LASAK.iD – Publik tanah air sejak lama telah akrab dengan industri hiburan asal Tiongkok, meski lebih banyak hadir dari industri film, entah itu film hingga serial televisi. Ini pun lebih condong kepada produksi live-action atau aktor sebenarnya yang memerankannya. Film, serial televisi atau belakangan melalui layanan streaming media pun cukup banyak dari genre action dan wuxia.
Animasi yang menjadi bagian dari industri ini dimulai sejak tahun 180 Masehi melalui zoetrope pertama diciptakan oleh Ting Huan. Namun, untuk perkembangan awal terjadi pada abad ke-20 (1920-an), terinspirasi oleh produksi Prancis, Jerman, Rusia dan sebagian besar Amerika.
Selama perjalanannya, animasi Tiongkok mengalami pasang surut yang terbagi dalam beberapa era perkembangannya. Baru di awal 1990-an yang memasuki era digital, publik Tiongkok menuntut untuk animasi bisa lebih komersialisasi dan mengejar pasar internasional. Hal yang mendorong akan hal itu karena komersialisasi dan inovasi animasi Jepang dan Amerika.
Akhirnya, banyak seniman yang mengadaptasi gaya animasi dari Jepang juga Amerika, dengan perubahan yang lebih nyata dalam karya manhua. Hingga akhirnya, animasi asal Tiongkok mulai dilirik pasar global meski jangkaun masih belum sebesar Jepang dan Amerika.
Belakangan, animasi Tiongkok yang cukup mencuri perhatian datang dari judul Ne Zha. Produksi film animasi yang bercerita tentang dewa pelindung dalam Taoisme, Budha dan agama rakyat Tiongkok.
Juga berdasarkan langsung pada versi sastra dari mitos yang membentuk dua bab dari Investiture of the Gods, sebuah novel shenmo dari Dinasti Ming, yang secara tradisional dikaitkan dengan Xu Zhonglin, yang menggabungkan berbagai mitos yang ada ke dalam narasi yang lebih luas.
Sebelum hadir era Jiaozi, kisah Ne Zha telah beberapa kali hadir ke layar lebar. Pertama kali dilakukan antara tahun 1927-1928, kemudian hadir dalam film animasi tradisional tahun 1979 berjudul Nezha Conquers the Dragon King. Setelahnya, sebagian besar adaptasi kembali mengambil bagian dari novel shenmo berjudul Investiture of the Gods.
Kini, era Jiaozi hadir dengan kemajuan teknologi yang mendukung film animasi jauh lebih baik dan menarik. Tahun ini, Ne Zha kembali sebagai film sekuel setelah film pertamanya dirilis lebih dari 6 tahun yang lalu. Ne Zha 2 melanjutkan kisah dua remaja yang terlahir dari A Chaos Pearl yang dipisahkan menjadi dua komponen yang berlawanan, Spirit Pearl dan Demon Orb.
Keduanya bereinkarnasi di dua bangsa yang berbeda dan masing-masing dari A Chaos Pearl didampingi seorang master yang ditunjuk langsung Dewa Tertinggi Yuanshi Tianzun, yaitu Taiyi Zhenren dan Shen Gongbao. Spirit Pearl semula diperintahkan Tianzun untuk bereinkarnasi sebagai putra ketiga Li Jing di kota Chentang Pass.
Kelicikan dari Shen Gongbao yang mencuri Spirit Pearl, akhirnya memaksa istri Li Jing, yaitu Lady Yin melahirkan reinkarnasi Demon Orb bernama Ne Zha. Pada akhirnya, Taiyi Zhenren tetap menjalankan perintah untuk kemudian menjadi master pendamping dari Ne Zha.
Di lain sisi, Shen Gongbao membawa Spirit Pearl kepada Raja Naga yang dikurung di dasar laut sebagai sipir Pengadilan Surgawi. Spirit Pearl yang kemudian diberi nama Ao Bing, lahir dari sebuah telur yang langsung dari Raja Naga. Seperti juga Ne Zha yang didampingi Taiyi Zhenren sebagai master, Ao Bing pun begitu dengan Shen Gongbao sebagai masternya.
Ini merupakan penjelasan untuk film pertamanya yang dirilis tahun 2019 lalu. Penikmat film masih di ranah diperkenalkannya karakteristik film, terutama pada karakter yang berpusat pada Ne Zha dan Ao Bing. Penjelasan awal tentang menjawan pertanyaan apa dan siapa keduanya.
