LASAK.iD – Antropomorfik beruang bernama Paddington yang merupakan karakter klasik dari sastra anak-anak kembali menyapa penggemarnya di seluruh dunia di awal tahun 2025, melalui perilisan film terbaru berjudul Paddington in Peru. Film yang menjadi trilogi dari babak baru petualangan beruang muda Paddington.
Sesuai judulnya, Paddington harus kembali ke Peru, tempatnya berasal untuk menemui Bibi Lucy. Surat yang dikirimkan rumah pensiunan beruang mengatakan bahwa bahwa Bibi Lucy dalam beberapa waktu belakangan berperilaku aneh. Merasa khawatir, Paddington terbang ke Peru bersama dengan keluarganya di London.
Sesampainya di rumah pensiunan beruang, Paddington justru mendapati Bibi Lucy telah menghilang. Pendeta di sana mengatakan Bibi Lucy menghilang di hutan, yang berhasil ditemukan hanya kacamata yang selalu dipakainya. Paddington yang tidak ingin menyerah, mencoba mencari petunjuk yang mungkin bisa ditemukan di kabin Bibi Lucy.
Betul saja, Paddington menemukan sebuah peta yang sudah ditandai, Pendeta mengatakan titik itu mengarah ke sebuah tempat bernama Rumi Rock. Sebuah tempat yang telah melegenda di pedalaman hutan Peru sejak berabad-abad, bahwa Rumi Rock menyimpan harta karun berupa emas dengan jumlah besar.
Legenda yang terus diburu keluarga Cabot, yang dikenal sebagai keluarga pemburu harta karun terutama emas. Kali ini, tugas itu diemban oleh Hunter Cabot, namun masih terus gagal menemukan di mana Rumi Rock berada. Sampai satu momen Hunter Cabot dan putrinya, Gina Cabot bertemu dengan Paddington dan keluarga Brown.
Mereka sedang mencari perahu untuk disewakan dan mau mengantarkan ke tujuan mereka, yaitu Rumi Rock untuk mencari Bibi Lucy. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Hunter menyetujui untuk mengantarkan Paddington dan keluarga Brown. Meski di satu sisi, putrinya Gina tidak mengizinkan hal tersebut.
Perjalanan menuju Rumi Rock pada awalnya berjalan baik-baik saja, namun arwah para leluhur keluarga Cabot yang terus menghantui Hunter membuatnya menunjukkan kembali darah Cabot, walau ia sebenarnya ingin menyudahi itu semua dan hidup bahagia bersama putrinya Gina.
Di tengah perjalanan, Hunter terpaksa meninggalkan putrinya di tepi sungai karena bisa menghalangi niatnya untuk mencari harta karun Rumi Rock. Namun, Hunter yang hidupnya sudah mulai ketergantungan dengan putrinya akhirnya terhempas ke sungai karena terbentur tiang dari layar kapalnya tersebut.
Alhasil, yang tertinggal di perahu hanya Paddington dan keluarga Brown yang tidak bisa mengemudi kapal. Saking kacaunya saat itu, perahu tanpa sengaja berubah haluan ke arus yang lebih deras dengan bebatuan besar. Tak ayal membuat perahu terhempas dan tenggelam, memaksa Paddington dan keluarga Brown melanjutkan misi pencarian Bibi Lucy melalui jalur darat menelusuri hutan lebat.
Saat malam tiba dan hujan turun pun semakin deras, Paddington dan keluarga Brown memutuskan untuk beristirahat di sebuah pohon besar. Saat yang lain berbaring di celah akar untuk melindungi dari angin, Paddington memilih ke ujung pepohonan untuk melihat ke arah kejauhan.
Paddington yang lupa sedang berada di ujung pohon, memijak ke dahan yang salah hingga membuatnya jatuh ke bawah namun di sisi lain dari tempat ia semula berada. Saat itu, ia bertemu kembali dengan Hunter, namun berbeda dari pertemuan pertamanya. Kali ini, jiwa seorang Cabot sudah menguasai Hunter.
Paddington yang melihat patung berbentuk beruang membuka memori sebelumnya saat berada di tempat kenalannya, Samuel Gruber. Sekaligus mengingat kembali pesan dari Bibi Lucy, jika ia tersesat dan tidak menemukan jalan kembali, maka meraunglah karena Bibi Lucy pasti akan menemukan tempat di mana dirinya berada.
Akhirnya, Paddington dan Hunter melanjutkan perjalanan dengan mengikuti suara aungan. Hingga akhirnya keduanya sampai di tujuan, namun Paddington sempat merasa kecewa karena aungan yang didengarnya ternyata hanya sebuah gema. Namun, ia menyadari bahwa ada sesuatu dibalik tembok besar yang menjulang tinggi.
