CinemaFilmReview

Review: Nosferatu, Teror Vampire Yang Terbangun Setelah Ratusan Tahun

149
×

Review: Nosferatu, Teror Vampire Yang Terbangun Setelah Ratusan Tahun

Share this article

Nosferatu sebuah penghargaan yang diberikan Robert Eggers untuk film aslinya asal Jerman dari penulis Henrik Galeen yang diproduksi di tahun 1922.

LASAK.iDVampire maupun dracula masih menjadi satu di antara tema film yang sejak kemunculannya pertama kali memiliki magnet untuk pembuat film mengadaptasinya kembali dalam sajian yang serupa atau dengan memberikan sentuhan baru dan fresh. Tak hanya diproduksi dalam format live-action tetapi juga format animasi.

Vampire maupun dracula meski sama-sama makhluk penghisab darah, namun secara sejarah terciptanya karakter nyatanya cukup berbeda. Vampire dijelaskan merupakan makhluk mitologi yang abadi bahkan kepercayaan ini telah berlangsung sejak 1047. Sedangkan, dracula merupakan tokoh fiksi yang lahir dari novel gotik Dracula karya Bram Stoker (1897).

Novel yang telah menjadi referensi untuk sekitar 170 film adaptasi dengan berbagai visual dan cerita filmnya hingga saat ini. Untuk karya pertama dalam format gambar bergerak atau film dari novel tersebut berjudul Nosferatu. Film asal Jerman yang diproduksi pada tahun 1922 dari sutradara F. W. Murnau.

Henrik Galeen yang saat itu ditunjuk sebagai penulis, menghasilkan cerita  yang hasilnya sangat autentik dengan novelnya. Sayangnya, salinan dari film Nosferatu sempat dihancurkan karena kalah di pengadilan terkait hak cipta. Berbagai menyebut bahwa Nosferatu menjadi adaptasi yang tidak resmi dari novel karya Bram Stoker (1897).

Pada 1994 sekelompok sarjana dari Eropa berhasil memulihkan sekitar lima cetakan yang terhindar dari kehancuran. Visual pertama dari catatan perjalanan sejarah perkembangan dari cerita vampire dan dracula, tentu harus hadir paling terdepan. Tak sedikit pembuat film dunia yang mengagumi karya tersebut.

Robert Eggers menjadi satu di antaranya, sutradara dan penulis berusia 41 tahun tersebut ternyata tumbuh dengan mengagumi karya film berjudul Nosferatu. Saking jatuh cinta dengan cerita yang ditulis Henrik Galeen, pada 2015 akhirnya diumumkan Robert Eggers menjadi sutradara sekaligus penulis untuk versi remake film Nosferatu.

Setelah melalui proses panjang, remake dari Nosferatu akhirnya dirilis pada 2024, namun untuk Indonesia perilisan filmnya dilakukan pada 5 Februari 2025. Hadir sebagai film remake atau sederhananya dibuat ulang, secara garis besar Robert Eggers tidak banyak mengubahnya secara signifikan.

Robert Eggers mencoba tetap dalam koridor kengerian dan sisi gelap yang diciptakan filmnya terdahulu, terutama pada karakter utamanya yang merupakan sosok antagonis bernama Count Orlok. Aktor Bill Skarsgård yang terpilih memerankan sang antagonis cukup berhasil untuk berada di titik tengah antara tampilan klasik dengan menciptakan kengerian era modern.

Intensitas emosi yang dibangun karakter Ellen Hutter oleh aktris Lily-Rose Depp pun berhasil, baik ketika adegan mandiri maupun bersama beberapa karakter dalam satu frame. Untuk adegannya dengan Count Orlok, walau sekedar berdialog dengan bayangannya saja mampu membuat merinding.

Selain itu, karakter Count Orlok yang dibuat dengan suara yang berat dan nafas terengah-engah yang terkesan seperti sesak nafas menambah creepy filmnya. Tentu juga dari sinematografi yang lebih kepada warna filmnya. Beberapa warna digunakan dalam filmnya yang mewakili setiap momen tertentu.

Misalnya, karakter Count Orlok selalu dominan dengan warna gelap, yang memang digambarkan sebagai makhluk malam hari. Tak heran warna yang mendominasi lebih kepada sisi gelap filmnya. Lalu ada beberapa warna seperti kuning bahkan jingga yang sebagian menggambarkan kehangatan. Warna yang menunjukkan kehangatan antara Ellen dan Thomas Hutter

Tak heran film Nosferatu meraih penghargaan untuk kategori sinematografi. Selain dari warna filmnya yang mampu menciptakan sisi mengerikan dan seram pada filmnya, sinematografi dari sisi sudut kamera yang juga menyokong filmnya dalam menciptakan ketakutan di penikmat film.

