LASAK.iD – Sepanjang tahun film-film yang dirilis memiliki sajian khasnya tersendiri untuk menarik perhatian penikmat film. Ada film yang benar-benar mendapat perhatian 100 persen, ada yang presentasenya di bawah dan ada pula yang presentasenya terjun bebas atau membuat sedikit geleng-geleng kepala.
Menilik dengan film yang mendapat perhatian 100 persen, tentu terwujud karena setiap elemen filmnya saling berkesinambungan atau tidak saling tumpang tindih. Tak sekedar sequence menarik tetapi memiliki bobot cerita dengan konsep penyajian yang mungkin bukan seperti biasanya. Poin-poin yang mungkin bisa disematkan pada film terbaru New Line Cinema berjudul Weapons.
Film dari sutradara dan penulis Zach Cregger sebenarnya cerita yang memiliki tema dan konsep yang cukup umum. Cerita dengan benang merah yang merujuk pada seseorang yang melakukan ilmu hitam (sihir) dengan melibatkan anak-anak sebagai alat atau justru korban. Selalu dengan latar tempat yang merupakan daerah pinggiran kota yang dekat dengan hutan.
Semacam atribut yang wajib dalam setiap film yang mengusung genre horror-thriller. Namun, yang selalu membuat perbedaan besar pada penyajian cerita filmnya. Tak sekedar merepresentatifkan skenario ke dalam visual, tetapi terkadang konsep yang digunakan dalam penyajian cerita menentukan ketertarikan untuk penikmat film.
Pada film Weapons, jika menilik penyajian ceritanya, penikmat film akan menemukan penyajian yang dibuat layaknya sebuah novel. Cerita yang tetap dalam satu kesatuan namun dibuat dalam beberapa bagian penting. Biasanya ditandai dengan chapter atau bab, secara penjabaran yang mengarah langsung pada satu tokoh atau bahkan cerita itu sendiri.
Film Weapons menggunakan konsep yang serupa namun lebih menekankan dari sudut pandang para tokohnya. Itulah alasan sepanjang 118 menit filmnya, chapter yang terbagi dari tokoh-tokoh penting dalam cerita filmnya. Sebuah cerita yang digambarkan sebagai puzzle besar yang setiap bagian memiliki petunjuk untuk hasil akhirnya yang merupakan kejutan.
Puzzle yang terbagi mewakili kepentingan masing-masing tokoh dalam cerita filmnya. Ada yang menjadi pengenal atau titik awal atas misteri menghilangnya 17 anak-anak dari ceritanya. Tokoh yang mengantarkan bernama Justine, sosok guru muda yang menjadi korban fitnah atas kejadian menghilangnya anak-anak dari kelas yang diajarkannya dan hanya menyisakan satu anak saja bernama Alex.
Cerita berlanjut dari sudut pandang Archer, salah satu orang tua yang anaknya ikut menghilang. Berlanjut dari sudut pandang seorang petugas kepolisian bernama Paul, tuna wisma yang juga seorang kriminal bernama James, Kepala Sekolah Marcus dan Gladys yang menjadi antagonis sesungguhnya dari cerita.
Konsep puzzle pada penyajian ceritanya sangat jelas untuk nantinya akan secara utuh menggambarkan benang merah dari cerita. Penempatan urutan karakter oleh penulis ternyata memiliki makna tersendiri untuk jalan cerita filmnya, tetapi di lain sisi ini menjadi tidak terduga.
Setiap chapter memang tergambarkan dengan jelas, bukan visualisasi yang menggantung. Namun, melihat chapter setelahnya baru menyadari bahwa penulis menyisipkan bagian tertentu dari chapter sebelumnya sebagai puzzle kosong. Dengan kata lain, setiap chapter menyimpan potongan puzzle dari chapter sebelumnya.
Weapons sebagai sebuah cerita tentu memiliki awal dan memiliki pula akhir. Chapter terakhir untuk menuntaskan puzzle yang kosong diwakili karakter Alex, karakter anak dan satu-satunya yang tidak ikut menjadi korban hilang. Di sini, dari sudut pandang Alex, menjadi pamungkas sekaligus plot twist yang menjadi jawaban untuk benang merah ceritanya.
Konsep menarik yang ditawarkan penulis, meski ceritanya tetap dalam satu line yang sama, namun setiap chapter-nya mampu untuk berdiri sendiri. Sederhananya, tidak terjadi plot hole yang membuat ceritanya menjadi jumping atau tidak ada kekosongan yang membuat bingung penikmat film.
Ada beragam kesan yang ditangkap sepanjang cerita, penulis melakukan dengan halus untuk membuat setiap tokoh memiliki peranan penting yang memungkinkan menempatkannya bukan sekedar lead tetapi main character. Hal ini karena setiap chapter menggunakan sudut pandang tokoh yang terlibat bukan pada cerita filmnya.