Dari sinilah konflik filmnya berpusat, mulai terbentuk alur konflik ceritanya tetapi belum yang sepenuhnya kompleks. Namun, sebagai pemantik dari sebuah cerita untuk konflik yang lebih besar dan kompleks memang diperlihatkan dalam post credit scene dari film pertamanya Ne Zha (2019).
Hal ini sekaligus kode bahwa Ne Zha memang dipersiapkan sebagai IP besar. Film sekuel-nya kini melanjutkan kisah dari Ne Zha dan kembarannya Ao Bing, yang terselamatkan dari sambaran petir surgawi berkat bantuan master Taiyi Zhenren menggunakan Teratai Suci Tujuh Warna yang sebelumnya digunakan untuk membawa mereka dari surga ke Bumi.
Keduanya hidup sebagai roh, master Taiyi Zhenren dengan Teratai Suci Tujuh Warna miliknya mencoba untuk meregenerasi tubuh fisik mereka, meskipun mereka masih rapuh. Prosesi sakral yang kemudian terusik dengan penyerangan yang dilakukan pasukan dari Ao Guang, Raja Naga Laut Timur yang selama ini mengira anaknya sudah meninggal.
Chentang Pass diserang habis-habisan oleh ribuan monster yang dipenjara di bawah istana Ao Guang, termasuk tiga Raja Naga Empat Laut lainnya. Hingga akhirnya Ao Guang menyadari bahwa Ao Bing, anaknya yang dikira sudah meninggal muncul dihadapannya. Sayang, tubuhnya yang belum sepenuhnya sempurna membuatnya kehilangan kesempatan untuk memiliki tubuhnya kembali.
Taiyi Zhenren mengingat bahwa ada sesuatu yang tersimpan di surga untuk bisa membuat Teratai Suci Tujuh Warna kembali. Namun, Ne Zha harus menjalani beberapa tes untuk lolos ujian dan menjadi makhluk abadi sehingga memiliki kesempatan untuk mendapatkannya.
Cara ini sekaligus sebagai momen Chentang Pass mendapatkan kesempatan genjatan senjata dengan Klan Naga yang dipimpin Ao Guang. Selama 7 hari Ne Zha dan Ao Bing saling berbagi tubuh untuk menjalani ujian. Namun, selama proses itu tanpa keduanya sadari bahaya dan masalah besar tengah menanti keduanya.
Saat ujian dengan menangkap beberapa kelompok iblis, keadaan di Chentang Pass semakin memanas. Selain itu, tanpa disadari oleh Ne Zha dan Ao Bing, ujian yang diberikan oleh Master Xian Wuliang ternyata sebuah jebakan. Ternyata, ada niat terselubung yang dilakukan Master Wuliang kepada para iblis yang ditangkap.
Benar saja, sesaat Ne Zha dan Ao Bing dinyatakan lulus, sebuah peristiwa besar yang menggemparkan terjadi di Chentang Pass. Klan Naga menyerang secara membabi buta hingga menghangus ratakan Chentang Pass. Ne Zha yang tersulut emosi menggunakan sisa tubuh fisiknya untuk melawan Ao Guang dan seluruh Klan Naga.
Sedangkan, Ao Bing dibantu Master Taiyi Zhenren kembali melakukan regenerasi tubuh fisiknya dengan Teratai Suci Tujuh Warna yang telah kembali. Pertempuran hebat terjadi hingga akhirnya Ao Guang beserta istana dan para monster dikurung di dalam sebuah kuali besar yang sengaja diciptakan oleh Master Wuliang untuk mengekstrak para iblis menjadi ramuan.
Saat semua terjebak dalam kuali besar, akhirnya fakta sebenarnya terungkap, bahwa semua penyerangan dan pemusnahan penduduk Chentang Pass merupakan ulah Master Wuliang. Ia memanfaatkan situasi dengan memfitnah Ao Guang dan semua pengikutnya, sehingga tidak ada kecurigaan terutama oleh Ne Zha.
Keadaan semakin meresahkan, proses ekstrak terus berjalan yang membuat Lady Yin, Ibu dari Ne Zha tidak bisa bertahan. Emosi yang membara kepada Master Wuliang membuat Ne Zha kembali ke wujud dewasanya. Bersama dengan kembarannya sesama A Chaos Pearl, Ne Zha dan Ao Bing dengan segenap kekuatan mencoba membuka paksa kuali.