Firasat Paddington mengatakan bahwa Bibi Lucy ada dibaliknya, diperkuat dengan ditemukannya sehelai kain yang merupakan potongan syal milik Bibi Lucy. Di sisi lain hutan, keluarga Brown menemukan akses menuju Rumi Rock, namun sayang jembatan tali yang sebelumnya berdiri kokoh sengaja diputus oleh Hunter.
Putus asa dan pasrah, dari kejauhan keluarga Brown melihat sebuah pesawat kecil muncul yang ternyata itu adalah Nyonya Bird bersama dengan Pendeta dari rumah pensiunan beruang. Akhirnya, mereka pun bisa mencapai Rumi Rock dan bisa saling berkumpul kembali. Paddington dan keluarga Brown harus menahan kebahagiaan dan rasa haru karena kejutan lain datang dari Pendeta.
Yang ternyata ia merupakan salah satu dari keluarga Cabot atau sepupu dari Hunter Cabot, yang memiliki tujuan yang sama, yaitu memburu harta karun yang berada di Rumi Rock. Pendeta yang bernama asli Clarissa Cabot memanfaatkan momen dengan menyandera Gina untuk bisa ditukar dengan akses masuk ke Rumi Rock.
Kebiasaan yang biasa dilakukan orang tua dan anak ternyata membawa hal positif. Clarissa Cabot bisa dilumpuhkan tanpa perlawanan berarti hanya karena benturan dari sebatang kayu. Akhirnya, Hunter menyadari harta yang sebenarnya adalah menghabiskan waktu bersama putrinya yang dulu tidak pernah ia lakukan karena obsesinya mencari harta karun Rumi Rock.
Akhirnya, Rumi Rock yang melegenda bisa terbuka lebar karena sebuah koin yang tergantung di gelang milik Paddington. Gelang yang menandai dari mana Paddington berasal. Betapa terkejutnya mereka ketika memasuki Rumi Rock yang langsung disambut puluhan pohon jeruk dengan buahnya yang ranum dan terlihat menarik dengan warna jingganya yang cerah.
Paddington dan keluarga Brown pun menyadari bahwa emas melimpah yang melegenda selama ini adalah jeruk khas yang ditanam oleh beruang dari suku Paddington. Itu adalah harta paling berharga melebihi harta apapun. Di sana, Paddington dan keluarga Brown pun berhasil menemukan keberadaan Bibi Lucy, yang berhasil diselamatkan oleh para beruang dari suku Paddington.
Selama ini sikap aneh dan hilangnya Bibi Lucy merupakan bagian dari rencana jahat Clarissa Cabot. Penyamarannya sebagai pendeta di rumah pensiunan beruang hanya untuk mendapatkan kunci membuka harta karun di Rumi Rock. Clarissa Cabot menyadari bahwa kuncinya adalah sebuah gelang dan hanya beruang yang bisa membukannya.
Keahlian Jonathan Brown ternyata bermanfaat untuk merakit sebuah mesin sehingga bisa mengolah jeruk menjadi selai jeruk atau marmalade. Paddington memang telah berhasil menemukan Bibi Lucy dan tempatnya berasal, namun jiwa dan hatinya sudah tertinggal di London. Paddington memutuskan untuk tetap berada di London, namun sesekali mengajak keluarga untuk berkunjung ke London.
Paddington in Peru seperti halnya film series yang tetap membawa nyawa aslinya ke setiap produksi film berikutnya. Meski berjarak cukup jauh dari film kedunya yang dirilis tahun 2017 silam, hal yang sama seperti vibes, looks, ambience dan feel masih 100 persen terasa sepanjang filmnya.
Selain itu, menilik film dari sisi genre, konsep atau tema yang sama terutama dan kaitannya dengan keluarga dan petualangan, sebagian besar produksi akan benar-benar membawa petualangan alam liar yang memacu adrenaline, mulai dari lompat ke air terjun, berenang, lari, berguling dan banyak adegan lainnya yang juga cukup berbahaya.
Bahkan kontak fisik yang cukup intens antara karakter protagonis dan antagonis. Tak jarang sajian dari adegan-adegan tersebut membuat penikmat film terbawa, dari rasa deg-degan, menahan nafas sejenak, ikut kelelahan, walau sekedar melihatnya di layar besar.
Dengan kata lain ada effort yang lebih yang dilakukan karakternya, sebagai contoh pada film Dora the Explorer, Jumanji, Uncharted atau juga The Adventures of Tintin. Bahkan karakter-karakter utamanya menonjolkan sisi kecerdasan dan intelektual yang tinggi atau terkadang di atas rata-rata.
Namun, berbeda dengan Paddington, karakternya memang sudah terbentuk dalam bukunya, di mana karakter satu ini bisa dikatakan kebalikan dari banyaknya karakter utama protagonis dalam sebuah film petualangan, seperti film yang disebutkan sebelumnya. Bukannya juga dikatakan bodoh tetapi lebih menunjukkan sisi bijaksana dan tenang dalam menghadapi tantangan dihadapannya.
