Film

Pesantren Beri Sudut Pandang Baru Akan Islam Lewat Perempuan

292
×

Pesantren Beri Sudut Pandang Baru Akan Islam Lewat Perempuan

Share this article

LASAK.iD – Bahas soal film, apa genre film yang paling digemari penonton? Untuk Indonesia jika berkaca dari beberapa waktu belakang, genre horror masih menjadi urutan teratas yang difavoritkan, kemudian ada drama, action hingga comedy.

Tak dipungkiri, deretan genre tersebut paling menjual secara komersil sebagai tayangan film bioskop. Selain yang disebutkan, ada genre lain yang sebenarnya tak kalah menarik. Sebut saja dokumenter, dinilai dari jumlah peminat, dari sisi pembuat atau penontonnya masih sebagai minoritas.

Meski begitu, film dokumenter tetap mengambil bagian untuk meramaikan industri film dunia. Terbukti dengan rutin digelarnya festival film bertaraf nasional hingga internasional khusus film dokumenter di setiap tahunnya. Bahkan beberapa festival sudah berjalan puluhan tahun, yaitu DOK Leipzig yang pertama kali digelar pada 1955.

Baca juga: Shalahuddin Siregar Kenalkan Kehidupan Santri Lewat Film Pesantren

Di dalam negeri Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta yang ada sejak 2002 menjadi yang paling dikenal di antara pembuat dan penikmat film dokumenter. Indonesia mengenal beberapa filmmaker yang fokus karyanya pada film dokumenter, seperti Shalahuddin Siregar.

Shalahuddin Siregar dikenal dengan karya dokumenter berjudul Negeri di Bawah Kabut dan Lagu untuk Anakku. Terbaru berjudul Pesantren, ini bukan juga sebuah rilisan baru dari Shalahuddin, sebelumnya film tersebut sudah berkeliling menjumpai penontonnya secara lokal dan internasional.

Untuk lokal, Pesantren sempat menyambangi 5 kota di Indonesia, saat didistribusikan melalui Lola Amaria Production. Secara internasional Pesantren telah diikutkan dalam berbagai festival film, yaitu XXI Asiatica Film Festival 2020 dan International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) 2019.

Film ini juga telah tayang di Madani International Film Festival dan sempat ditayangkan di The University of British Columbia pada Maret 2022.

Menarik ketika melihat sebuah karya dokumenter hadir dengan cara yang sedikit berbeda. Pesantren hadir sebagai hasil dari pendekatan observasional Shalahuddin Siregar tentang kehidupan para santri di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy.

Film Pesantren ini kita dengan pendekatan atau observasional, makanya kita ngga ada wawancara. Sebenarnya observasional itu ada dua, pertama sudut pandang dan keduanya wawancara. Untuk film ini kita lebih kepada sudut pandang, yaitu perempuan”, ungkap Shalahuddin Siregar.

Shalahuddin Siregar pun menggambarkan hanya dari satu sudut pandang Agama Islam secara umum, tetapi menggambarkan dari sudut pandang perempuan. Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy menjadi tepat ketika yang memimpin pondok pesantren pun seorang perempuan, yaitu Hj. Masriyah Amva.

Aku mau kasih lihat bagaimana Islam dari sudut pandang perempuan, selama ini jarang sekali digali bahkan menjadi perdebatan. Materi perempuan memang diajarkan, karena dikelasnya Kyai Husein untuk tingkat universitas mereka menyebutnya Muhammad Ali semua materinya tentang ajaran Islam dari sudut pandang perempuan“, tambahnya.

Tak hanya dari sisi sang sutradara tetapi Hj. Masriyah Amva selaku Pimpinan Pengasuh yang memiliki harapan besar, film Pesantren bisa memberikan sebuah pandangan baru. Baik tentang Islam itu sendiri maupun sebuah pondok pesantren dengan para santri di dalamnya.

Saya berharap dengan penayangan film Pesantren dapat memberikan pandangan baru. Tentang kehidupan santri dan tentu tentang kesetaraan gender, di mana Pesantren Pondok Kebon Jambu Al-Islamy memiliki kepala seorang wanita. Karena kesetaraan gender itu bukan untuk merusak agama, bukan untuk merusak ajaran ajaran, tapi untuk menguatkan agama kita”, ungkap Hj. Masriyah Amva, Pimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy.

Pesantren karya dari Shalahuddin Siregar sudah tayang perdana pada 24 Mei 2023 lalu sebagai sajian dari konten Bioskop Online Premiere.