LASAK.iD – Apa yang terlintas dipikiran kalian jika mendengar nama Srimulat? Untuk abg (angkatan babeh gw) mungkin mengenal Srimulat sebagai grup lawak yang lekat dengan budaya Jawa (Tengah dan Timur). Atau mengenal mereka dengan anggota yang memiliki ciri kuat. Sebut saja Tarsan, Timbul, Tessy (Kabul), Asmuni, Gepeng, Basuki, Nunung, Djudjuk dan banyak nama besar lainnya.
Untuk generasi Z dan Y (millenials), banyak di antara mereka cukup asing dengan grup lawak satu ini. Generasi ini lebih mengenal acara lawakan yang lebih modern, karena mengikuti perkembangan dan keinginan pasar.
Disayangkan memang, hal yang kemudian membuat dua rumah produksi, yaitu MNC Pictures dan IDN Pictures untuk membangkitkan kembali memori sekaligus memperkenalkan lagi siapa itu Srimulat. Bukan sebuah seni pertunjukan melainkan sebuah film layar lebar.
Fajar Nugros yang dipercaya untuk mengarahkan sekaligus menulis cerita filmnya. Srimulat pada awalnya dikenal luas (nasional) ketika sudah tampil di televisi. Untuk itulah, Fajar Nugros kemudian membawa penonton kembai ke tahun 1950-an. Di mana grup lawak Srimulat pertama kali didirikan.
Filmnya sendiri diberi judul Srimulat: Hil Yang Mustahal Babak Pertama. Subjudul yang menggunakan jargon khas dari Asmuni ini seakan menjadi benang merah filmnya. Digambarkan perjuangan Srimulat mengadu nasib di Ibukota dengan membawa kekhasannya, yaitu guyonan berbahasa Jawa.
Nama besar Srimulat tetap menjadi bolt pada filmnya. Meski begitu cukup terlihat Fajar Nugros mengambil sudut pandang cerita dari karakter Gepeng yang diperankan aktor Bio One. Tetap Fajar Nugros memberikan porsi merata sehingga tidak ada karakter yang sekedar menjadi pemanis film. Setiap karakternya pun memiliki peranan yang kuat tanpa harus tumpang tindih satu sama lain. Itu yang akhirnya penonton bisa menikmati setiap lakon yang dimainkan.
Srimulat: Hil Yang Mustahal Babak Pertama menjadi sebuah film biografi. Nah, membahas film yang mengadaptasi dari kisah asli pastinya membutuhkan lebih banyak waktu untuk meriset setiap detailnya. Apalagi peristiwa atau tokoh yang diceritakan diketahui masyarakat.
Sebagian penonton akan menuntut keidentikan dari banyak sisi terkait dengan latar (tokoh, cerita, set). Tak jarang juga akting yang berhasil dari aktor dan aktris mampu mengenyampingkan hal tersebut. Mereka pada akhirnya lebih menikmati cerita yang disajikan filmnya.
Pada film Srimulat: Hil Yang Mustahal Babak Pertama keidentikannya dilakukan cukup baik. Salah satunya pada pengaplikasian tokoh asli ke dalam filmnya yang diperankan sederet aktor dan aktris, seperti Bio One (Gepeng), Elang El Gibran (Basuki), Dimas Anggara (Timbul), Ibnu Jamil (Tarzan), Teuku Rifnu Wikana (Asmuni), Erick Estrada (Tessy), Zulfa Maharani (Nunung), Morgan Oey (Paul), Naimma Aljufri (Ana), Rukman Rosadi (Teguh) serta Erika Carlina (Djujuk).
Termasuk bahasa Jawa yang menjadi hal wajib pun dipersiapkan dengan baik. Tak ketinggalan dan wajib ada adalah lawakan, jargon, mimik dan gestur ikonik khas Srimulat. Poin penting yang ternyata pemecah suasana. Sesuatu yang memang ditunggu dan benar saja hasilnya tawa pecah di barisan penonton.
Cukup, menjadi kata pas untuk segala yang tersaji dalam filmnya. Sehingga cerita atau pesan pada filmnya bisa ditangkap penonton. Apalagi untuk penonton pada generasi milenial saat ini. Fajar Nugros memang membuatnya lebih familiar atau kekinian.
Pada bagian melakoni adegan pentas di sebuah panggung seolah para pemain tidak menemukan chemistry yang kuat satu sama lain. Sehingga yang sampai ke penonton menjadi sedikit hambar. Atau masih memberikan kesan garing.
Namun, hal tersebut pun bukan hal fatal yang mengubah yang ingin disampaikan filmnya. Film sendiri masih sangat menghibur dan menjadi pilihan tontonan berbeda setelah beberapa minggu ini bioskop menayangkan film horor dan superhero.