Kekuatan yang dimiliki Wuling cukup besar ditambah bantuan dari ribuan pengikutnya membuat Ne Zha dan Ao Bing cukup kesulitan. Hingga akhirnya, Raja Naga, Ao Guang bersama ribuan monster membantu Ne Zha dan Ao Bing mendobrak paksa kauli dan berhasil. Master Wuliang yang tidak puas terus berusaha untuk menghancurkan A Chaos Pearl, Ao Guang dan semua yang menghalangi jalannya.
Akhirnya, pertempuran dahsyat terjadi di atas laut tempat istana Raja Naga berada. Pertempuran yang seimbang pada awalnya, namun kekuatan dari A Chaos Pearl, yaitu Ne Zha dan Ao Bing memang luar biasa yang membuat Master Wuliang menarik diri dan pasukan kembali ke surga.
Akhirnya, A Chaos Pearl, yaitu Ne Zha dan Ao Bing kembali ke keluarga masing-masing untuk memulai kembali kehidupan. Namun, Ao Bing yang merasa memiliki saudara laki-laki merasa ada kekosongan dalam dirinya setelah kembali. Ao Guang yang menyadari raut dan perasaan putranya Ao Bing, akhirnya membebaskan putranya untuk memilih jalan hidupnya.
Ao Bing pun kembali ke daratan tepatnya ke tempat Ne Zha berada untuk memulai pertentangan terhadap Master Wuliang yang memanfaatkan posisinya untuk mendapatkan kejayaan tetapi melanggar aturan yang berat sebagai pemimpin surgawi. A Chaos Pearl kembali bersatu menyatukan kekuatan.
Review
Ne Zha 2 memberikan keseruan dua kali lipat dari film pertamanya di tahun 2019. Selain ceritanya yang dibuat lebih kompleks, meski tetap menitikberatkan problematika pada kedua karakter utamanya, Ne Zha dan Ao Bing. Namun, setiap karakter yang dihadirkan memiliki konflik dan peranan yang tidak sekedarnya saja tetapi cukup menguatkan dari karakter utama, Ne Zha dan Ao Bing.
Selain konflik dengan grafik yang meningkat, Ne Zha seperti halnya animasi yang berasal dari Jepang atau Amerika. Sebuah produksi yang sangat membawa kekhasan yang kental akan Tiongkok. Menilik dari judulnya, Ne Zha seperti diketahui merupakan sosok dewa pelindung dalam Taoisme, Budha dan agama rakyat Tiongkok.
Sesuatu yang menjadi sisi kuat dari franchise dari Ne Zha, karena kemudian menjadi identitas tersendiri untuk industri animasi Tiongkok. Berkaitan dengan tema filmnya tentang para dewa, kostum hingga latar filmnya meski mengusung genre animasi, para kreator tidak melepas jati diri mereka sebagai bagian dari publik Tiongkok.
Termasuk detail, bentuk dan look para karakter juga gambaran landscape pegunungan, rumah serta pedesaan yang juga mencirikan negara berjuluk negeri tirai bambu tersebut. Sehingga penikmat film tidak sulit mengenali produksi animasi asal Tiongkok, seperti halnya mengenal anime Jepang atau animasi khas Amerika.
Hal yang juga cukup menarik perhatian film sekuel dari Ne Zha, ketika melihat adegan klimaks filmnya. Adegan yang memperlihatkan perang antara aliansi Ne Zha, Ao Bing, Ao Guang, Li Jing, Master Taiyi Zhenren serta ribuan pasukan monster yang melawan Master Wuliang bersama pasukan sekte surgawinya.
Penempatan sudut kamera dengan momen yang tepat dan pas membuat kesan adegan perang dalam filmnya menjadi megah. Termasuk pada dramatisasi cerita dengan membuat detail pada sudut kamera. Ini terlihat pada adegan baku hantam satu lawan satu atau yang dilakukan serentak. Tambahan efek seperti slow motion ketika adegan perang juga mempertegas kesan dramatis filmnya.
Masih kaitannya dengan adegan klimaks, meski melibatkan banyak karakter, perpindahan sudut kamera cukup ramah untuk mata melihat. Sehingga timbul rasa untuk tidak melewatkan setiap detik adegan klimaks filmnya.