Karakter Paddington dengan jelas memperlihatkan bahwa pengalaman dan proses bisa membawa kecerdasan pada seseorang. Ketenangan dan melihat semua orang adalah orang baik ternyata bisa mengubah sebuah keadaaan. Ini terlihat dari sepanjang cerita filmnya.
Paddington in Peru begitu juga kedua film sebelumnya, mungkin menjadi film paling bijak dan mungkin juga paling ramah dan sopan untuk penonton anak-anak, walau harus tetap ada pendampingan dari orang tua untuk sebuah penjelasan tentunya. Mulai dari cerita yang meyangkut hubungan orang tua dan anak-anaknya hingga sajian adegan aksi dari filmnya yang minim senjata.
Alasan filmnya ramah dan sopan dinilai dari karakter yang dibangun penulisnya, Mark Burton, Jon Foster dan James Lamont untuk karakter utamanya Paddington. Karakter antropomorfik beruang satu ini menunjukkan sebuah keramahan dan sopan santun sebenarnya, dari cara dan nadanya berbicara hingga menyapa semua orang.
Tak hanya berlaku untuk mereka yang lebih dewasa dari Paddington tetapi juga yang lebih muda darinya. Bahkan gambaran karakter yang hampir sempurna, karena tidak pernah menunjukkan emosi yang meledak karena selalu tenang dalam segala situasi. Hal lainnya pada sajian cerita yang menyangkut hubungan orang tua dan anak-anaknya.
Mungkin dibanyak sajian film hubungan yang berjarak antara orang tua dan anak-anaknya akan ada momen atau adegan dengan emosi yang meledak-ledak yang berujung pertengkaran hebat. Di sini, melalui gambaran keluarga Brown, karakter orang tua terutama Mary Brown hanya menunggu untuk mendapatkan momen kebersamaan.
Sesederhana bahwa Mary Brown ingin mengulang masa di mana keempatnya bisa duduk bersama dalam satu sofa. Tidak ada perdebatan, tidak ada pertengkaran, tidak ada memaksakan ego sebagai orang tua atau ego seorang anak. Gambaran keluarga yang harmonis dengan cara yang sederhana.
Untuk cerita pun menarik ketika sebuah petualangan perburuan harta karun yang identik dengan permata atau benda bernilai tinggi justru menjadi sebuah plot twist untuk Paddington in Peru. Di film ini, harta karun sebenarnya adalah ladang jeruk yang tumbuh subur dan baik di satu sisi hutan di Peru atau dalam filmnya kawasan Rumi Rock.
Lagi dan lagi, film ini lebih menekankan pada nilai kehidupan yang kaitannya dengan keluarga atau individu itu sendiri yang dalam sajian tidak dibuat samar tetapi terang-terangan tapi tidak juga berlebihan. Jika ditelaah lagi menonton film Paddington in Peru dengan karakternya Paddington itu sendiri, seperti menonton film atau serial televisi dari Mr. Bean yang juga identik dengan Inggris.
Sajian yang menarik lainnya dari film ini adalah landscape dari hamparan kawasan hutan di Peru. Termasuk set untuk menggambarkan Rumi Rock walau itu dilakukan di studio, tetapi menarik untuk mata memandang. Ini terkadang menjadi keunggulan tersendiri dari film bertema petualangan, kadang menggunakan lokasi asli yang menyajikan keindahan alamnya.
Barkaitan dengan landscape dan lokasi syuting yang dilakukan, film bertemakan petualangan selalu identik dengan Latino. Untuk latar, seperti Peru untuk Paddington in Peru, ada juga Meksiko, Brazil, Venezuela dan negara lainnya di Amerika Selatan. Ini pun berlaku untuk mereka para karakter antagonis (lebih seringnya), yang selalu identik dengan Latino.
Hal yang juga menjadikan filmnya menarik, segala keautentikan akan karakter Paddington masih terjaga baik, yaitu sosok antropomorfik beruang dengan topi merah, mantel wol biru usang dan pecinta sejati dari sandwiches marmalade atau sandwich selai jeruk. Meski untuk film trilogi, Dougal Wilson yang menjadi sutradara, ia mencoba untuk tetap menjaga rasa yang terbentuk sebelumnya.
Production company: Columbia Pictures, Stage 6 Films, StudioCanal, Kinoshita Group, Marmalade Pictures Production
Distributor: Sony Pictures Releasing
Cast: Hugh Bonneville (Henry Brown), Emily Mortimer (Mary Brown), Julie Walter (Mrs. Bird), Jim Broadbent (Samuel Gruber), Carla Tous (Gina Cabot), Olivia Colman (Clarissa Cabot / The Reverend Mother), Antonio Banderas (Hunter Cabot), Ben Whishaw (the voice of Paddington Brown), etc
Director: Dougal Wilson
Screenwriter: Mark Burton, Jon Foster, James Lamont
Producers: Rosie Alison
Duration: 1 hours 46 minutes