ReviewAnimeAsian ShowbizJapanese

Review: Chainsaw Man, Kembalinya Denji Sosok Manusia Gergaji di Layar Lebar

31
×

Review: Chainsaw Man, Kembalinya Denji Sosok Manusia Gergaji di Layar Lebar

Share this article

Chainsaw Man termasuk dalam seri manga shōnen yang menjadi bagian dari sub-genre yang memasukkan unsur komedi seksual.

LASAK.iDManga yang dikenal publik saat ini ternyata telah melalui proses pengembangan selama berabad-abad lamanya. Menilik beberapa sumber, manga pertama kali muncul pada abad-13 setelah ditemukannya Gulungan Chōjū giga (Gulungan Hewan dan Manusia yang Bersenang-senang) dari biarawan Kakuyu atau Toba Sojo yang dianggap sebagai bentuk awal manga karena gaya naratif dan gambar kartunnya, yang dibaca dari kanan ke kiri. 

Istilah manga sendiri secara umum mulai digunakan pada abad ke-18 setelah diterbitkannya Shiji no yukikai karya Santō Kyōden. Setelahnya, Katsushika Hokusai dan Aikawa Minwa membantu mempopulerkan istilah ini pada awal abad ke-19 melalui karyanya Hokusai Manga (1814).

Seiring dengan berkembangnya arus modern, manga pun mengalami perubahan karena adanya pengaruh besar budaya barat terutama amerika melalui komik, film dan kartun yang terjadi pasca perang dunia II atau abad ke-20. Perubahan era manga modern yang publik Jepang dan dunia nikmati hingga hari ini.

Pengaruh yang terlihat pada transformasi gaya visual dan penceritaan untuk meningkatkan daya tarik global. Hal yang sama pun berlaku pada  manga Jepang yang jelas memiliki kekhasnya tersendiri turut memberikan pengaruh pada industri animasi global. Terutama pada keragaman tema cerita, mengingat animasi global cenderung berfokus pada satu tema (superhero) dengan fokus pada karakter tunggal.

Arus modern cukup mengubah minat publik Jepang maupun global dalam menikmati karya seni seperti manga yang tak sekedar visual di atas kertas tetapi gambar bergerak dengan suara (audio visual). Secara adaptasi sudah ada sejak awal abad ke-20. Pada dewasa ini dengan teknologi yang semakin berkembang membuat persaingan pun semakin besar.

Tak jarang, penggemar dunia dari manga maupun anime Jepang menuntut untuk membuat yang lebih dan lebih lagi. Hal yang sebenarnya sudah terlihat sejak se-dekade terakhir. Perubahan secara kualitas visual mungkin yang paling menonjol. Menariknya, kreator Jepang tetap dengan akar dan jati diri dari anime khas mereka.

Itulah yang menjadi kekuatan anime Jepang yang masih dicintai penggemar hingga hari ini. Ini yang terlihat dari setiap perilisan anime asal Jepang, seperti yang juga terlihat dalam film anime berjudul Chainsaw Man. Ini merupakan adaptasi kedua dari manga populer yang menduduki peringkat #4 pada daftar manga terbaik untuk pembaca pria tahun 2019 versi Kono Manga ga Sugoi!.

Jika yang pertama di tahun 2022 hadir dalam format tv series (12 episode), kali ini di bawah arahan sutradara Tatsuya Yoshihara, Chainsaw Man hadir dalam format film bioskop. Sosok Tatsuya Yoshihara sebenarnya bukan nama baru untuk adaptasi dari Chainsaw Man. Tatsuya Yoshihara sempat menyutradarai 2 episode dari produksi untuk format tv series.

Tak hanya Tatsuya Yoshihara yang kembali ke dunia adaptasi Chainsaw Man, penulis dari seluruh episode dalam format tv series, Hiroshi Seko turut terlibat dengan kembali menulis cerita dalam format film anime. Tak heran, kehadiran keduanya membuat Chainsaw Man format film anime masih dengan feel, vibes dan ambience yang sama.

