LASAK.iD – Penyuka film bertemakan sains dan ilmu pengetahuan tentu familiar dengan film berjudul Twister yang tayang di tahun 1996 silam. Film yang dikatakan memiliki pengaruh besar dalam ilmu pengetahuan terutama pada bidang meteorologi. Dengan menginspirasi lonjakan minat dan dukungan terhadap penelitian tornado dan meningkatkan kesadaran tentang meningkatnya kejadian cuaca ekstrem.
Hal yang diupayakan setelah tahun 1996 atau pasca perilisan film Twister oleh para peneliti tornado di amerika. Untuk bisa membuat alarm peringatan dini dalam mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh tornado. Terutama untuk tingkatan tornado dalam skala besar yang memiliki peringkat EF4 atau EF5 pada Skala Fujita.
Melanjutkan pada tingkatan yang lebih rumit terutama konsentrasinya pada perubahan iklim yang ternyata mengubah pola kemunculan dari tornado yang semula selama akhir musim semi atau awal musim panas di amerika serikat. Kini akibat nyata dari perubahan iklim membuktikan dengan kehadiran tornado di musim lainnya.
Bahkan fakta mengerikan lainnya, tornado kini tak lagi pada wilayah seperti sebelah timur Pegunungan Rocky, Great Plains, Midwest, Lembah Mississippi dan Amerika Serikat bagian selatan (Alabama, Mississippi), Florida jaga Texas utara hingga Kanada dengan intinya berpusat di Oklahoma, Kansas dan Texas utara.
Sering disebut sebagai ‘tornado alley‘, nyatanya telah meluas ke arah timur hingga ke wilayah yang lebih padat penduduknya di bagian selatan-tengah dan tenggara AS. Bahkan amerika serikat mengkonfirmasi 213 tornado pada Juni hingga Juli 2024 ini.
Sekuel yang membawa nostalgia
Berdasarkan fakta ini, Universal Pictures dan Warner Bros. Pictures setelah 30 tahun akhirnya melanjutkan sekuel dari Twister (1996) dengan penggambaran saat ini yang membawa kental isu perubahan iklim. Hal yang sebenarnya pun tidak disinggung dengan gamblang oleh Mark L. Smith sebagai penulis ceritanya.
Mark L. Smith tetap pada koridor bagaimana tornado menghancurkan apapun di jalurnya sesuai peringkat EF. Begitu pun gambaran para pemburu tornado dengan berbagai kepentingan, untuk bisnis atau memahami dengan adrenalin bersenang-senang, sebagai bagian drama film Twisters.
Namun, dari filmnya secara utuh penulis bersama sutradara filmnya, Lee Isaac Chung menyisipkan adegan yang cukup jelas me-recall dari film pertamanya. Deretan adegan yang bukan juga ikonik tapi cukup mengingat jelas dari film pertamanya. Untuk penonton filmnya yang saat ini, apa yang ditampilkan memang menjadi masuk akal atau sebagai film baru.
Berbeda untuk mereka yang sebelumnya menikmati Twister era Helen Hunt dan Bill Paxton. Memang tak keseluruhan adegan, tetapi penulis dan sutradara tahu momen yang pas untuk menempatkan adegan yang mampu me-recall kembali adegan dari film 1996.
Sebenarnya pun secara keseluruhan adegan terutama petualangan gila seakan menantang maut dari para pemburu tornado mampu memunculkan adrenaline yang sama di penonton seperti dalam film terdahulu. Ya, mungkin bisa dikatakan semua dalam filmnya cukup mengingatkan kembali dengan film pertamanya.
Bahkan secara latar tempat maupun ambience cukup kental dengan film pertamanya, ini sebenarnya langkah yang tepat dengan tetap mempertahankan tradisi dan sesuai koridor sains. Di mana, tornado memang menyerang daerah di amerika serikat yang lekat dengan pertanian, peternakan, koboi juga rodeo.
Juga dengan looks dan gaya berpakaian dari karaker utama wanitanya Kate Cooper yang diperankan Daisy Edgar-Jones yang dibuat cukup mirip dengan Dr. Jo Harding yang saat itu diperankan Helen Hunt. Dari rambut pirangnya hingga menggunakan inner tanktop dengan celana panjang berwarna cokelat.
Pembeda pada deretan karakter dengan penceritaan yang menyesuaikan dengan dunia kekinian, seperti penelitian ilmiah perkuliahan, kanal YouTube, viral, penggemar dan hal lainnya. Sisanya, Lee Isaac Chung dan Mark L. Smith seolah tetap mempertahankan sebuah tradisi.
