LASAK.iD – Setiap penulis cerita memiliki sudut pandang dan gaya tersendiri dalam setiap karya. Tak terkecuali penulis yang fokus di industri film. Ada penulis dalam setiap karyanya penuh dengan teka-teki, drama, cerita yang kompleks atau mungkin hadir dalam penyajian yang lebih sederhana.
Hal ini yang kemudian menjadi citra atau identitas penulis yang dikenal publik. Wajar karena sejalan dengan setiap pembaca atau penonton dalam ranah film yang memiliki keragaman minat pada sebuah karya. Ada yang suka cerita yang komplek atau sebaliknya ingin sesuatu yang lebih sederhana.
Meski begitu sering dijumpai penulis yang membuat cerita yang secara premis sebenarnya cukup sederhana tetapi pengembangan konflik dibuat secara kompleks. Pada ranah film, kombinasi seperti ini tentu untuk membuat ketertarikan di penikmat film untuk membuat pandangan tetap berfokus pada film atau menghindari rasa bosan karena cerita atau premis yang dikatakan sederhana.
Kombinasi yang coba dilakukan Jillian Jacobs dan Chris Roach untuk karya terbaru keduanya berjudul Drop. Premis sederhana tentang orang tua tunggal bernama Violet Gates yang mencoba melepas trauma besarnya di masa lalu dengan mencoba menjalin hubungan kembali dengan pria yang dikenalnya melalui aplikasi jodoh.
Violet Gates akhirnya menemukan kecocokan dengan seorang pria bernama Henry Campbell. Keduanya memutuskan untuk bertatap muka sekaligus menjadi kencan pertama untuk keduanya setelah 3 bulan perkenalan. Saat mencoba menikmati momen romantis, ternyata sebuah teror mengancam keduanya.
Sebuah aplikasi bernama digiDROP dapat menghubungkan setiap orang yang berlangganan untuk tergabung dari jarak sekitar 15 meter. Saat itu, satu di antara beberapa pengguna mencoba mengajak Violet bermain. Awalnya, Violet dan Henry hanya menganggap itu sebuah lelucon seperti yang kebanyakan terjadi.
Namun, Violet yang melihat seorang pria bertubuh besar berhasil masuk ke dalam rumahnya mulai melukai adiknya Jen Gates yang malam itu diminta untuk menemani Toby selama dirinya pergi berkencan. Yakin bahwa seseorang dibalik aplikasi digiDROP bukan lelucon, Violet memulai permainan yang diberikan orang misterius.
Violet mulai menjalankan satu per satu permainan yang dibuat orang misterius, dari menghancurkan kartu memori dari kamera yang dibawa oleh Henry hingga permintaan untuk membunuh teman kencannya tersebut dengan racun. Violet sempat putus asa dan ingin menyerah, namun mengingat adik dan anaknya yang dalam ancaman Violet terus melanjutkan.
Ditambah persuasi yang dilakukan kepada Violet dengan mengingat kembali kejadian yang menimpa suaminya terdahulu. Tentu Violet tidak memiliki pilihan selain terus mengikuti permainan dari orang misterius. Namun, sebuah motivasi besar dari dirinya yang membuatnya bertindak sebaliknya.
Bertindak cerdas, Violet justru membalikan keadaan dengan kembali menguasai keadaan. Meski harus melihat orang yang peduli padanya harus terluka. Saat orang yang mempermainkannya berhasil diatasi, Violet dengan segera kembali ke rumah menggunakan mobil milik Henry untuk menyelamatkan putra dan adiknya.
Violet tidak menyerah meski dirinya sadar sedang menghadapi lawan yang tidak sebanding, pria dengan badan kekar, besar dan bersenjata. Namun, plot twist-nya dia berhasil melumpuhkan pria tersebut karena bantuan Toby yang memberikan senjata melalui mobil remote control kepada ibunya.
Diketahui bahwa Henry merupakan saksi kunci dari berbagai kasus korupsi yang dilakukan oleh seorang walikota. Henry memiliki bukti kuat berupa salinan keuangan tak masuk akal selama walikota tersebut menjabat. Walau harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit karena luka tembak, Henry berhasil membuat walikota tertangkap sekaligus mendapat seorang kekasih.