Ne Zha dengan segala kekhasan Tiongkok mungkin menjadi satu di antara banyak film animasi dengan produksi yang epik. Di mana, setiap elemen saling memperkuat satu sama lain untuk menutupi minor dari produksi filmnya.
Menyambungkan kembali dengan ciri khas animasi Tiongkok, mungkin hal seperti mimik wajah dengan intonasi suara tertentu dari sebuah adegan menjadi elemen yang membuat animasi Tiongkok mudah dikenali. Pada film Ne Zha 2 hal ini dilakukan sutradara pada setiap karakter, namun yang cukup berhasil pada karakter Ne Zha dan Master Taiyi Zhenren dibuat cukup ekspresif.
Mimik dan intonasi tidak dibuat sekedarnya saja mengikuti setiap dialog pada skenario filmnya, tetapi sutradara Jiaozi mencoba menggunakan sudut pandang dirinya sebagai penikmat film untuk tahu apa dan seperti apa dalam menciptakan daya tarik.
Tak sekedar berdialog tanya-jawab saja, tetapi sutradara Jiaozi tahu persis momen untuk menempatkan kapan intonasi harus naik, harus normal, harus rendah, serius, becanda, bergetar karena haru hingga ketika momen bahagia. Hal berkaitan dengan ini untuk adegan tertentu pada akhirnya menjadi sisi peregangan yang hadir sebagai komedi.
Bahkan tidak hanya pada adegan yang santai ketika para karakter berdialog santai tetapi juga ditempatkan ketika adegan fight. Terutama yang melibatkan karakter Ne Zha dan Master Taiyi Zhenren. Keduanya sejak film pertama memang menjadi yang paling ekspresif untuk menghadirkan sisi komedi filmnya.
Sebuah kebiasaan yang sering ditemui dalam animasi yang berasal dari Jepang dan Amerika. Ini menjadi bukti bahwa kedua negara tersebut memberikan influence yang besar untuk animasi Tiongkok.
Filmnya sendiri ada beberapa bagian yang juga terlihat minor, tetapi seperti dikatakan sebelumnya ada elemen dalam filmnya yang lebih ditonjolkan untuk juga menutupi minor filmnya. Cara yang tepat dibandingkan untuk memaksa kesempurnaan setiap elemennya yang mungkin bisa membuat filmnya terkesan memaksa.
Production company: Beijing Enlight Pictures, Beijing Enlight Media, Chengdu Coco Cartoon, Chengdu Zizai Jingjie Culture Media, Beijing Coloroom Technology
Distributor: Beijing Enlight Pictures, Warner Bros. Pictures
Cast: Lü Yanting (Child Ne Zha), Joseph Cao (The Adolescent Ne Zha), Han Mo (Ao Bing), Hao Chen (Li Jing), Lü Qi (Lady Yin), Zhang Jiaming (Taiyi Zhenren), Wang Deshun (Master Xian Wuliang), Li Nan (Ao Guang), Yu Chen (Ao Guang in human form), Zhou Yongxi (Ao Run), Yang Wei (Shen Gongbao), Gong Geer (Octopus Monster), Yuze Han (Aoshun • Muzha), Xinglinr (Hetong), Yu Yang (Rat Boss), Yunqi Zhang (Lutong), etc
Director: Jiaozi
Screenplay: Jiaozi
Producers: Liu Wenzhang, Wang Jing
Duration: 2 hours 23 minutes
Great post! I really like it
Scam Online, Situs Bokep SITUS SEXS
Good Post! I Really Like It
Good Post! Good Good Good Brother
Good Job Brother ! I Will Wait Your Next Article
Good POST!! Thank you for information
Etiler su kaçağı tespiti Su kaçağı tespiti için doğru adres olduklarını kanıtladılar. https://fairknowledge.wiki/?p=47010
Puraburn Great information shared.. really enjoyed reading this post thank you author for sharing this post .. appreciated
Puraburn Very well presented. Every quote was awesome and thanks for sharing the content. Keep sharing and keep motivating others.
Puraburn I like the efforts you have put in this, regards for all the great content.
Your writing has a way of resonating with me on a deep level. It’s clear that you put a lot of thought and effort into each piece, and it certainly doesn’t go unnoticed.
Puraburn naturally like your web site however you need to take a look at the spelling on several of your posts. A number of them are rife with spelling problems and I find it very bothersome to tell the truth on the other hand I will surely come again again.