Berkaitan dengan filmnya yang sebagai sekuel cukup mencuri perhatian pada judul filmnya. Dibanding menggunakan embel-embel angka 2 atau II (dalam romawi), Steven Spielberg yang kembali terlibat di antara pembuat film terdahulu lebih memilih menambahkan huruf “S” dibelakangnya.
Hal yang mengecoh penonton sekarang, yang seakan bisa menempatkan filmnya sebagai film baru untuk penonton yang saat ini tetapi yang tahu film pertamanya, Twisters memang sebuah sekuel.
Visual yang meningkat
Pada film pertamanya penikmat film sudah dibuat menahan nafas ketika para pemburu tornado mulai beraksi atau ketika beberapa karakternya justru merasakan sensasi menegangkan berada di tengah dari tornado alley itu sendiri, ini tentunya berkat visual effect pendukung.
Twisters, filmnya sekarang yang di-upgrade kekinian tentu pengalaman menonton dari penikmat film pun dipikirkan oleh para pembuatnya. Tak hanya dari sisi cerita tetapi juga dengan visual effect dan special effect. Kalau dilihat dengan begitu saja mungkin terlihat sama saja, terutama ketika kemunculan tornado.
Tetapi jika dilihat dengan lebih teliti akan terlihat perbedaan jelas dalam membangun ambience mengerikan ketika tornado muncul. Terutama efek paling dekat dari tornado, pembuat meningkatkannya dengan memberikan sensasi mengerikan seolah para karakter masuk ke dimensi lain.
Bahkan scoring pendukung dan juga original soundtrack filmnya membuat dramatisasi visual menjadi lebih menegangkan atau juga menyenangkan tergantung momennya. Termasuk hampir secara keseluruhan sinematografi termasuk bagian-bagian dari dialog para karakternya.
Durasi dan bagian dari cerita
Hal ini berkaitan dengan pembangunan mood di penonton karena Twisters termasuk film aksi menegangkan walau musuhnya adalah alam (tornado). Film menarik karena sejak awal penonton sudah disuguhkan dengan adegan yang menegangkan dan cukup menyedihkan karena tornado.
Setelahnya mood yang dibangun cukup stabil dengan puncak yang menegangkan ketika kemunculan EF5 dari tornado atau ukuran terbesarnya. Hal yang cukup menarik perhatian untuk mata penonton tetap fokus pada setiap adegannya. Durasi 2 jam yang menyenangkan untuk ditonton.
Hanya beberapa bagian yang sedikit memutus hal tersebut, ketika ada penceritaan bumbu drama yang tetap menjadi bagian penting dari cerita filmnya. Penempatan bagian ini mungkin pro kontra di penonton, ada yang beranggapan itu memang menjadi bagian dari cerita hanya tinggal menikmati atau sebagian lainnya ingin adrenaline yang sudah terbangun tetap dijaga ritmenya.
Hal yang juga tidak sepenuhnya mengganggu jalannya cerita dengan berfokus pada karakter yang ingin menampilkan tentang tornado itu sendiri. Drama yang ditampilkan pun sebenarnya menarik, walau kembali mengambil sisi traumatik dari pengalamannya melihat EF5 yang merenggut nyawa kekasih dan 2 sahabatnya.
Begitu pun drama antara para karakter utamanya, menciptakan persaingan yang justru menumbuhkan adrenaline berbeda dan kadang rasa gemas untuk penonton. Tak ketinggalan kisah romatis dan percintaan yang lucu di tengah ketegangan. Kisah asmara dari film produksi amerika dengan adegan romantis yang tidak biasa bahkan minim dan hampir tidak ada adegan ciuman.
Twisters menjadi film rekomendasi untuk kalian yang ingin bernostalgia atau menikmati ketegangan dari film bertemakan sains atau ilmu pengetahuan.
Production company: Amblin’ Entertainment, The Kennedy/Marshall Company
Distributor: Warner Bros. Pictures, Universal Pictures
Cast: Daisy Edgar-Jones (Kate Cooper), Glen Powell (Tyler Owens), Anthony Ramos (Javi), Brandon Perea (Boone), Sasha Lane (Lilly), Daryl McCormack (Jeb), Kiernan Shipka (Addy), Nik Dodani (Praveen), Maura Tierney (Cathy), Harry Hadden-Paton (Ben), David Corenswet (Scott), Tunde Adebimpe (Dexter), Katy O’Brian (Dani), Paul Scheer (Airport Traffic Police), etc
Director: Lee Isaac Chung
Screenwriter: Mark L. Smith
Producers: Frank Marshall, Patrick Crowley
Duration: 2 hours 2 minutes
Hello Neat post Theres an issue together with your site in internet explorer would check this IE still is the marketplace chief and a large element of other folks will leave out your magnificent writing due to this problem