Jakarta, Lasak.id – The Three Musketeers merupakan historical adventure novel asal Prancis yang ditulis Alexandre Dumas dan Auguste Maquet di tahun 1844. Novel legendaris yang ceritanya cukup sering diadaptasi ke dalam produksi audio visual, baik itu film, series, animasi, live-action hingga teater.
Untuk produksi film misalnya, pertama kali dilakukan pada 1921 atau kurang lebih 77 tahun setelah novelnya diterbitkan. Hingga kini total ada 9 film adaptasi novel tersebut yang diproduksi. Seringnya yang memproduksi filmnya dilakukan rumah produksi asal Amerika.
Hanya ada beberapa negara di Eropa seperti Inggris, Jerman dan tentu Prancis sebagai negara yang menjadi cikal bakal cerita filmnya. Paling terbaru adalah prancis negara yang menjadi cikal bakal ceritanya dengan mengusung judul The Three Musketeers: D’Artagnan dan menambahkan sub-judulnya d’Artagnan.
The Three Musketeers: D’Artagnan merupakan film produksi Pathé, Chapter 2 dan beberapa rumah produksi asal eropa. Pada bagian pertama fokus cerita akan mengambil sudut pandang karakter D’Artagnan (François Civil). Di antaranya sudut pandang yang menjadi adegan ikonik D’Artagnan di setiap film The Three Musketeers.
Saat D’Artagnan dengan keangkuhan usia mudanya, tanpa sengaja dalam satu waktu menerima duel dari 3 senior dari pasukan The Musketeers, yaitu Athos (Vincent Cassel), Aramis (Romain Duris) dan Porthos (Pio Marmaï). Kejadian yang ternyata awal dari D’Artagnan menjadi bagian dari pasukan The Musketeers, sekaligus bersanding dengan 3 seniornya Athos, Aramis dan Porthos.
Film The Three Musketeers: D’Artagnan kali ini sepenuhnya menggunakan bahasa prancis. Namun, kebutuhan pasar global di banyak negara yang disinggahi film ini akhirnya menggunakan bahasa inggris, yang dilakukan dengan cara dubbing. Pada sisi ini sebenarnya sering dilakukan film eropa yang masuk pasar global terutama Asia.
Hanya saja, ditemukan yang terlihat dan terdengar pas juga nyaman, ada juga yang sebaliknya untuk penonton. Untuk film The Three Musketeers: D’Artagnan bisa dikatakan keduanya, jika menyamakan gerak bibir tentu tidak mungkin karena memang berbeda bahasa. Namun, ada momen ketika suara dubbing sedikit menggema sehingga kesan dubbing sangat terasa. Ada momen juga yang nyaman untuk dilihat dan didengar ketika volume untuk suara dubbing jauh lebih masuk akal.
Hal ini pun bisa saja tidak diperhatikan ketika menikmati sajian khas sinema prancis akan ambience, build emotional mood, sinematografi hingga color filmnya. Terutama untuk merasakan suasana sebuah kerajaan, The Three Musketeers: D’Artagnan cukup memberikan kesan kuat akan hal tersebut.
Namun, The Three Musketeers: D’Artagnan juga tidak menghilangkan beberapa hal maupun momen akan keklasikan dari film produksi sebelumnya. Terutama cerminan dari 3 film yang memiliki kesamaan hampir 100 persen dengan versi novelnya, yaitu Les Trois Mousquetaires (1973), The Three Musketeers (1948) dan The Three Musketeers (1993).
Baca Juga : Review: Mohon Doa Restu, Drama Comedy yang Mengocok Perut
Selain The Three Musketeers: D’Artagnan lebih unggul dalam hal keontetikan, karena diproduksi dan diperankan oleh aktor asli prancis. Mungkin yang membedakan kali ini pada karakter D’Artagnan yang diperankan aktor François Civil, yang memberikan wajah lebih tegas dan berkarakter kuat. Jika melihat film produksi lainnya, lebih memberikan kesan karakter wajah lembut.
Selain dipertegas dengan ambience untuk film The Three Musketeers: D’Artagnan yang dibuat lebih dark. Apalagi scoring dari filmnya menambahkan kesan tersebut. Sebuah cerminan gaya khas dari sinema eropa terutama sinema prancis. Meski selipan komedi untuk membuat tertawa masih tersaji, memang tidak se-intens film terdahulu. Namun, cukup untuk menjadi sebuah warna dan hiburan untuk penontonnya.
Selain itu, film The Three Musketeers: D’Artagnan juga memberi ruang pada karakter wanita dalam filmnya. Baik itu karakter protagonis maupun antagonis. Ini tercermin dari dua karakternya, yaitu Milady de Winter (Eva Green) yang merupakan seorang villain yang bersekongkol dengan Kardinal Richelieu (Éric Ruf) untuk menjatuhkan kekuasaan Raja Louis XIII (Louis Garrel).
Kedua pada karakter Constance Bonacieux (Lyna Khoudri) yang merupakan pelayan dari Anne of Austria/Ratu Prancis (Vicky Krieps). Tak selalu muncul tetapi memiliki peran cukup besar saat kemunculannya pada film bagian pertama ini. Walau pada ending, Constance Bonacieux ditangkap oleh suruhan dari pihak Kardinal Richelieu, karena ia sempat tertangkap menguping soal penggulingan kekuasaan dari Raja Louis XIII.
Terkait ending dari filmny, The Three Musketeers: D’Artagnan memang membuat penasaran penonton karena dibuat menggantung di momen yang sebenarnya juga pas. Sesuatu yang seharusnya dilakukan pada film yang terbagi dalam 2 bagian. Untuk membuat rasa penasaran di penonton. Hanya saja ada sedikit kesan kurang estetik atau kurang dibuat lebih smooth untuk sebuah adegan penutup. Seakan memilih secara random untuk bagian akhirnya ini, tanpa membuatnya menjadi adegan ending yang estetik.
The Three Musketeers versi sutradara Martin Bourboulon merupakan sebuah produksi panjang. Mungkin ingin sebisa mungkin otentik dengan cerita dalam novelny membuat produksi dalam perilisan terbagi dua bagian. Pada setiap bagian membagi karakter utama untuk menjadi bold pun berbeda.
Pada bagian pertama berjudul The Three Musketeers: D’Artagnan dan bagian kedua berjudul The Three Musketeers: Milady. Lagi, melihat dari sub-judul bisa tertebak bahwa bold keduanya akan ada pada karakter Milady de Winter yang diperankan aktris Eva Green. Karakter yang diduga mati di bagian pertama setelah terjun dari atas tebing, ternyata masih hidup.
Ini diperkuat dengan post credit yang memunculkan sosoknya kembali sedang berbincang dengan rekannya untuk terus melanjutkan misi menggulingkan kekuasaan atas Raja Louis XIII.
Production company: Pathé, Chapter 2, M6 Films, Constantin Film, DeAPlaneta, Umedia
Distributor: Pathé, Alternative Films, Constantin Film, DeAPlaneta
Cast: François Civil (D’Artagnan), Vincent Cassel (Athos), Romain Duris (Aramis), Pio Marmaï (Porthos), Eva Green (Milady de Winter), Louis Garrel (King Louis XIII), Vicky Krieps (Anne of Austria/Queen of France), Lyna Khoudri (Constance Bonacieux), Jacob Fortune-Lloyd (The Duke of Buckingham), Éric Ruf (Cardinal Richelieu), etc
Director: Martin Bourboulon
Screenwriter: Matthieu Delaporte, Alexandre de La Patelliere
Producers: Dimitri Rassam
Duration: 2 hours 1 minutes