LASAK.iD – Masyarakat Indonesia hampir di setiap daerah memiliki ceritanya sendiri yang dekat dan berkaitan dengan hal mistis. Kemudian di masyarakat saat ini lebih dikenal sebagai cerita rakyat atau mungkin sekedar sebuah mitos belaka. Akan hal ini, tumbal menjadi istilah yang terucap cukup sering dan secara spontan dilakukan masyarakat Indonesia.
Ada yang sering mengkaitkannya dengan tumbal proyek, tumbal pesugihan atau juga tumbal pabrik. Di mana, masyarakat meyakini itu dilakukan seseorang atau banyak orang untuk kelancaran usaha maupun kekayaan.
Pengalaman yang ternyata bukan sekedar isapan jempol, karena banyak para ex-karyawan dari pabrik tertentu yang ternyata mengalami. Pengalaman yang kemudian banyak diceritakan kembali oleh narasumber ke media sosial. Entah sekedar berbagi atau lebih dari itu sebagai sebuah informasi.
Media X melalui fitur thread, dalam beberapa waktu belakangan paling sering digunakan publik untuk berbagi pengalaman tersebut. Bahkan tak jarang menjadi viral karena banyaknya pembaca, yang diceritakan kembali dari orang ke orang lainnya atau dari mulut ke mulut.
Baca juga: Taskya Nayma Jadikan Kebiasaan Baca Al-Fatihah Sebelum Melakoni Sebuah Peran
Di antara thread yang viral mengenai tumbal terutama hubungannya dengan pabrik hadir dari sutradara juga penulis, Yosep Anggi Prasetya atau yang dikenal dengan Yosep Anggi Noen. Thread berjudul Hutang Darah kemudian di adaptasi ke dalam layar lebar dengan judul Hutang Nyawa.
Untuk ahli wahananya ke layar lebar, Visinema Pictures selaku rumah produksi menunjuk penulis muda, Calvin Ramelan untuk pengembangan cerita. Visinema yang selalu hadirkan sutradara baru di setiap produksi filmnya, kali ini menggandeng sutradara 41 tahun, Billy Christian.
Tak hanya sutradara, di sisi pemain, Visinema juga sering kali hadirkan wajah baru, yang sekaligus pertama kalinya bekerja sama dengan mereka, seperti Muhammad Khan, Mike Lucock, Rachel Vennya juga Mian Tiara. Untuk Taskya Namya, Hutang Nyawa menjadi kerja samanya yang kedua dengan Visinema setelah film Generasi 90an: Melankolia (2020).
Sinopsis
Hutang Nyawa berkisah tentang seorang ibu muda bernama Erwina yang harus berjuang untuk anak semata wayangnya bernama Jody. Sekaligus menjadi tulang punggung untuk keluarganya setelah ditinggal sang ayah, yang meninggal rumah tanpa kabar sejak Erwina berusia 7 tahun.
Segala macam pekerjaan rela dilakukan Erwina untuk memenuhi kebutuhannya bersama Jody serta Amak yang kondisi kesehatannya tidak baik-baik saja. Di tengah kerumitan, kawan lama dari keluarganya datang menawarkan sebuah pekerjaan di sebuah pabrik.
Seperti sebuah skenario tak terduga, Om Dar datang setelah kejadian Jody tersiram minyak panas. Erwina yang terdesak tidak memiliki pilihan dan hanya bisa menurut. Akhirnya, Erwina pergi dengan keterpaksaan dan keharusan untuk kesembuhan dari Jody.
Tidak pakai basa-basi, pabrik Batik bernama Gemah Ripah ternyata sudah memberikan kengerian. Selain letaknya yang di tengah hutan, bangunan dari pabriknya pun terlihat sudah tua dan usang. Bahkan orang-orang yang berada di sana terlihat tidak biasa. Tak hanya mereka yang mengabdi kepada pabrik tetapi para pekerja yang membuat Batik.
Satu per satu kengerian pun mulai terjadi, bahkan penglihatan yang sebelumnya biasa saja mulai semakin intens. Bahkan bayangan tentang ayahnya semakin menjadi-jadi sejak Erwina tiba di pabrik. Erwina yang sudah tidak tahan memutuskan untuk mencari tahu apa yang terjadi dengannya juga pekerja pabrik yang seakan menghilang begitu saja.
Terlebih kecurigaan Erwina semakin menjadi-jadi ketika teman sekamar yang juga pekerja pabrik bernama Tri menunjukkan perilaku aneh. Hingga ada kesempatan untuk Erwina yang ternyata saat itu bersama Awang mengikuti kemana Mbok Rum dan orang-orang pabrik lainnya pergi membawa Tri.
Hingga akhirnya Erwina mendapati fakta tak terduga tentang pabrik, Mbok Rum, Pak Ilyasa dan semua penglihatan yang didapatkannya. Satu per satu fakta pun terungkap, bahwa ayahnya tidak pernah pergi meninggalkannya begitu saja, tetapi menjadi korban tumbal dari rekan bisnisnya.