Selain premis, kesederhanaan film Drop dapat terlihat dari minimnya penggunaan latar atau set, begitu pun yang mencakup properti filmnya. Tapi yang menarik, konflik yang dihadirkan melalui pergolakan emosi dari karakter Violet yang dihadapkan antara pilihan sulit yang menjadikan daya tarik filmnya.
Film dengan teka-teki yang mampu mengajak penikmat film untuk ikut terbawa dalam cerita dengan menempatkan diri seperti seorang detektif yang menelaah setiap petunjuk untuk menebak karakter antagonis yang digambarkan dengan emoticon devil dalam aplikasi digiDROP.
Perubahan karakter yang tidak terduga dari Violet Gates yang diperankan Meghann Fahy cukup membuat kejutan. Sejak awal karakter Violet dibuat oleh sutradara Christopher Landon sebagai wanita dan ibu yang lemah lembut. Tak menunjukkan sisi wanita yang kompetitif dan kuat. Poin menarik untuk sosok karakter yang memang menjadi nyawa filmnya.
Di sisi lain, film yang memiliki premis sederhana banyak didapati pada bagian tertentu ceritanya, saat hadir dalam format audio-visual memiliki emosi yang datar. Seringnya, bagian ini ditempatkan di momen menuju konflik ceritanya. Penulis dan sutradara seperti ingin membuat film Drop memiliki grafik dinamis. Kapan penikmat film harus berada di momen cooling down dan kapan momen untuk menikmati ketegangan akan konflik yang diciptakan.
Langkah yang baik untuk menciptakan rasa ketertarikan di penikmat film. Hanya saja, rasa dan kesan flat terasa di beberapa bagiannya. Pada akhirnya hanya sebatas dialog antara karakter untuk memberikan konektivitas antara drama dan konflik ceritanya. Meski begitu sisi lain dari filmnya juga cukup menarik.
Terutama pada ambience yang dibangun oleh Christopher Landon sebagai sutradara untuk film Drop yang menjadi bagian dari film thriller. Sisi menegangkan tergambarkan melalui bagian yang penting dengan gerakan yang slow motion dengan scoring yang mendukung.
Juga beberapa adegan yang diambil dengan sudut kamera yang pas dan menarik dengan memanfaatkan lingkungan sekitar melalui pengaturan artistik atau pencahayaan. Misalnya, adegan yang memperlihatkan Violet Gates yang berjalan menelusuri lobi gedung tempatnya berkencan dengan Henry Campbell.
Saat itu, Christopher Landon membuat kiasan melalui cahaya, seakan diujung cahaya tersebut ada sesuatu yang menanti karakter Violet Gates. Hal ini terlihat dengan sudut kamera yang tepat, itulah kenapa adegan ini dilakukan dengan posisi kamera berada jauh di atas objek. Sehingga terlihat bias seolah garis yang tegak lurus. Kiasan awal yang menandai filmnya akan membawa sesuatu yang menarik.
Detail ini banyak terselip di adegan yang menandai atau menjadi bagian dari ambience genre yang diusung filmnya. Selain ini menjadi sebuah kekhasan dari sutradara Christopher Landon. Begitu pun dengan Blumhouse Productions sebagai rumah produksi yang dikenal selalu menyisipkan hal kejutan melalui sudut kamera.
Production company: Blumhouse Productions, Platinum Dunes, Wild Atlantic Pictures
Distributor: Universal Pictures
Cast: Meghann Fahy (Violet Gates), Brandon Sklenar (Henry Campbell), Violett Beane (Jen Gates), Jacob Robinson (Toby Gates), Reed Diamond (Richard), Gabrielle Ryan Spring (Cara), Jeffery Self (Matt), Ed Weeks (Phil), Travis Nelson (Connor), etc
Director: Christopher Landon
Screenplay: Jillian Jacobs, Chris Roach
Producers: Michael Bay, Jason Blum, Bradley Fuller, Cameron Fuller, Sam Lerner
Duration: 1 hours 35 minutes
Very good https://shorturl.at/2breu
Great post! I really enjoyed reading this.
Informasi akses situs Sigmaslot
Awesome https://is.gd/N1ikS2