemui Ki Sukmo, orang pintar yang membantu berkomunikasi dengan Kanti melalui topeng yang sebelumnya dimilikinya. Gambaran masa lalu semakin menguatkan bahwa Kanti bersama putrinya Kirani sengaja dibunuh dan mayatnya disembunyikan di suatu tempat di apartemen tersebut.

Sesampainya di apartemen Alma, Rayyan, Ki Sukmo, Pak Aiman dan Bu Wulan memulai ritual di lantai 6. Tanpa diketahui oleh Alma, Rayyan dan Ki Sukmo, lingkaran setan yang dialami mereka ternyata bermula dari pemilik apartemen itu sendiri, yaitu Pak Aiman dan Bu Wulan.

Baca juga: Sumala Film Penuh Kejutan dari Debut Luna Maya sebagai Eksekutif Produser hingga Penayangan di Beberapa Negara

Plot twist-nya, keduanya merupakan pasangan selingkuh, karena sebenarnya Aiman merupakan suami dari Kanti. Namun, keinginannya untuk menjadi orang kaya membuatnya berselingkuh dengan Wulan, putri dari pemilik Apartemen Sasmaya. Aiman yang tidak bisa mengontrol emosinya, tanpa sengaja justru mencelakai Kanti dan Kirani.

Tak berhenti disitu, Aiman dan Wulan membunuh keduanya dengan menenggelamkan dalam bathtub. Kembali merasa belum cukup, Aiman dengan keji memutilasi istri dan putrinya kemudian memasukkannya ke dalam karung dan menguburnya di dinding unit 610 tersebut.

Itulah alasan dari runtutan peristiwa yang dialami orang sebelumnya, yang kemudian dialami oleh Alma dan Mia sejak melihat sosok Kanti dan Kirani di unit 610. Setelah Alma, Mia dan Rayyan berhasil menemukan jasad dari Kanti dan Kirani, kutukan yang menghantui ketiganya selama 4 hari kebelakang akhirnya hilang.

Meski ketiga harus melalui segala tantangan termasuk mendapatkan perlawan dari pasangan psikopat, Pak Aiman dan Bu Wulan. Mulai dari ditembaki dengan pistol milik Rayyan yang sebelumnya diambil ketika pingsan. Hingga mendapat beberapa tusukan dan goresan benda tajam seperti pisau.

Namun, kejahatan sudah terkuak, lingkaran setan dari unit 610 pun hilang, walau roh dari Kanti dan putrinya Kirani tidak bisa pergi dan tetap berada di lantai 6, yaitu di unit 610. Rentetan peristiwa hingga akhirnya terkuak memaksa Apartemen Sasmaya tutup secara permanen hingga waktu yang tidak terbatas.

Menilik dari cerita utuhnya, disimpulkan bahwa seperti juga film pertamanya di 2023 lalu, Panggonan Wingit: Miss K membawa kembali konsep yang cukup autentik secara vibes dan ambience yang dirasakan penikmat film. Pembeda tetap dilakukan Riheam Junianti, penulis dari Panggonan Wingit Universe untuk kedua filmnya.

Pada plot (alur cerita) filmnya, Riheam Junianti sebenarnya tidak melakukan banyak perubahan. Begitu pun pada latar hingga karakter filmnya, Riheam Junianti hanya mengubah lokasi serta nama karakter dalam cerita filmnya. Bahkan secara sinematografi dan warna film, Guntur Soeharjanto sebagai sutradara tetap mempertahankan keautentikan dari Panggonan Wingit Universe.

Meski begitu, melihat dari film pertama dengan berbagai tanggapan berupa review dari berbagai kalangan membuat Guntur Soeharjanto sebagai sutradara dan Riheam Junianti sebagai penulis mencoba membuat filmnya untuk naik level. Hal ini sebenarnya juga cukup dirasakan untuk Panggonan Wingit: Miss K.

Melihat secara menyeluruh filmnya, secara plot, Panggonan Wingit: Miss K memberikan flow yang jauh lebih enak, meski secara layer cerita dan layer konflik cukup padat dari masing-masing karakter. Penulis membuatnya untuk tidak juga tumpang tindih satu sama lain. Walau, pada bagian awal jumping untuk perpindah dari adegan cukup dirasakan.