Begitu pun dengan fakta dibalik Erwina yang selalu melihat hal-hal gaib dan mistis. Salah satunya karena Erwina telah dipilih menjadi tumbal sejak dia berumur 7 tahun. Seolah hutang yang belum terlunaskan.
Review
Hutang Nyawa dibandingkan dengan banyaknya thread X viral yang difilmkan, menjadi yang cukup mengalami penyesuaian di beberapa bagian, baik itu ditambahkan atau pun diubah. Hal yang sengaja dilakukan untuk kebutuhan hiburan dan memberikan sajian berbeda pada filmnya.
Billy Christian sebagai sutradara mengatakan hal ini dapat dilihat pada beberapa bagian dalam cerita. Di mulai dari entitas yang dihadirkan filmnya, selain para arwah pekerja yang dijadikan tumbal. Sosok makhluk tinggi besar yang dipuja menjadi bentuk yang diciptakan oleh Billy dan tim produksi.
Hal ini merujuk pada banyaknya entitas yang dilihat Billy karena kepekaannya terhadap makhluk astral, yang kemudian memiliki ide untuk menciptakan sosok baru pada entitas filmnya. Sayangnya, secara latar belakang dari entitas utamanya tidak memiliki penjelasannya yang gamblang.
Hanya diperlihatkan bahwa entitas utamanya dengan ukuran tinggi dan besar dalam gambaran siluet, gambaran seutuhnya justru dibuat sangat misterius. Pada jari serta kuku yang panjang yang coba memberikan efek ngeri. Selebihnya, penikmat film diajak untuk memiliki perspektifnya sendiri akan entitas tersebut.
Hal berbeda lainnya yang coba dihadirkan pada ritual pemujaan dari entitas yang disebutkan sebelumnya. Billy dan tim produksi mencoba untuk mengkreasikan sendiri dari koreo dan body language tanpa merujuk pada tradisi atau budaya dari suatu daerah. Termasuk pakaian dan hal pendukung lainnya dalam gambaran ritualnya.
Sesuatu yang juga menarik dari film Hutang Nyawa, di mana Batik yang digunakan dalam filmnya ternyata tim produksi menciptakan branding tersendiri untuk filmnya. Billy bersama tim Visinema bekerja sama dengan pengrajin Batik untuk menciptakan Batik Cap khusus film Hutang Nyawa, dari desain, corak dan warna.
Lagi dan lagi, Batik yang menjadi unsur penting dalam cerita justru terlihat seperti cameo dalam filmnya. Hanya sekedar unsur pendamping untuk menguat unsur utamanya, yaitu konflik dari karakter Erwina. Terkait dengan Batik, ini pun berkesinambungan dengan adegan jelang akhirnya filmnya.
Pada sebuah adegan Erwina ingin melarikan diri, ia menemukan fakta tentang ruangan yang ternyata menyimpan mayat dari para pekerja terpilih. Mereka tergantung terbalik dengan posisi kepala di bawah dan terbalut kain Batik dari pabrik Gemah Ripah sehingga membentuk sosok pocong terbalik.
Akan Batik dalam filmnya, terkait arti dari corak dan warna yang lagi-lagi membawa penikmat film pada teka-teki. Tak ada penjelasan gamblang yang sebenarnya bisa menjadi unsur kejutan. Sebuah plot twist yang kemungkinan besarnya menjadi value lebih untuk cerita filmnya.
Tak hanya entitas atau Batik, beberapa hal yang ditampilkan filmnya yang kaitannya langsung dengan entitas utama pun tidak ada penjelasan gamblangnya. Bahkan sebuah adegan singkat yang berasal dari masa lalu atau asal muasalnya pun tidak ada. Ini terkait dengan kaca yang disebutkan sepanjang filmnya.
Begitu pun arwah yang terperangkap dalam salah satu cermin yang ada di area pabrik. Sama halnya dengan Batik, dua unsur yang sebenarnya pun memegang peranan untuk penikmat film tahu secara plot justru hanya sebagai pajangan semata dari sajian filmnya. Begitu pun pada konsep dari plot ceritanya, yang erat kaitannya dengan karakter Erwina yang terjadi pada pertengahan sampai akhir ceritanya.
Billy Christian mencoba bermain dengan latar tempat, waktu dan suasana cerita filmnya. Diperlihatkan pada beberapa adegan yang melibatkan Erwina, Awang dan entitas utama filmnya. Pada adegan-adegan tersebut, sutradara menempatkan Erwina dalam sekejap mata berpindah pada latar yang berbeda.
Taskya Namya yang memerankan Erwina menyebutnya dunia yang diciptakan entitas untuk mengelabui kesadarannya dan terjebak dalam perangkap. Contohnya, pada adegan Erwina yang menghadapi makhluk tinggi dan besar melalui raga rekannya, Awang. Saat itu, sebenarnya adegan dilakukan dalam ruangan tersembunyi di dalam pabrik Batik Gemah Ripah.
