LASAK.iD – Bertepatan dengan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-61, Scholars of Sustenance (SOS) Bali bersama Campaign.com mengajak anak muda untuk lebih peduli terhadap krisis ketahanan pangan di Indonesia, termasuk yang terjadi di Bali. Mengusung slogan Gizi Seimbang, Remaja Sehat, Indonesia Kuat, pemerintah berkomitmen dan mengharapkan adanya peningkatan perbaikan gizi, terutama bagi anak muda. Tetapi, Indonesia dihadapkan pada keadaan bahwa setelah bulan Agustus 2020, ada peningkatan proporsi rumah tangga yang mengalami kekurangan pangan akibat covid-19 dan penduduk miskin merupakan pihak yang paling rentan.
Penelitian oleh United Nations World Food Programme yang dirilis pada 15 Desember 2020 menunjukkan bahwa kejadian kekurangan pangan meningkat sebesar 29 persen pada penduduk dengan tingkat kesejahteraan 40 persen terbawah. Menjawab masalah ini, SOS Bali menginisiasi kampanye #EmptyYourPlate dalam social action platform Campaign #ForChange untuk mencairkan donasi sebesar Rp100.000.000 dari empat sponsor, yakni PT Maskapai Reasuransi Indonesia, PT Pioneerindo Gourmet International TBK (CFC), PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk, serta RestoDepot.
Kurangnya pasokan pangan tersebut, diiringi dengan jumlah penutupan pasar di berbagai daerah sepanjang 2020. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyatakan bahwa sebagian besar kasus penutupan pasar tradisional terjadi antara Mei hingga Juli 2020, kasus ini terus bertambah hingga pada 10 Oktober 2020 sebanyak 193 pasar tradisional di seluruh Indonesia dilaporkan tutup sementara. Bali merupakan provinsi ke-5 tertinggi di Indonesia dengan jumlah kasus penutupan sementara pasar tradisional akibat covid-19, yakni sejumlah 9 pasar. Hal ini bermuara pada kurangnya bahan makanan pokok karena penyerapan hasil panen pun berkurang dan kegiatan pertanian terganggu.
Tak hanya itu, sektor pariwisata sebagai penopang perekonomian utama di Bali juga mengalami penurunan yang mengakibatkan 44% keluarga di Bali kehilangan pekerjaan, selaras dengan survei tentang pihak yang membutuhkan bantuan makanan di Bali, 47 persen diantaranya berasal dari pekerja sektor pariwisata. Kondisi ini membuat berbagai pihak melakukan beragam strategi untuk memulihkan keadaan perekonomian di Bali, khususnya memenuhi pasokan makanan di sana. Salah satunya yaitu kampanye untuk berwisata dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Tetapi, angka tren kasus positif covid-19 yang masih mencapai 951,651 per 21 Januari 2021 menunjukkan bahwa perlu ada alternatif cara untuk mengentaskan krisis pangan di Bali.
Kampanye #EmptyYourPlate yang diinisiasi oleh SOS Bali dalam aplikasi Campaign #ForChange mengajak anak muda untuk dapat membantu memenuhi pasokan pangan di Bali melalui aksi sosial yang dapat dilakukan dari mana saja. Tantangan dalam kampanye tersebut melatih anak muda agar peka mengenai krisis pangan di Indonesia, khususnya di Bali dengan mencoba konsisten untuk tidak menyisakan dan membuang makanan selama 15 hari. Inisiatif ini didasari juga oleh laporan dalam Food Sustainability Index 2018 yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit bersama Barilla Center For Food and Nutrition Foundation, bahwa rata-rata orang Indonesia membuang sekitar 300 kilogram makanan per tahunnya. Menyelesaikan tantangan yang dilakukan dengan mengunggah foto piring yang bersih dari sisa makanan ini, setara dengan berdonasi sebesar Rp25.000 yang diberikan dari keempat sponsor melalui Yayasan Dunia Lebih Baik (YDLB). Tantangan ini masih berlangsung hingga akhir Maret 2021 dan donasi yang terkumpul akan disalurkan dalam bentuk pasokan makanan bagi pihak-pihak rentan di Bali.
William Gondokusumo sebagai Chief Executive Officer Campaign.com menuturkan, “Campaign.com selalu terbuka dengan ragam kolaborasi yang bisa diciptakan untuk mengentaskan berbagai isu sosial, termasuk krisis pangan. Keadaan di Bali ini membuat kami juga menaruh perhatian dan mengusahakan kolaborasi kreatif untuk bisa cepat mengumpulkan bantuan bagi keluarga di sana. Social action platform kami, Campaign #ForChange ini ternyata dapat menjadi wadah untuk merealisasikan kolaborasi tersebut. Kami berharap dengan terbukanya peluang bagi anak muda untuk membantu secara daring, isu ini dapat sampai ke lebih banyak orang dan bantuan cepat diberikan”.
Melalui acara SOS Bali Online Media Session hari ini, Duane James Denton selaku Project Manager Scholars of Sustenance juga memaparkan, “Semenjak COVID-19 melanda Indonesia pada 2020, SOS Bali telah menyediakan total 1.530.000 makanan yaitu sekitar 362,6 ton bagi keluarga yang membutuhkan di Bali. Penerima manfaat juga terdiri dari 16 panti asuhan, 4 panti bagi difabel, 24 komunitas masyarakat rentan, serta 34 desa di Bali. Sejak 2017 kami berkolaborasi dengan HORECA dan pemerintah untuk mengentaskan isu-isu seputar pangan, juga lingkungan. Tetapi, kebutuhan bantuan untuk memenuhi pasokan pangan itu meningkat secara signifikan. Kerja sama dengan Campaign.com ini menjadi alternatif untuk kami tak hanya dapat menggandeng sektor swasta, tetapi juga melibatkan anak muda dari seluruh Indonesia untuk turun tangan dalam jarak jauh untuk membantu Bali. Harapannya, anak muda semakin peka dan isu ini, berkomitmen untuk mengurangi sampah makanan sekaligus berperan mengentaskan krisis pangan”.
Co-Founder dan Chief Executive Officer RestoDepot, Chris Gunawan pun menjelaskan, “Menurut saya penting sekali bagi sektor swasta untuk memiliki misi sosial. Secara khusus kami beroperasi di industri F&B, sejauh ini melihat langsung seberapa banyak adanya limbah makanan, bersamaan dengan itu kita sedang mengalami krisis pangan. Industri Food & Beverages juga saat ini sedang mengalami tantangan, termasuk di Bali. Hal ini tentu memengaruhi ketersediaan pangan juga di sana, menurut kami dari RestoDepot, SOS Bali merupakan organisasi yang tangkas dalam membantu mengatasi isu krisis pangan ini. Termasuk inovasinya untuk membuat tantangan sosial daring lewat Campaign #ForChange”.
Damian Hoo sebagai Content Creator yang fokus di bidang pangan juga memaparkan bahwa era media sosial memengaruhi kebiasaan anak muda dalam hal konsumsi makanan. “Menurut saya seoarang influencer sangat berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran tentang isu ketahanan pangan ini. Misalnya, saat ini di era media sosial, banyak anak muda membeli makanan mahal hanya untuk konten, tetapi tidak betul-betul mengonsumsinya. Kebiasaan ini sebisa mungkin harus dihilangkan. Adanya tantangan 15 hari konsisten tidak menyisakan makanan ini, menurut saya bisa menjadi awal kebiasaan baik untuk mengurangi limbah pangan”.
informasi lebih lanjut tentang #EmptyYourPlate melalui www.campaign.com/EmptyYourPlate, Instagram @campaign_id.