ReviewCinemaFilm

Review: The Long Walk, Sinematografi Sederhana Syarat Nilai Psikologi

35
×

Review: The Long Walk, Sinematografi Sederhana Syarat Nilai Psikologi

Share this article

The Long Walk hadir sebagai film adaptasi novel dengan judul yang sama karya Stephen King.

LASAK.iDThe Long Walk menjadi film rilisan terbaru lagi dari Lionsgate untuk paruh kedua di 2025. Film yang mengusung genre dystopian survival-horror merupakan adaptasi sebuah novel dengan judul yang sama karya Stephen King. Sosok penulis yang dikenal dengan gaya dan tema penceritaan yang dekat dengan kehidupan sekitar.

Film The Long Walk misalnya, Stephen King dalam novelnya membangun cerita tentang sebuah kompetisi tahunan yang dikenal sebagai “The Long Walk“, mereka harus mempertahankan kecepatan berjalan selama waktu tertentu, jika tidak mereka akan ditembak. Kontes yang diikuti puluhan pemuda untuk memenangkan sebuah hadiah besar di garis akhir.

The Long Walk” hadir sebagai obsesi dari seorang penguasa yang diketahui sebagai The Major. Ia dengan kuasanya bisa memilih dan menunjuk pemuda mana pun untuk menjadi peserta, bahkan kepada anaknya sendiri. “The Long Walk” pada awalnya sebuah kompetisi yang menggiurkan karena hadiahnya yang besar, namun The Major yang tidak memiliki belas kasih mengubah semuanya.

Secara konsep dan tema, garis besar dari The Long Walk memiliki kesamaan dengan banyak film dengan tema serupa, yaitu kompetisi. Umumnya film yang dimaksud lebih menitikberatkan pada ranah olahraga dengan tingkat psikologi pada konflik setiap pemainnya di level rendah atau menengah. Sedangkan, film dari sutradara Francis Lawrence hadir lebih intens.

Sajian ceritanya memang terkesan sederhana karena sepanjang 108 menit para karakter hanya melakukan adegan konstan yaitu berjalan. Namun, yang membuatnya memiliki kompleksitas tersendiri terlihat dalam setiap dialog yang dilakukan para karakternya, terutama yang memberikan kesan bahwa mereka antagonis berbeda selain kelompok The Major.

Para karakter yang memiliki dua persepsi (protagonis & antagonis) ditunjukkan dari dialog yang mengintimidasi hingga mengganggu secara psikologi. Hal lainnya yang juga membuat ceritanya menarik melalui adegan-adegan berdarah yang dilakukan kelompok The Major.

Mereka tak segan menembak mati para peserta yang melanggar peraturan, meski hanya sekedar membetulkan tali sepatu yang kendur atau sekedar buang air kecil. Tak hanya dari tembakan yang berdarah tetapi cara mereka ketika ingin menembak pun cukup memberikan shock therapy kepada penikmat film.

Ini menjadi sajian jump scare filmnya karena adegan-adegan berdarah memainkan psikologi penikmat film secara emosi. Termasuk template pada menit-menit tertentu yang menunjukkan jarak tempuh yang sudah dilalui para peserta. Film seperti The Long Walk mungkin bisa diklasifikasikan pada film dengan tema dan konsep cerita yang sederhana tetapi penyajian yang cukup kompleks.

Tak perlu dengan adegan yang “wah” secara produksi tetapi kadang dialog dengan gerakan (gesture) kecil cukup membuat sajian yang menarik. Pada sisi cerita sebenarnya sudah terarahkan untuk penikmat film tahu seperti apa akhir filmnya. Terlihat jelas dari sejak awal film screen time mengarah pada dua sosok peserta Raymond Garraty dan Peter McVries.

Sejak awal sudah diisyaratkan hanya ada satu pemenang dan tidak berubah, namun yang mengejutkan pada hasil akhirnya. Akhir yang tidak terduga untuk penikmat film. Selain itu, ada momen kedua karakter mengisyaratkan untuk membuat pemenangnya menjadi dua orang. Untuk penikmat yang melihat dan mendengar detail dialog keduanya mungkin akan ter-recall dengan salah satu film yang cerita filmnya juga mengusung kompetisi.

Yaitu film The Hunger Games yang pertama di tahun 2012, saat itu seharusnya ada satu pemenang tetapi dengan caranya tersendiri dari Katniss Everdeen yang membuat kompetisi berdarah tersebut memiliki dua pemenangnya di akhir permainan. Untuk The Long Walk sempat terbersit akan melakukan ending yang sama tetapi memiliki kejutannya tersendiri.

Selain itu, The Long Walk yang merupakan cerita karya Stephen King, satu dari banyak penulis dunia yang di setiap karyanya memiliki sisi menarik dan karakteristiknya tersendiri. Kebetulannya pun sajian dalam bentuk live-action dari penulis JT Mollner dan sutradara Francis Lawrence memberikan hasil yang cukup menarik.

Production company: Vertigo Entertainment, About:Blank
Distributor: Lionsgate
Cast: Cooper Hoffman (Raymond Garraty), David Jonsson (Peter McVries), Garrett Wareing (Stebbins), Tut Nyuot (Arthur Baker), Charlie Plummer (Gary Barkovitch), Ben Wang (Hank Olson), Jordan Gonzalez (Richard Harkness), Joshua Odjick (Collie Parker), Mark Hamill (The Major), Roman Griffin Davis (Thomas Curley), Judy Greer (Mrs. Ginnie Garraty), Josh Hamilton (Mr. William Garraty), Noah de Mel (Ewing), Daymon Wrightly (Rank), Jack Giffin (Ronald), etc
Director: Francis Lawrence
Screenplay: JT Mollner
Producers: Roy Lee, Steven Jay Schneider, Francis Lawrence, Cameron MacConomy
Duration: 1 hours 48 minutes

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x