LASAK.iD – Film horor memang masih menjadi tontonan favorit publik tanah air. Untuk paruh pertama 2025 saja, tercatat sudah puluhan film telah dirilis. Jika menilik kembali film horor yang telah dan akan dirilis, kebanyakan membawa tema dan konsep yang hampir serupa.
Ada yang mengadaptasi cerita viral dari thread salah satu platform media sosial, buku atau novel hingga folklore asli Nusantara. Jarang ditemui film maker lokal membuat karya terbaru diluar kebiasaan. Hanya segelintir yang mencoba peruntungan dengan membawa tema dan konsep yang baru dan beda.
Salah satunya yang dilakukan rumah produksi Bangun Pagi Pictures dan Drias Film Production, melalui penulis Sankut yang membawa genre psychological horror untuk film berjudul Arwah. Sesuai dengan genre yang diusung, film Arwah membawa sensasi berbeda ketika selesai menonton filmnya.
Film Arwah cukup mentrigger sebagian penikmat film dengan beberapa judul film termasuk produksi lainnya seperti series dengan konsep dan genre yang serupa.
Di antaranya film berjudul The Sixth Sense (1999) dan The Others (2001), di mana karakter dalam masing-masing film tetap melakukan aktivitas tanpa menyadari bahwa mereka telah menjadi sosok roh. Hanya segelintir orang dengan kemampuan indra keenam yang mengetahui mereka yang sebenarnya.
Konsep ini yang kemudian digunakan Sankut untuk menulis cerita film Arwah. Di mana, film ini bercerita tentang kakak-beradik Jojo (Joshua Suherman), Angga (Irsyadillah), Nindy (Naura Hakim) dan Momo (Annette Edoarda) yang memutuskan pulang ke kampung halaman setelah 4 tahun.
Sepanjang perjalanan menuju ke kampung halaman masih baik-baik saja. Bahkan masih bisa menikmati suasana rumah masa kecil mereka setelah sekian lama. Hanya ada beberapa pertengakaran kakak-beradik karena jarang bertemu. Hingga sebuah kecelakaan mengubah kehidupan mereka setelahnya. Satu per satu dari mereka merasa dihantui sosok adik bungsu mereka yang bernama Sofi (Sarah Beatrix).
Sofi datang dengan wajah dan sekujur tubuh penuh bercak darah, yang terus-menerus mengatakan hal yang sama. Selama beberapa hari, keempatnya terus mendapatkan teror dari adik bungsunya tersebut. Sampai suatu waktu, Angga sempat didatangi sosok seorang noni bergaun putih, yang bisa membantunya berkomunikasi dengan Sofi untuk menanyakan alasan terus meneror mereka.
Akhirnya, setelah melewati beberapa hari yang panjang, Jojo, Angga, Nindy dan Momo menyadari bahwa bukan Sofi yang terus menghantui mereka tetapi sebaliknya. Selama beberapa hari itu, keempatnya merasa masih hidup setelah kecelakaan yang terjadi. Itu yang menjadi alasan setiap dari mereka masih melakukan kegiatan rutin seperti biasanya.
Rasa sadar dan keikhlasan dari Abah dan Sofi sebagai yang selamat seorang diri dan seorang adik, roh Jojo, Angga, Nindy dan Momo akhirnya kembali ke tempat yang seharusnya. Abah dan Sofi pun ke curug, tempat yang sebelumnya ingin dituju oleh Sofi dan mendiang keempat kakaknya saat terjadinya kecelakaan.
Menilik kembali filmnya, masuk akal ketika film Arwah dikatakan memiliki nilai lebih karena memberikan sajian yang beda. Unggul secara konsep dan tema yang tidak template dengan kebanyakan film horor yang beredar belakangan ini. Sebagai sajian yang berhasil, bisa dikatakan “iya”, tetapi sebagai sajian yang memberikan kesan “wow” secara keseluruhan produksi masih belum.
Namun, yang dilakukan Bangun Pagi Pictures dan Drias Film Production yang kali ini menggandeng Ivan Bandhito sebagai sutradara sudah berada dalam track yang benar. Terutama ingin memberikan ciri khas sebagai rumah produksi dengan tema yang tidak biasa, terutama ketika memilih memproduksi film horor.
Film Arwah jika menilik dari premis cerita sebenarnya cukup kuat ketika dikaitkan dengan konsep dan tema cerita yang terbalut dalam genre psychological horror. Hanya saja masih lemah ketika menyangkut penjabaran cerita terkait konflik yang dibangun. Arwah belum hadir dengan cerita yang kompleks.
