Road Trip Menuju Gerbang Pulau Sumatera
Sewaktu Piknik

Road Trip Menuju Gerbang Pulau Sumatera 

SEWAKTU PIKNIK – Mendung dan hujan melepas perjalanan LASAK Team Travellers menuju Pelabuhan Merak, Senin (26/11) kemarin.  Embun seketika hadir dari balik kaca jendela, menghalangi pemandangan akan padatnya kendaraan di pintu masuk tol. Terpaksa, pendingin tetap perlu dinyalakan agar sopir tak perlu repot mengusap embun dari kaca. Dingin terasa, tapi seisi mobil sudah tak sabar untuk segera menjejakkan kaki di Lampung, The Gateaway of Sumatera.

Julukan pintu masuk ke pulau Sumatera tidak salah disematkan untuk menyebut kota Lampung. Posisinya yang berada di ujung selatan pulau Sumatera dengan pelabuhan Bakauheni, menjadikan Lampung sebagai kota wajib dilalui, terutama yang melalui jalur darat. Rute perjalanan jalur darat itu pulalah yang menjadi daya Tarik Lampung. Jalur udara memang meringkas waktu perjalanan. Namun memilih jalur darat menuju Lampung, pengunjung yang dari pulau Jawa harus menyeberangi Selat Sunda, dari Pelabuhan Merak. Rute Merak-Bakauheni inilah yang menambah pengalaman para pelancong.

Menara Siger, Landmark Propinsi Lampung (Dok. Google)
Menara Siger, Landmark Propinsi Lampung (Dok. Google)

LASAK Team Travellers pun sangat menikmati road trip kali ini. Meski bukan kali pertama mengunjungi Lampung, namun ini kali pertama seluruh team travel ikut serta. Jadilah sejak awal perjalanan sudah terasa menyenangkan. Benar kata pepatah, perjalanan bukan hanya bukan kemana tempat tujuanmu, namun dengan siapa kamu menikmati perjalanan itu.

Setelah menempuh sekitar 3 jam berkendara dari Jakarta Selatan, pintu pelabuhan Merak mulai terlihat. Pelabuhan sore itu cukup sepi, tak terlihat antrian kendaraan yang hendak menyeberang. Setelah membayar tiket, petugas mengarahkan kemi menuju dermaga 3, sebuah kapal terlihat sudah menunggu siap untuk menyeberang.

Sambil menunggu sauh di angkat, kami menikmati indahnya langit jelang matahari tenggelam dari dek kapal. Penumpang lain pun tampak melakukan hal serupa, menikmati kombinasi birunya laut dan semburat jingga di langit. Beberapa tampak menggelar tikar dan duduk berkelompok. Serasa piknik di atas lautan.

Pak Sam yang menyopiri LASAK Team Travelers bercerita, penyeberangan Merak – Bakauheni saat ini mengalami banyak kemajuan. Ia yang kerap bolak balik Lampung – Jakarta adalah saksi mata bagaimana perusahaan BUMN tersebut berbenah. Pelabuhan sekarang bersih dan rapi, lengkap dengan fasilitas umum, termasuk keberadaan mini market bagi pengunjung. Jumlah dermaga dan kapal bertembah guna menghindari antrian penumpang.

Kapal penyeberangan pun sudah sangat layak. Penumpang yang ada di kelas ekonomi tetap dapat menikmati perjalanan laut dengan nyaman. Berbagai fasilitas umum tersedia, musholla, toilet yang bersih, tempat sampah disetiap sudut, kantin, spot charger serta ruangan khusus bagi perokok. Cukup membeli tiket tambahan seharga 10 – 15 ribu rupiah, penumpang dapat beristirahat di ruangan VIP dimana tersedia tempat tidur. “Dulu yang bau pesing nggak cuma toilet, tapi di dek juga tercium bau pesing,” ujar Pak Sam.

Cerita pak Sam tentang kapal penyeberangan tidak hanya soal fasilitas yang semakin layak, namun juga anak-anak Silem yang sudah tak terlihat lagi sejak PELNI mulai berbenah. Silem atau pemburu koin adalah sebutan untuk anak-anak yang berenang di sekitar kapal saat kapal berhenti. Mereka akan meminta penumpang melemparkan uang logam. Dengan cekatan mereka menyelam, sesaat kemudian muncul lagi dipermukaan dengan mengacungkan uang koin hasil buruan.

Menara Siger, ikon Lampung sekaligus yang menjadi penanda titik nol  Sumatera menjadi pemandangan pertama saat menginjak tanah Sumatera. Berada di atas bukit dengan ketinggian 110 meter di atas permukaan laut, menata Siger adalah paduan antara land mark dan pariwisata. Dibuat oleh arsitek asli Lampung, Ir. Hi. Anshori Djausal M.T., Menara Siger diibarakant gadis cantik yang akan memancing setiap orang untuk melamarnya. Maksudnya, Menara Siger akan menumbuhkan daya tarik dan magnet bagi setiap orang, termasuk daya tarik investasi.

Siger adalah topi adat pengantin wanita Lampung. Sebagaimana asal namanya, menara inipun berbentuk mahkota yang terdiri dari sembilan rangkaian yang melambangkan sembilan macam bahasa di Lampung. Warna kuning emas mendominasi, dan berhiaskan ukiran corak kain tapis khas Lampung. Maka tak heran bila ikon ini sangat menarik perhatian meski lokasinya jauh di atas bukit.

Hari pertama di Lampung, kami akan lalui di Kalianda, Lampung Selatan. Kota bersahaja ini terletak di kaki Gunung Rajabasa, di tepi pantai di sepanjang Teluk Lampung. Maka tak salah bila Kalianda identik dengan wisata pantai. Ada banyak pantai menanti untuk di jajaki, seperti Pantai Canti dan Pantai Gunung Botak serta wisata Krakatau dapat dinikmati melalui jalur ini. Diantara banyak pilihan tersebut, LASAK Team Travellers akhirnya memutuskan Menyepi di Pantai Canti.

(Nila Kurnia)

Komentarlah yang bijak

Related posts