Sisi lain ceritanya, baik secara skenario maupun visualisasi, Weapons menjadi satu di antara banyak film yang menawarkan paket komplit. Baik dari sisi cerita yang menyangkut setiap detailnya, seperti pada karakter maupun adegan yang ditawarkan. Begitu pun yang masih menjadi bagian dari cerita, yaitu jump scare, kengerian dan drama.
Film Weapons dengan genre horror-nya ternyata memiliki sisi supranatural (sihir) pada ceritanya. Yang digambarkan Gladys karakter antagonis filmnya. Sehingga jump scare bukan dari kehadiran entitas tetapi dari para karakternya itu sendiri, terutama aksi serta mimik yang diperlihatkan.
Hal ini cukup berhasil membuat penikmat film sepanjang menonton filmnya melakukan beragam reaksi, dari kaget yang hanya pada gesture hingga kaget yang mengeluarkan beragam suara, entah dengan teriakan hingga kata-kata tidak terduga dari yang halus dengan memanggil “mama” maupun kata yang tidak pantas diucapkan.
Untuk genre thriller menyambung pada kengerian filmnya. Ini berkaitan langsung dengan adegan berdarah, terutama yang tersajikan pada chapter karakter Marcus dan pamungkasnya yaitu Alex. Adegan kengerian yang mampu membuat bulu kuduk berdiri dengan bumbu rasa jijik (untuk sebagian penikmat film).
Penikmat film tidak pernah menduga akan mendapat kejutan di akhir film dengan kengerian adegan yang bisa diekspresikan pada berbagai rasa dan cara, tak hanya epik tetapi juga tak terduga. Meski begitu, adegan pamungkas yang tidak hanya cukup tetapi sangat memuaskan penikmat film.
Weapons memang secara keseluruhan penyajian sesuai dengan genre yang diusung, yaitu horror-thriller. Namun, drama yang dihadirkan cukup menjadi satu kesatuan. Pengantar yang juga membuat kejutan yang dihadirkan melalui para karakternya. Satu sama lain saling berkesinambungan atau tidak tumpang tindih, sehingga membuat tontonan menarik selama 108 menit.
Hal yang juga menarik dari filmnya tentang beragam atribut dan ritual yang digunakan karakter Gladys ketika ingin mengendalikan orang. Mulai dari lonceng yang tersematkan lambang segitiga dan angka 6, pohon bonsai hitam, air, garam maupun barang dari korban. Pada banyak budaya, sebagian benda dan simbol tersebut memang banyak digunakan dalam praktek ilmu hitam.
Ada makna tertentu yang tersematkan dalam simbol dan benda-benda tersebut. Termasuk garam yang mungkin hanya dikenal sebagai bumbu dapur. Meski dalam praktek ilmu hitam, garam sebenarnya menjadi penangkal. Ini pun terjawab melalui adegan klimaks filmnya, ketika Alex diminta untuk tidak melewati atau sekedar menginjak garam yang ada di lantai.
Alasannya jelas untuk mencegah kedua orang tuanya yang sudah dikendalikan sihir tidak menyerangnya dengan brutal. Cukup kontras tetapi detail yang diperhatikan dan menggunakan penjelasan yang masuk akal.
Jika kembali pada cerita dan karakter, terkadang muncul pertanyaa film dengan tema, konsep maupun genre yang sama, ditambah melibatkan karakter anak-anak. Sosok anak yang menjadi kunci filmnya selalu tergambarkan dengan wajah yang polos dan lugu. Jarang ditemui dengan wajah sebaliknya. Hanya sebuah pertanyaan random yang membuat penasaran saja untuk film maker di hollywood sana.
Production company: New Line Cinema, Subconscious, Vertigo Entertainment, BoulderLight Pictures
Distributor: Warner Bros. Pictures
Cast: Josh Brolin (Archer Graff), Julia Garner (Justine Gandy), Cary Christopher (Alex Lilly), Alden Ehrenreich (Paul Morgan), Austin Abrams (Anthony), Benedict Wong (Andrew Marcus), Amy Madigan (Gladys Lilly), June Diane Raphael (Donna Morgan), Clayton Farris (Terry Marcus), Whitmer Thomas (Mr. Lilly), Callie Schuttera (Mrs. Lilly), Toby Huss (Ed), Luke Speakman (Matthew Graff), etc
Director: Zach Cregger
Screenplay: Zach Cregger
Producers: Roy Lee, Zach Cregger, Miri Yoon, J. D. Lifshitz, Raphael Margules
Duration: 2 hours 8 minutes
https://shorturl.fm/pyg25
https://shorturl.fm/ILp71
https://shorturl.fm/WfFQE
https://shorturl.fm/CTBNB
https://shorturl.fm/Jlgfd
https://shorturl.fm/s8lza
https://shorturl.fm/uQzHP
https://shorturl.fm/s6vQW
https://shorturl.fm/zMDbo