Seperti penjelasan sebelumnya, penulis Sankut masih di ranah konflik yang memang dekat dengan penikmat film tanah air, yaitu keluarga. Subjek cerita yang seringnya menjadi relate dengan kehidupan sehari-hari sehingga mudah dicerna oleh penikmat film di tanah air.
Meski begitu, Ivan Bandhito yang baru pertama kali menyutradarai produksi film dan langsung dengan genre horor mampu merepresentasikan apa yang ditulis oleh Sankut dalam skenario filmnya. Kerja sama keduanya memberikan sajian yang membuat mind blowing melalui sebuah plot twist, yang merupakan fakta terbalik yang melibatkan kelima karakter kakak-beradik.
Ini pun tidak terlepas kaitannya dengan genre yang diusung, yaitu psychological horror. Sebuah genre film di mana alur ceritanya melibatkan mental, emosional dan psikologis yang menonton filmnya. Bahkan sering kali merasa memiliki kemiripan yang cukup signifikan dengan genre yang hampir serupa, seperti psychological thriller yang penuh dengan elemen misteri.
Itulah alasan ada beberapa sudut kamera yang mengarah ke beberapa objek yang menjadi petunjuk yang sekaligus menjadi plot twist filmnya. Di antaranya, jam yang menunjukkan angka yang sama, perubahan ambience warna setelah kecelakaan, kemunculan noni belanda dan beberapa petunjuk lainnya.
Sutradara cukup baik membuat ambience yang menciptakan permainan emosional dan psikologis di penikmat film bahwa kakak-beradik Jojo, Angga, Nindy dan Momo sebenarnya sudah meninggal. Hal ini mungkin sudah disadari sebagian dari penikmat film, terutama adegan yang menampilkan keempatnya sedang duduk bersama Abah.
Diperkuat dengan dialog Abah yang kurang lebih mengatakan, “kalian di sini saja, tunggu dirumah tidak usah keluar apapun yang terjadi, tunggu Abah setelah selesaikan mengurus Sofi“. Penikmat film yang sadar akan adegan tersebut terlihat Abah yang seakan berbicara sendiri, padahal keempat anaknya berada didekatnya.
Melihat kembali adegan ketika pertama kali Abah berjumpa dengan keempat anaknya setelah kembali dari kota. Begitu pun ketika berpamitan sebelum berangkat ke pesantren, karena karakter Abah melihat wajah satu per satu anaknya. Hal ini jika disadari menjadi cukup kontradiktif, bahwa adegan ini menjadi petunjuk awal dari plot twist filmnya.
Kehadiran film Arwah sebagai tontonan berbeda, terutama dalam kaitannya dengan genre horor semoga menciptakan tontonan beragam dan fresh untuk penikmat film tanah air. Hadir dengan hasil yang belum maksimal diharapkan kedepannya hal tersebut bisa terwujud. Sehingga film berikutnya bisa menjadi tontonan yang benar-benar memberikan kesan “wow” ke penikmat film.
Production company: Bangun Pagi Pictures, Drias Film Production, Mockingbird Pictures
Distributor: Bangun Pagi Pictures, Drias Film Production, Mockingbird Pictures
Cast: Joshua Suherman (Jojo), Sarah Beatrix (Sofi), Annete Edoarda (Momo), Naura Hakim (Nindy), Irsyadillah (Angga), Egi Fredly (Abah), Roweina Umboh (Madam Rose), Ferry Salim (Bos), etc
Director: Ivan Bandhito
Screenplay: Sankut
Producers: Bambang Drias, Jonathan H.M.
Duration: 1 hours, 27 minutes
Boost your income—enroll in our affiliate program today! https://shorturl.fm/5uBMh
Sign up for our affiliate program and watch your earnings grow! https://shorturl.fm/GieXa
https://shorturl.fm/neNtG
https://shorturl.fm/9hOSZ
https://shorturl.fm/WtD57
https://shorturl.fm/Z5HL0
https://shorturl.fm/oVcj3
https://shorturl.fm/oihhX
https://shorturl.fm/o19Xv
https://shorturl.fm/HKMGu
https://shorturl.fm/GR2qO
https://shorturl.fm/kRR5q
https://shorturl.fm/lghvP
https://shorturl.fm/sdHB1
https://shorturl.fm/IZmyi
https://shorturl.fm/jvPD7
https://shorturl.fm/VhFYI