Namun, tentang filmnya sendiri, Chainsaw Man gambaran tentang film maker Jepang yang mempertahankan akar, tradisi dan kekhasan dari anime asli. Secara kualitas terutama jika berbicara resolusi dan hasil akhir editing terlihat sekali perubahannya. Misalnya, tampilan dan gaya penceritaan (termasuk dialog).

Baik dari karakteristik pada karakter, salah satunya memiliki mata besar hingga look karakternya yang selalu terlihat sempurna. Untuk gaya penceritaan selalu hadir dengan alur yang kompleks. Secara dialog pun selalu ada penekanan pada kata-kata tertentu yang membuat penikmat film tertawa juga gemas.

Untuk film Chainsaw Man pun sama untuk film yang hadirkan pertempuran dahsyat, akan ada dialog yang rentang suaranya seperti naik beberapa oktaf dari dialog biasa. Tak jarang dilakukan dengan berteriak. Inilah kekhasan gaya anime asal Jepang yang tidak dihilangkan oleh sutradara dan penulis dari filmnya. Variabel yang menjadi daya tarik anime Jepang sehingga digemari banyak publik dunia.

Hal yang juga menjadi kekhasan anime Jepang, terlihat pada karakteristik karakter utamanya. Sering kali karakter utamanya (laki-laki) selalu dibuat dengan tampilan tidak menarik dan cenderung bertingkah konyol. Namun, selalu menjadi yang paling serius melebihi karakter pendamping yang selalu digambarkan cool dan berkarisma.

Tentu sebagai karakter utama dalam film dengan adegan aksi akan selalu memiliki kekuatan yang paling besar. Selalu menjadi pahlawan pada akhirnya. Selain itu, manga Jepang terpengaruh dengan budaya amerika seringkali menampilkan karakter utamanya yang protagonis seperti anti-hero.

Pada Chainsaw Man, karakter Denji yang menjadi bagian dari satuan pemburu iblis sebenarnya memiliki dua sisi dalam dirinya, yaitu setengah manusia dan setengah iblis. Hal ini terjadi karena jantungnya digantikan oleh iblis peliharaannya, Pochita (Iblis Gergaji Mesin) yang kemudian mengubahnya menjadi Manusia Gergaji.

Menariknya dari manga atau anime Jepang, banyak karakter (anti-hero di antaranya) dalam versi budaya amerika masih tampil normal (manusia). Sedangkan, manga atau anime Jepang seringnya hadir dengan tampilan yang kadang membuat penikmatnya terkaget-kaget. Karakter Denji dalam Chainsaw Man hadir sebagai Manusia Gergaji atau Reze sebagai Bomb Devil.

Sisi Chainsaw Man sebagai manga yang ditulis dan diilustrasikan oleh Tatsuki Fujimoto, termasuk dalam seri manga shōnen (ragam manga khusus untuk remaja lelaki). Biasanya, seri manga satu ini berfokus pada aksi dan petualangan dengan tingkat kekerasan yang “ringan” tanpa tema dewasa yang berlebihan, seperti dalam One Piece atau Naruto.

Untuk Chainsaw Man tetap menampilkan aksi dan petualangan tetapi masuk dalam sub-genre yang menampilkan konten vulgar atau lebih tepatnya memasukkan unsur komedi seksual. Itulah alasan di beberapa adegan filmnya menampilkan adegan khusus penikmat film dewasa.

Production company: MAPPA
Distributor: Sony Pictures Releasing
Cast: Kikunosuke Toya (Denji), Reina Ueda (Reze/Bomb Devil), Fairouz Ai (Power), Tomori Kusunoki (Makima), Shogo Sakata (Aki Hayakawa), Shiori Izawa (Pochita), Karin Takahashi (Kobeni Higashiyama), Maaya Uchida (Angel Devil), Natsuki Hanae (Beam/Shark Fiend), Yūya Uchida (Violence Fiend), etc
Director: Tatsuya Yoshihara
Screenplay: Hiroshi Seko
Producers: Keisuke Seshimo
Duration: 1 hours 40 minutes

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x