Entah disengaja atau tidak, penghantar transisi untuk adegan-adegan awal kurang smooth. Sehingga kesan pada jumping adegan yang memang dirasakan untuk sebagian penikmat film yang sadar akan hal tersebut. Hal kecil yang untungnya pun hanya terjadi di awal film, selebihnya filmnya nyaman untuk dinikmati.

Walau di seperempat filmnya di awal, masih pada perkenalan cerita yang terasa sedikit datar. Setelahnya berbagai kejutan dan plot twist tersaji dengan menarik. Termasuk adegan berdarah layaknya film thriller atau slasher yang membuat bulu kuduk merinding karena kengerian yang disajikan sutradara.

Sebagai catatan, penikmat film yang tidak suka dengan film yang penuh darah dan adegan yang sadis harus mempersiapkan diri. Sutradara Guntur Soeharjanto untuk Panggonan Wingit: Miss K memberikan sensasi yang lebih untuk adegan berdarah dan sadis dibandingkan film pertama.

Hal lain yang berkaitan dengan plot filmnya, pada akting pemerannya. Melihat deretan pemian yang terlibat dari asing-masing film, kualitas akting yang tidak perlu diragukan. Meski begitu, ada poin plus untuk film keduanya, Guntur Soeharjanto sebagai sutradara cukup berhasil untuk mengeluarkan sisi lain dari akting seorang Cinta Laura.

Mungkin, bisa dikatakan peran Alma menjadi akting terbaik sejauh ini dari Cinta Laura. Pendapat ini, berdasarkan salah satu adegan Cinta yang melakukan adegan fight antara dirinya dengan Intan Rizky Jaenab yang memerankan karakter Wulan. Kecintaannya dengan dunia olahraga serta pengalaman dari produksi sebelumnya yang bergenre aksi, ternyata membawa pengaruh besar untuk memudahkan Cinta beradegan fight.

Nilai plus lainnya, ketika diketahui Cinta melakukan semua adegan aksi, mulai dari terguling-guling dalam mobil hingga fight, tanpa menggunakan stuntwoman atau pemeran pengganti. Hal yang juga berlaku untuk pemain lain, yang juga melakukan adegan fight secara langsung tanpa pemeran pengganti.

Untuk Cinta sendiri yang beralasan ingin memberikan keaslian dan keautentikan dari aktingnya kepada penikmat film tanah air. Hal ini cukup untuk memberikan pujian untuk cinta. Hal ini juga cukup memberikan pengaruh pada chemistry Cinta dengan pemain lainnya. Entah Cinta Laura dengan Callista Arum, Arifin Putra, Indra Brasco atau Intan Rizky Jaenab, yang tergambar di banyak adegan walau memang menonjol pada adegan tertentu.

Apresiasi lain untuk Cinta akan aktingnya yang berdialog dalam bahasa Jawa yang khas dari Jawa Timur. Ini ternyata cukup meninggalkan logat bule yang sangat identik dengan dirinya. Ini pun sebenarnya tidak hanya pada Cinta Laura tetapi pemain lainnya yang menciptakan support system yang baik.

Baca juga: WeTV Original Series Cinta Mati dengan Genre Romantic Psychological Thriller Hadirkan Tantangan Baru Untuk Mereka yang Terlibat

Sinematografi dan warna film dari Panggonan Wingit: Miss K sebenarnya masih membawa vibes dan ambience yang sama dari film pertamanya. Sutradara Guntur Soeharjanto terlihat di adegan tertentu lebih bermain dengan sudut kamera yang cukup memberikan rasa yang lebih mencekam, tegang dan menakutkan.

Meskipun hal ini mengingatkan dengan gaya sutradara James Wan untuk produksi filmnya dengan genre horror, salah satunya berjudul The Conjuring. Sudut kamera yang berputar kemudian berfokus pada satu titik dan kamera mulai mengikuti karakternya. Ini pada adegan Alma dan Mia yang pertama kali naik ke lantai 6 apartemen.