Salah satu sudut kamera yang menggambarkan betapa creepy-nya istana dari Count Orlok ketika adegan kereta kuda yang membawa Thomas Hutter ke istana milik Count Orlok. Momen tersebut, sutradara hanya mengarahkan sudut kamera yang dibuat dengan wide angle, memperlihatkan siluet istana yang megah karena pancaran sinar bulan purnama.

Perpaduannya dengan warna filmnya yang pas membuat kesan creepy sampai ke penikmat film. Dan banyak adegan dengan sudut kamera yang mempertegas sebuah adegan, terutama yang berkaitan dengan karakter Ellen Hutter dan Count Orlok. Tak boleh juga dikesampingkan, music scoring dari filmnya yang menambah sisi creepy filmnya.

Scoring yang juga membawa nostalgia akan film-film horor klasik khas produksi amerika. Dibangun dengan grafik naik turun, pada awalnya musiknya akan hadir dengan suara lebih rendah, namun dengan semakin intens dari sebuah adegan grafik musiknya pun ikut naik. Saat adegan menegangkan mereda, level musiknya pun perlahan akan turun.

Remake yang dilakukan Robert Eggers cukup berhasil menarik perhatian dari penikmat film yang menyukai gaya klasik dari film horor bertemakan vampire atau dracula. Meski sedikit disclaimer, untuk kalian yang tidak suka dengan adegan berdarah, beberapa adegan dalam filmnya menampilkannya dengan sudut kamera yang cukup membuat kesan jijik.

Selain itu, versi remake karya Robert Egger memiliki durasi yang lebih lama atau lebih dari 120 menit. Hal ini sepertinya tidak terlepas dari keinginan Robert Egger sebagai penulis cerita versi kekinian dari Nosferatu. Ia yang mengagumi karya tersebut, ingin setiap detail filmnya di masa lalu tetap ada dalam filmnya.

Termasuk dalam menciptakan vibes dan ambience pada Jerman Baltik tahun 1830-an. Pada cara berbicara, bergaul secara sosial, gaya rambut hingga desain set juga desain serta warna wardrobe yang dikenakan setiap pemainnya. Obsesi untuk membangkitkan memori dari Robert Egger akan Nosferatu di masa lalu.

Menyimpulkan film Nosferatu setelah menonton, film yang membangkitkan memori tentang film horor bertema vampire atau dracula dari era klasik, terutama dari era 1930-an. Ternyata obsesi dari penulis sekaligus sutradara filmnya untuk menghadirkan vibes klasik filmnya cukup menarik untuk menjadi tontonan di era saat ini.

Meski sisi modern di setiap sudut filmnya sebagai bagian dari pembaharuan secara look tetap terlihat dan terasa sekali. Itu menjadi kombinasi yang juga cukup berhasil. Hanya beberapa hal terkait adegan dan durasi yang mungkin menjadi catatan untuk penikmat film. Disebut sebelumnya, adegan berdarah dalam filmnya lebih memberikan kesan jijik dari kebanyakan film horor atau thriller. Juga durasi filmnya yang cukup panjang mencapai 132 menit.

Production company: Maiden Voyage Pictures, Studio 8, Birch Hill Road Entertainment
Distributor: Focus Features, Universal Pictures
Cast: Bill Skarsgård (Count Orlok), Nicholas Hoult (Thomas Hutter), Lily-Rose Depp (Ellen Hutter), Aaron Taylor-Johnson (Friedrich Harding), Emma Corrin (Anna Harding), Ralph Ineson (Dr. Wilhelm Sievers), Simon McBurney (Herr Knock), Willem Dafoe (Prof. Albin Eberhart von Franz), etc
Director:Robert Eggers
Screenwriter: Robert Eggers
Producers: Jeff Robinov, John Graham, Chris Columbus, Eleanor Columbus, Robert Eggers
Duration2 hours 12 minutes

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
vortexstrike
19 days ago

Simply desire to say your article is as surprising The clearness in your post is simply excellent and i could assume you are an expert on this subject Fine with your permission let me to grab your feed to keep up to date with forthcoming post Thanks a million and please carry on the gratifying work

hentairead
7 days ago

hentairead Very well presented. Every quote was awesome and thanks for sharing the content. Keep sharing and keep motivating others.

2
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x