Melestarikan Keanekaragaman Hayati dan Penghormatan Budaya Indonesia Secara Berkelanjutan Melalui Perjalanan Kuliner Indonesia.
LASAK.ID – Perjalanan kuliner Indonesia beraneka rasa yang dipandu oleh kearifan Jawa kuno ‘Mitreka Satata’ untuk hubungan harmonis antara manusia dan alam. Pun sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati kuliner Indonesia, beragam cita rasa, dan sumber daya yang melimpah – sebuah perayaan gastronomi di seluruh nusantara yang pernah menghiasi meja-meja raja-raja Majapahit.
Buah penghormatan atas inspirasi Kerajaan Majapahit dan perayaan Powerful Indonesia, Apurva Kempinski Bali dengan penuh semangat mempersembahkan ‘Majapahit Imperial Dining’ hasil kolaborasi dengan Javara Indonesia. Majapahit Imperial Dining nuansa makan malam disajikan dengan dekorasi artisanal yang ramah lingkungan dan pertunjukan tarian yang mempesona untuk meningkatkan perjalanan pengalaman menarik yang di masa kerajaaan.
Kerajaan Majapahit dikenal akan jamuan makan dan pestanya yang mewah, di mana masakan dibuat dengan presentasi yang rumit dan dekoratif untuk acara-acara khusus, upacara, dan ritual keagamaan. Masakan tersebut merupakan mosaik pengaruh masakan Indonesia, India, Cina, dan Arab, yang mencerminkan perdagangan dan pertukaran budaya pada masanya.
Kerajaan ini, yang berkembang pesat dari akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-16, terkenal karena praktik pertaniannya yang canggih di mana bahan-bahannya dibagi menjadi lima teknik penanaman utama. Sebutan tersebut diantaranya ‘Pala Pendhem’ (ditanam di bawah tanah), ‘Pala Kesimpar’ (ditanam dari tanaman merambat) , ‘Pala Gumantung’ (bergelantungan di pohon), ‘Palawijo’ (panen serba guna), dan ‘Pala Kitri’ (korps berumur panjang).
Nasi diubah menjadi makanan pokok, sedangkan rempah-rempah seperti cengkeh, pala, serai, lengkuas, kelapa, dan merica tidak hanya sekedar penambah rasa melainkan simbol kemewahan kerajaan. Selain itu, metode pengawetan makanan seperti pengeringan dan penggaraman sangat populer di era ini, selain pengasapan dan fermentasi. Salah satu hidangan teladan yang menonjolkan penguasaan teknik ini adalah hidangan ikan asin salah satu sejarah sajian kuliner Indonesia hingga saat ini.
Menu Majapahit Imperial Dining
Menu yang dikurasi khusus untuk ‘Majapahit Imperial Dining’ menampilkan ‘Urap Hayuyu’ yang melambangkan harmoni dengan biji-bijian yang tidak biasa seperti Jewawut (Foxtail Millet atau Setaria Italica), ‘Rawon Lembu’ yang diperkaya dengan Kluwek (Pangium).Karena kuahnya yang gelap, ‘Botok Iwak’ menghormati setiap bagian dari kelapa, ‘Manuk Urang Manggar’ dengan rasa jeruk dan pedas dari Lada Andaliman, dan ‘Jadah Tape’ sebagai penghormatan terhadap tradisi jajanan kaki lima Tape Uli di Betawi.
Inti dari menu set adalah Nasi Melik Parijatha yang luar biasa – nasi unik yang tumbuh di lereng Gunung Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur. Menu tersebut dikenal secara eksklusif disajikan kepada raja-raja Majapahit. Setiap hidangan disiapkan menggunakan teknik memanggang, memanggang, mengukus, dan menggoreng yang telah lama ada, yang mewujudkan evolusi rasa dan keahlian kuliner sambil menceritakan kisah cita rasa kuno kuliner Indonesia.
Powerful Indonesia The Apurva Kempinski Bali
The Apurva Kempinski Bali, sustainability adalah inti dari setiap campaign yang dijalankan. Bersama Javara Indonesia. Didirikan oleh Helianti Hilman Javara Indonesia merupakan perusahaan sosial ternama yang berkomitmen untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan warisan budaya dan kuliner Indonesia.
Bahan-bahan untuk santapan kekaisaran ini diolan dengan cermat dari pertanian organik dan nelayan terampil, memastikan setiap elemen mematuhi prinsip budidaya organik dan praktik berkelanjutan. Selain itu, ‘Majapahit Imperial Dining’ lebih dari sekedar perayaan kuliner, namun merupakan pengembaraan yang menghidupkan warisan Majapahit.
Para perajin dari mitra dekorasi ‘Sustainable Wedding’, Designmill.Co, telah menciptakan dekorasi megah yang semakin menghidupkan nuansa era Majapahit untuk makan malam tersebut. Terakhir, pertunjukan tari dramatis menambah sensasi malam itu dengan koreografi yang dikurasi khusus oleh Kitapoleng, menceritakan kisah Tribhuwana Tunggadewi, Ratu Majapahit dan ibunda Raja Hayam Wuruk.