Untuk warna filmnya, Hitmaker masih mempertahankan kekhasannya yang lebih menggunakan tone warna tersier, yang lebih condong pada warna amber (kuning, orange) atau bisa juga dikatakan sebagai warna monokromatik. Dibandingkan penggunaan warna yang lebih dark seperti kebanyakan film dengan konsep serupa.

Selain sejalan dengan latar waktu cerita filmnya, yang mengambil latar pada tahun 1990-an. Namun, warna yang dipilih untuk filmnya cukup memberikan vibes dan ambience yang diinginkan penulis, sutradara atau produser filmnya. Untuk menciptakan kesan suram, sedih, mencekam, kegilaan maupun kesan hangat. Komposisi warna secara hue, saturation dan brightness pun pas, sehingga memberikan kenyamanan pada mata.

Jagat semesta atau lebih dikenal dengan istilah universe yang dihadirkan Rocky Soraya sebagai produser ternyata dengan konsep berbeda. Jika menilik film horror thriller yang memiliki lebih dari satu produksi film akan menyajikan cerita berseri dengan karakter yang sama di sepanjang film series.

Misalnya, pada jagat semesta dari The Conjuring, karakter Ed dan Lorraine Warren ditampilkan di hampir semua film, kecuali untuk spin-off dan prekuel filmnya. Sedangkan, Panggonan Wingit Universe menghadirkan karakter yang berbeda di setiap filmnya, kesamaan satu sama lainnya lebih kepada benang merah ceritanya, vibes dan ambience filmnya.

Panggonan Wingit Universe lebih merujuk pada universe dari Pamali (Indonesia), Pee Mak (Thailand) atau juga Final Destination (Amerika). Ketiganya seperti juga Panggonan Wingit merupakan IP (Intellectual Property) besarnya, dengan deretan judul film sebagai film series yang menjadi bagian kecilnya.

Cerita filmnya memang membawa benang merah, vibes dan ambience yang sama tetapi dihadirkan dengan plot cerita dan karakter yang berbeda. Sehingga masing-masing filmnya bisa berdiri sendiri tanpa penikmat film harus menonton film sebelumnya. Universe dari film berjudul Ring (The Ring) yang menampilkan karakter antagonis bernama Sadako, yang mungkin menjadi inspirasi lain dari penulis untuk film Panggonan Wingit: Miss K. Beberapa adegan memang cukup merujuk pada The Ring Universe.

Meski begitu, yang dilakukan Hitmaker Studios secara konsep universe, penulis secara cerita maupun sutradara secara produksi memberikan sesuatu yang berbeda dan menarik. Kesamaan sebuah film dengan film lainnya pada genre yang sama sebenarnya pun hal wajar selama dalam koridor yang tidak merugikan pihak lainnya. Seringnya juga ditemui film lain menjadikan film lainnya sebagai inspirasi.

Production company: Hitmaker Studios, Legacy Pictures, Masih Belajar Project, D.T. Films
Distributor: Hitmaker Studios, Legacy Pictures
Cast: Cinta Laura Keihl (Alma), Callista Arum (Mia), Arifin Putra (Rayyan), Indra Brasco (Aiman), Intan Rizky Jaenab (Wulan), Sylvia Genpati (Kanti), Firzanah Alya (Kirani), Dolly Martin (Sukmo), Yeyen Lydia (Rini), Niniek Arum (Kusuma Dewi Maid’s), Tahta Perlawanan (Sugeng), Irene Librawati (Kusuma Dewi),  etc
Director: Guntur Soeharjanto
Screenwriter: Riheam Junianti
Producers: Rocky Soraya
Duration1 hours 43 minutes

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
google
1 month ago

I loved as much as you’ll receive carried out right here. The sketch is tasteful, your authored material stylish.

noodlemahazine
28 days ago

Noodlemagazine Great information shared.. really enjoyed reading this post thank you author for sharing this post .. appreciated

stufferdnb
27 days ago

Ive read several just right stuff here Certainly price bookmarking for revisiting I wonder how a lot effort you place to create this kind of great informative website

noodlesmagazine
14 days ago

Noodlemagazine I like the efforts you have put in this, regards for all the great content.

Technology us
12 days ago

Technology us Very well presented. Every quote was awesome and thanks for sharing the content. Keep sharing and keep motivating others.

5
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x