Review: The Toxic Avenger, Kekacauan yang Penuh Pesona dan Darah

LASAK.iD – Pahlawan super secara stereotip selalu digambarkan dengan perawakan yang sempurna. Baik itu pada pria yang digambarakan dengan tubuh tinggi, gagah, pintar juga karismatik. Begitu pun dengan pahlawan super wanita, yang terlihat cantik, anggun tetapi di lain waktu terlihat kuat, memiliki tubuh ideal dan juga pintar.

Pahlawan super yang dikenal publik dunia pun kebanyakan lahir dari tangan dingin para komikus kenamaan dunia. Di antara mereka pun banyak yang kemudian mematahkan stereotip dari pahlawan super. Beberapa hadir dengan kekuatan yang sama tetapi dengan perawakan yang bertolak belakang.

Salah satunya hadir dari pahlawan super yang dikenal dengan panggilan Toxie yang diciptakan oleh Lloyd Kaufman dan Michael Herz dalam karya berjudul The Toxic Avenger. Pahlawan super berwarna hijau yang didapatkan seorang pria asal Tromaville, New Jersey bernama Melvin Ferd/ Melvin Junko yang bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah perusahaan farmasi karena kejadian tak terduga.

Melvin Ferd/ Melvin Junko tidak sengaja terjatuh dalam kolam bahan kimia beracun yang membuat tubuhnya terpapar bahan kimia yang sebelumnya dicampurkan beberapa bahan kimia yang membuatnya mendapatkan kekuatan besar. Bahkan karena perubahannya tersebut, Melvin Junko yang didiagnosis mengidap penyakit keras telah sembuh total.

The Toxic Avenger karya Lloyd Kaufman dan Michael Herz telah hadir sebagai sebuah waralaba dengan total 5 judul film. Termasuk film terbarunya di tahun 2025 yang kembali dengan judul The Toxic Avenger, yang kali ini hadir sebagai produksi reboot. Secara garis besar, The Toxic Avenger masih membawa rasa yang sama, hanya ada penyesuaian di beberapa bagian seperti karakter dan tampilan secara sinematografi.

Kali ini, aktor Peter Dinklage hadir sebagai sentral cerita dengan karakternya sebagai Winston Gooze atau the Toxic Avenger. Sosok Ayah dari putra tirinya yang bernama Wade yang diperankan aktor muda Jacob Tremblay. The Toxic Avenger 2025 masih dengan genre identiknya superhero black comedy.

Review

Pengalaman Menonton yang Tetap Menggila

Menonton The Toxic Avenger versi terbaru di rumah tetap menghadirkan sensasi luar biasa. Walau tidak ada yang bisa menandingi pengalaman menontonnya di layar lebar, film ini tetap terasa seperti sebuah pesta gila yang menyenangkan di mana pun disaksikan. Dari awal hingga akhir, film ini berhasil menangkap semangat orisinalnya sambil menghadirkan nuansa segar yang relevan dengan era modern.

Sebuah Surat Cinta untuk Versi Asli

Salah satu hal paling mengesankan dari versi terbaru ini adalah bagaimana film tersebut menjadi surat cinta bagi karya orisinalnya. Macon Blair, sang sutradara, memperlihatkan rasa hormat besar terhadap film kultus produksi Troma tanpa kehilangan keberanian untuk memperbaruinya.

Setiap adegan penuh detail yang menghibur dari percakapan latar yang konyol, iklan palsu, tulisan di papan menu hingga teks acak di poster. Bahkan di momen-momen emosional, selalu ada selipan humor yang membuat film ini tetap hidup dan berjiwa komedi gelap khas Troma.

Parade Akting yang Menawan

Penampilan para pemain menjadi kekuatan tersendiri. Elijah Wood tampil eksentrik dan jenaka sebagai Fritz, karakter yang mudah mencuri perhatian di setiap kemunculannya. Peter Dinklage dan Luisa Guerreiro memerankan Winston/Toxie dengan keseimbangan luar biasa antara komedi fisik, dialog yang cerdas dan sisi rapuh yang tetap terasa meski tertutup prostetik tebal. Kevin Bacon juga memberikan penampilan karismatik, sementara Julia Davies dan Annette Badland menambah daya tarik dengan pesona khas aktor Inggris berpengalaman.

Kekerasan yang Penuh Gaya

Secara visual, The Toxic Avenger tidak menahan diri sedikit pun. Adegan-adegan berdarah disajikan dengan penuh gaya, memadukan efek praktikal dengan CGI secara proporsional. Hasilnya adalah kekerasan yang grotesk namun tetap mengundang tawa, sebuah ciri khas film Troma yang tak tergantikan. Musiknya pun luar biasa, scoring penuh energi yang berpadu dengan penggunaan “Night on Bald Mountain” memberikan sentuhan teatrikal yang membuat setiap adegan terasa hidup.

Nostalgia yang Dibalut Modernitas

Blair berhasil menjaga keseimbangan antara nostalgia dan inovasi. Berbagai referensi ke film orisinal seperti lagu “Body Talk” menjadi penghormatan halus bagi penggemar lama tanpa terasa dipaksakan. Visual kota yang kumuh dan kotor memperkuat atmosfer suram yang kontras dengan absurditas aksi dan dialognya, menciptakan dunia yang aneh namun tetap menarik untuk diikuti.

Titik Lemah di Akhir Cerita

Meski hampir seluruh film berjalan mulus, klimaksnya terasa agak terburu-buru dan kurang memberikan kepuasan emosional yang diharapkan. Namun, adegan pasca-kredit berhasil menutup film dengan humor khas yang segar dan meta, mengingatkan pada gaya film Chef yang lucu, ringan dan penuh kesadaran diri, meskipun tentu saja versi Toxie lebih “berantakan” dan berdarah.

Perayaan Film Kultus yang Hidup Kembali

Secara keseluruhan, The Toxic Avenger adalah kebangkitan brilian bagi ikon film kultus yang nyaris terlupakan. Film ini memadukan kekacauan, darah dan humor dengan cara yang penuh cinta pada sumber aslinya. Bukan sekadar remake, tetapi sebuah perayaan bagi semangat film B yang berani, kreatif, dan tanpa rasa malu. Sebuah tontonan menjijikkan yang justru terasa menyenangkan, kacau, konyol, namun benar-benar memikat.

Production company: Legendary Entertainment
Distributor: Cineverse, Iconic Events Releasing
Cast: Peter Dinklage (Winston Gooze/ the Toxic Avenger), Jacob Tremblay (Wade), Taylour Paige (J.J. Doherty), Julia Davis (Kissy Sturnevan), Jonny Coyne (Thad Barkabus), Elijah Wood (Fritz Garbinger), Kevin Bacon (Bob Garbinger), Sunil Patel (Dr. Walla), etc
Director:  Macon Blair
Screenplay: Lloyd Kaufman, Macon Blair
Producers: Macon Blair, Andrew Pfeffer
Duration: 1 hours 43 minutes