Pada angle tertentu, Erwina berpindah ke latar hutan yang digunakan oleh pendiri pabrik dan pengikutnya memuja dan mengorbankan para pekerja atau singkatnya ruang pemujaan. Hal ini untuk sebagian penikmat film sesuatu yang membingungkan, jika ditelaah secara logika menjadi tidak masuk akal.
Satu saat, Erwina masih berada di ruangan lalu sekejap mata sudah berpindah ke hutan. Begitu pun hal serupa pada adegan yang berbeda lainnya dari Erwina. Sebenarnya, konsep yang sama dilakukan film maker di banyak negara. Namun, ada celah yang jelas untuk juga dimengerti penikmat film secara transisi atau pada titik penghubungnya.
Sebenarnya, penikmat film yang suka dengan film yang memiliki tantangan seperti ini menjadi sebuah tontonan yang menarik. Namun, tidak bisa menapik, sebagian besar penikmat film di tanah air lebih suka pada sajian plot yang statis bukan yang dinamis. Ditambah tidak adanya potongan sebuah adegan yang menjelaskan beberapa hal dalam cerita filmnya.
Hal ini sangat jelas menciptakan sebuah ruang kosong dari ceritanya atau biasanya disebut dengan plot hole. Di banyak negara, salah satunya produksi yang berasal dari hollywood, film yang menyajikan konsep plot yang serupa seringnya tidak menimbulkan perasaan bingung atau tanda tanya besar di penikmat film.
Sekalipun ada, biasanya menjadi alasan untuk sebuah cerita yang berlanjut. Seakan, sejak awal tim produksi sudah menyiapkan sebuah universe dari cerita tersebut. Kesengajaan dengan adanya plot hole bukan juga menciptakan ruang kosong dari ceritanya, tetapi menjadi ruang untuk sebuah plot twist ceritanya.
Meski begitu apresiasi patut diberikan Billy dan tim produksi Visinema di tengah plus minus karena yang mencoba menghadirkan sesuatu yang baru dari sebuah produksi horor.
Apresiasi yang juga patut diberikan kepada Taskya Namya. Aktris 30 tahun tersebut di hampir setiap momen mengatakan perannya sebagai Erwina dalam film Hutang Nyawa sejauh ini menjadi yang paling menantang. Kya, sapaan akrabnya diberikan cukup banyak pekerjaan rumah oleh sutradara Billy Christian.
Terutama layer emosi yang berbeda-beda di setiap adegan Erwina di dalamnya. Tergambarkan pada dua sisi dunia yang berbeda yang diciptakan filmnya, yaitu dunia nyata dan dunia entitas. Bahkan layer emosi yang ada di rumah, pabrik dan hutan pun dikatakan Kya sangat-sangatlah berbeda.
Perannya Erwina cukup sampai ke penonton yang ikut terbawa dengan mood dan emosi yang dibangun karakter tersebut. Bahkan mungkin akan keluar kata-kata dari penikmat filmnya, “ikut capek melihat karakter Erwina“. Ini bisa diartikan sendiri oleh kalian penikmat film.
Production company: Visinema Pictures, Legacy Pictures
Distributor: Visinema Pictures, Legacy Pictures
Cast: Taskya Namya (Erwina), Muhammad Khan (Awang), Rachel Vennya (Tri), Mike Lucock (Ilyasa), Mian Tiara (Amak), Nagra Kautsar Pakusadewo (Rian), Lucky Moniaga (Om Dar), Laksmi Notokusumo (Mbok Rum), Krishna Keitaro (Jody), Eduward Manalu (Erwina Father’s), etc
Director: Billy Christian
Screenwriter: Ni Luh Febri Darmayanti, Yosep Anggi Noen, Calvin Ramelan
Producers: Cristian Imanuell, Angga Dwimas Sasongko
Duration: 1 hours 40 minutes
AMAZING POST BRO.!! WE WAIT YOUR NEW POST AHA AHA EHE EHE…!!!
Noodlemagazine There is definately a lot to find out about this subject. I like all the points you made
Noodlemagazine Very well presented. Every quote was awesome and thanks for sharing the content. Keep sharing and keep motivating others.
Noodlemagazine For the reason that the admin of this site is working, no uncertainty very quickly it will be renowned, due to its quality contents.
Noodlemagazine Good post! We will be linking to this partquestlarly great post on our site. Keep up the great writing
Noodlemagazine I really like reading through a post that can make men and women think. Also, thank you for allowing me to comment!
Technology us naturally like your web site however you need to take a look at the spelling on several of your posts. A number of them are rife with spelling problems and I find it very bothersome to tell the truth on the other hand I will surely come again again.
Noodlemagazine Nice post. I learn something totally new and challenging on websites