LASAK.iD – Kalian penggemar atau penikmat film Harry Potter atau film X-Men? Yap, keduanya memiliki kemiripan pada latar filmnya. Di mana karakter kedua film yang sebagian besar anak-anak dan remaja memiliki kemampuan istimewa yang membuat mereka berada di sekolah khusus.
Jika iya, kalian tentu hafal setiap detail dari kedua film tersebut. Bagaimana jika konsep cerita dari keduanya dibuat dalam satu produksi film. Namun, bukan film produksi luar negeri, tetapi justru datang dari film maker Indonesia.
Ini yang dilakukan Alim Sudio, penulis filmnya serta sutradara Rizal Mantovani untuk Kuntilanak 3. Jika pada film Kuntilanak 1 dan 2 penonton merasakan ketakutan lewat haunted horror story. Kini untuk trilogi-nya, Rizal Mantovani membuatnya lebih pada genre horror fantasy.
Kengerian akan wujud setan tetap ada pada sosok kuntilanak tetapi jumpscare seperti sebelumnya ditampilkan sangat minim pada film ketiganya. Kombinasikan dengan fantasy, Rizal Mantovani tentu lebih banyak menampilkan scene dengan visual effect dan CGI.
Lalu, apa hubungannya dengan 2 film hollywood yang disebutkan sebelumnya? Di film Kuntilanak 3 ini, Rizal Mantovani lebih menggali tentang karakter Dinda (Nicole Rossi). Flashback pada film sebelumnya, ternyata Dinda menyimpan kemampuan luar biasa sebagai keturunan dari Mangkujiwo. Yang muncul setelah berhasil membunuh kuntilanak (saat itu diperankan Karina Suwandi) di Ujung Sedo.
Untuk melatih kemampuan Dinda, kemudian penulis Alim Sudio menciptakan ruang cerita pada Kuntilanak 3 yang digambarkan dengan sekolah khusus bernama Sekolah Mata Hati. Alim juga Rizal memang membawa inspirasi dari film Harry Potter atau X-Men, namun juga tidak ingin membuat Kuntilanak 3 menjadi kebarat-baratan.
Itulah mengapa unsur tradisional kental terasa pada film Kuntilanak 3. Terlihat pada pakaian yang dikenakan, set lokasi yang kental dengan adat Jawa, suasana yang dibangun hingga properti pendukung lainnya. Tak ketinggalan kemampuan yang dimiliki Dinda dan anak-anak dari Sekolah Mata Hati.
Rizal mengambil beberapa ilmu kanuragan yang memang lekat dengan masyarakat Nusantara. Untuk menggambarkan kemampuan anak-anak di Sekolah Mata Hati, seperti ilmu pancasona, saifi angin dan banyak lagi.
Untuk menunjukan kemampuan tersebut, Rizal Mantovani banyak menggunakan efek visual dengan bantuan CGI. Memang belum sesempurna Harry Potter atau X-Men, namun cukup smooth di banyak bagian, walau masih ada beberapa bagian yang terlihat less smooth.
Untuk akting, deretan pemain dewasa seperti Nafa Urbach, Wafda Saifan, Sara Wijayanto juga Amink tidak perlu diragukan. Akting baik pun ditunjukan para pemain anak-anak, baik yang sebelumnya bermain di Kuntilanak 1 dan 2 juga deretan pemain barunya.
Nicole Rossi yang menggantikan posisi Sandrinna Michelle sebagai Dinda pada trilogi-nya ini menunjukan akting yang baik. Tanpa harus membandingkan dengan pemeran sebelumnya, Nicole cukup berhasil membentuk karakter Dinda pada dirinya.
Hanya saja ada adegan-adegan jelang ending filmnya yang kurang membuat puas. Perpindahan juga blocking ketika pemain bersamaan dalam satu frame masih terlihat belum natural. Begitu juga adegan fight yang masih cukup kaku untuk dinikmati.
Kuntilanak 3 yang bisa dikatakan sedikit mengubah haluan dari film sebelumnya cukup tersampaikan apa yang memang diinginkan penulis juga sutradaa ke penontonnya. Dikatakan Rizal Mantovani, film ketiga dari seri Kuntilanak ini bisa berdiri sendiri tanpa penonton harus menonton film sebelumnya.
Apresiasi tetap harus diberikan dengan segala kelebihan dan kekurangan dari film Kuntilanak 3 ini. Di mana mencoba melawan arus dan berani mengambil satu langkah maju dengan tampil beda melalui genre horror fantasy. Meski pun film Kuntilanak 3 bukan menjadi yang pertama kalinya dari genre serupa.
Kuntilanak 3 yang menjadi trilogi dan bagian dari universe Kuntilanak akan tayang di bioskop mulai 30 April 2022.