LASAK.iD – Untuk mendukung tercapainya target pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dalam mencapai akses universal 100-0-100, Danone-AQUA berkolaborasi dengan Water.org mengembangkan inovasi peningkatan akses air dan sanitasi melalui kredit mikro dari lembaga keuangan (Water Credit). Inisiatif ini sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) terkait air dan sanitasi pada 2030.
Kolaborasi ini dijalankan dengan skema Water Credit yang dipelopori oleh water.org. Skema ini mendorong lembaga keuangan mikro untuk mengembangkan dan meluncurkan produk keuangan dalam pembangunan air dan sanitasi. Produk keuangan berupa pinjaman ini ditujukan bagi Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (KPSPAM) agar dapat mengembangkan cakupan layanan air bersih dan sanitasi di daerah mereka. Sejak dimulainya program pada 2014, sebanyak 22 lembaga keuangan mikro dengan dukungan dari Water.org telah memberikan manfaat kepada 476.000 jiwa dalam mengakses air dan sanitasi.
Melalui inovasi skema tersebut, Water.org dan Danone-AQUA menargetkan dampak yang lebih besar melalui solusi keuangan yang berkelanjutan dengan memberdayakan Kelompok SPAMS Pedesaan. Water.org dan Danone-AQUA juga melakukan pendampingan kepada Lembaga keuangan agar dapat membuat produk kredit air dan sanitasi serta membangun kapasitas kelompok SPAMS Pedesaan agar bankable dan layak mendapat pinjaman. Sejak diluncurkan pada tahun 2016, kerja sama ini telah berjalan di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan melibatkan 3 lembaga keuangan yang telah menyalurkan pinjaman bagi 18 Kelompok SPAMS di 18 Desa.
“Di Juwangi ini, banyak titik mata air tapi jauh dari jangkauan masyarakat. Dengan adanya program dari water credit ini, sekarang kebutuhan air masyarakat tercukupi, tidak ada lagi yang BAB (buang air besar) di hutan karena sudah memiliki MCK (mandi cuci kakus) di rumah masing-masing,” ujar Agus.
Pada Desember 2017, KPSPAMS Jolotundo mengikuti program water credit dan mendapat pembiayaan sebesar 50 juta rupiah, yang diberikan oleh Bank Boyolali. Dana tersebut digunakan untuk melakukan pengeboran sumur air tanah dalam tambahan serta membangun jaringan pipa distribusi baru. Hingga Oktober 2018, program ini berhasil meningkatkan pelayanan kepada 45 sambungan rumah (SR) baru.
Terkait program ini, Rachmad Hidayad, Senior Program Manager Water.org mengatakan “Sejak tahun 2014, Water.org di Indonesia mendampingi Lembaga keuangan dalam memberikan kredit air dan sanitasi baik untuk rumah tangga maupun kepada kelompok SPAMS perdesaan. Lebih dari 350 milyar telah disalurkan oleh Lembaga keuangan tersebut dengan tingkat pengembalian cukup tinggi yaitu sekitar 98%. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan air dan sanitasi merupakan bisnis potensial untuk Lembaga keungan dan produk ini memiliki resiko yang relatif kecil, selian itu juga bisa memberikan manfaat sosial yang cukup besar”.
Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone–Indonesia mengatakan “Kolaborasi antara Danone-AQUA dengan water.org bertujuan untuk meningkatkan akses air bersih bagi warga di beberapa daerah yang aksesnya terbatas. Kolaborasi ini sejalan dengan visi Danone “One Planet One Health” di mana Danone percaya bahwa kesehatan lahir tidak hanya melalui makanan, minuman atau pun gaya hidup masyarakat, tetapi juga berasal dari lingkungan yang juga sehat. Hal ini sejalan dengan komitmen kami untuk terus mendukung tercapainya target SGDs di 2030. Untuk itu penting bagi kami mendukung inovasi dan inisiatif yang baik untuk mencapai akses air bersih dan sanitasi yang baik melalui cara yang lebih berkelanjutan bagi masyarakat”, jelas Karyanto.
Ketersediaan air bersih yang belum merata di Indonesia masih menjadi isu penting yang melibatkan banyak pihak. Kemudahan akses terhadap air bersih dipercaya sebagai salah satu cara memutus mata rantai kemiskinan serta menjaga rantai kehidupan. Meski dalam 20 tahun terakhir tingkat pendapatan dan ekonomi di Indonesia meningkat, namun dari 255 juta penduduk, lebih dari 33.4 juta penduduk kekurangan air bersih dan 99,7 juta kekurangan akses ke fasilitas sanitasi yang baik.
Tantangan lain yang dihadapi dalam mencapai target ini adalah kebutuhan sumber daya dan pembiayaan yang besar untuk pembangunan dan pengembangan akses air bersih dan sanitasi. Menurut data dari Kementerian PUPR, sampai akhir 2018 masyarakat yang mendapatkan layanan air minum dan sanitasi yang baik baru sekitar 72 persen. Untuk itu pemerintah gencar berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk bisa memenuhi target yang telah ditetapkan.
Kepala Satuan Kerja Pengembangan Air Minum Berbasis Masyarakat, Direktorat Pegembangan Sistem Penyediaan Air Mimum, Dirjen Cipta Karya, Kementerian PUPR, Abdul Hakam, ST. MM mengatakan ”Peningkatkan dan mengembangkan pelayanan Kelompok SPAMS perdesaan diharapkan mampu melengkapi investasi Pemerintah pada sektor air dan sanitasi di perdesaan dengan menggerakkan Kelompok SPAMS Perdesaan agar lebih berkelanjutan dan mampu mendapat pembiayaan komersil dari lembaga keuangan guna memperluas cakupan pelayananya”.
(Sarah)