Bohemian Rhapsody Jadi Inspirasi Terbesar Puguh Memproduksi Film Ambyar Mak Byar

LASAK.iD – Menilik musik yang hadir di layar lebar, selalu datang dari genre global, seperti pop, rock, country, balada, jazz, blues hingga klasik. Hanya segelintir atau mungkin hampir tiada ada yang mengadaptasi musik tradisi atau musik khas sebuah negara. Seringnya, ditemui dalam lingkup kecil sebagai produksi dokumenter, penayangannya pun pada ranah festival.

Di tanah air sendiri, jika merujuk pada musik tradisi memang tidak terhitung jumlahnya. Beberapa musik tradisi yang erat kaitannya dengan budaya sebuah daerah yang dihadirkan ke layar lebar seringnya hanya sebatas music scoring. Ada juga yang menjadikan sebagai original soundtrack, tetapi bukan sebagai fokus objek dalam cerita filmnya.

Musik dangdut mungkin menjadi satu di antara musik tradisi yang mencapai titik tersebut. Rhoma Irama menjadi sosok yang membawa musik dangdut ke level berbeda. Dedikasi tinggi akan musik dangdut itu pula yang membawa Rhoma Irama ke posisi dirinya sebagai Raja Dangdut.

Puguh P. S. Admaja seorang sutradara dan penulis ingin mengulang sukses yang sama. Melalui turunan dari musik dangdut yang bercampur dengan musik kontemporer Indonesia yang lahir dan akhirnya menjadi tradisi khas Jawa yang dikenal dengan campursari. Musik yang lekat dan dekat dengan dirinya sejak masih anak-anak.

“Ayah saya pemain gamelan, jadi musik Jawa itu sudah kental di kuping saya dari saya kecil hingga besar menyukai campursari. Entah campursari modern atau yang sekarang dikenal dengan dangdut modern yang pertama kali peloporkan sama Almarhum Pak Didi Kempot. Kemudian setelah beliau tiada munculah generasi baru, yaitu Ndarboy Genk, Denny Caknan, Happy Asmara, Gilga, NDX A.K.A, Pendhoza, Guyon Waton dan lainnya“, ungkap Puguh P. S. Admaja.

Baca juga: Puguh P. S. Admaja Gandeng Musisi Campur Sari hingga Putri Raja Untuk Film Ambyar Mak Byar

Sebelumnya, Puguh sempat melakukannya melalui sebuah produksi series bersama Ndarboy Genk. Kini, melalui Ambyar Mak Byar, Puguh ingin membawa campursari ke ruang yang lebih luas ke layar bioskop, media yang tidak hanya menjangkau Indonesia saja tetapi negara-negara lain di dunia.

Film produksi BION Studios bersama Universal Mediatainment memang tidak mengambil pada histori akan musiknya tetapi mereka yang membawa musik campursari sebagai kehidupan. Melalui sebuah drama romantis dari karakter Bethari dan Jeru yang juga berlatarkan kehidupan Keraton Surakarta dan kota Surakarta secara general.

Untuk tetap pada jalurnya, Puguh menggandeng langsung para penyanyi dan musisi yang berbasis pada musik campursari untuk menjadi pemain. Sebut saja, Happy Asmara dan Gilga Sahid yang merupakan pasangan suami-istri penggiat musik campursari.

Keduanya bahkan ditunjuk sebagai pemeran utama dalam filmnya. Ada juga nama lainnya, seperti Evan Loss serta Helarius Daru atau Ndarboy Genk. Deretan nama muda yang menjadi ikon musik campursari saat ini.

Keinginan yang juga ingin dicapai oleh maestro musik campursari, Didi Kempot semasa hidupnya. Harapan yang diungkapkan langsung Erick Estrada, aktor yang juga terlibat di film Ambyar Mak Byar sebagai Novian.

Erick Estrada memang bukan secara langsung sebagai seniman campursari, namun kecintaan akan musik dari tanah kelahirannya, Surakarta, membawanya mengenal sosok Didi Kempot dan musisi campursari lainnya.

Secara garis besar ceritanya, benang merah dari Ambyar Mak Byar tentang perjuangan seorang anak abdi dalam Keraton bernama Jeru, yang bermimpi menjadi penyanyi terkenal. Di saat bersamaan, Jeru justru terjebak cinta beda kasta dengan sosok Putri Keraton bernama Bethari. Perjuangan, tantangan dan persimpangan akan sebuah pilihan menjadi semakin berat untuk Jeru, antara mimpi dan cintanya kepada Bethari.

Impian Puguh untuk membawa campursari ke pasar musik global melalui film ternyata terinpirasi dari film sukses produksi united kingdom dan united states berjudul Bohemian Rhapsody. Sebuah produksi film bergenre biographical musical drama tentang Freddie Mercury, vokalis Queen yang merupakan band legendaris dunia asal Inggris.

Penikmat musik dunia, tak terkecuali Indonesia tentu mengenal sosok Freddie Mercury dan band Queen. Tentu, ketika film biopic tentangnya keduanya dirilis menjadi momen yang ditunggu penikmat musik dan para penggemarnya. Tak hanya menikmati plot cerita filmnya, tetapi lagu-lagu yang dimunculkan dalam filmnya.

Lagu-lagu yang lekat dengan Freddie Mercury dan band Queen, yang mampu membuat banyak penikmat musik dunia jatuh cinta. Secara pencapaian musik, Puguh ingin campursari mendapatkan tempat yang serupa di penikmat musik dunia. Secara produksi film, ia ingin semua orang ikut berjoget dan bernyanyi di dalam bioskop seperti menonton film Bohemian Rhapsody.

“Saya ingin buat film kaya Bohemian Rhapsody, yang bisa bikin saya dan semua penontonnya nyanyi sepanjang film saat menontonnya di bioskop“, ungkap Puguh P. S. Admaja.

Ambyar Mak Byar menjadi langkah awal yang dilakukan oleh Puguh, rumah produksi dan penggiat musik campursari untuk membawa musik tradisi ke pentas dunia. Bahkan, ia telah menyiapkan untuk Ambyar Mak Byar menjadi sebuah universe di masa depan. Untuk konsep Puguh masih merahasiakannya.

Film Ambyar Mak Byar akan mengajak penonton berjoget dan bernyanyi di bioskop di awal tahun 2025, tepatnya di 9 Januari 2025.