Review

Review: Project Gemini, Misi Mencari Planet Yang Terjebak Dimensi Waktu

166
×

Review: Project Gemini, Misi Mencari Planet Yang Terjebak Dimensi Waktu

Share this article

LASAK.iD – Bioskop tanah air semakin beragam dalam menayangkan film. Ada film hollywood yang hadir hampir di sepanjang tahun, dengan menawarkan berbagai genre dari drama, action, comedy, horror juga superhero.

Ini karena antusias tinggi masyarakat Indonesia terhadap film luar. Pada akhirnya membuat sineas ataupun rumah produksi dari berbagai negara mencoba peruntungan dengan menayangkan filmnya di Indonesia. Seperti Asia, datang dari Tiongkok, India, Thailand, Jepang hingga Korea Selatan, mulai rajin menayangkan filmnya di bioskop tanah air.

Tak ketinggalan beberapa negara yang berasal dari Eropa. Salah satunya datang dari negara Rusia. Awal tahun 2022 ini misalnya, atau tepatnya di awal Februari, giliran karya sineas Rusia mencoba peruntungan di Indonesia. Dengan menghadirkan film sci-fi adventure thriller berjudul Project Gemini.

Film dari rumah produksi KD Studios ini disutradarai Serik Beyseu dan naskah ditulis oleh Natalia Lebedeva dan Dmitry Zhigalov. Sesuai namanya, Project Gemini akan membawa penonton ke petualangan angkasa luar.

Project Gemini dibintangi deretan aktor dan aktris kenamaan Rusia. Di antaranya Egor Koreshkov (Dr. Stephen Ross/Steve), Dmitry Frid (David Kurtz), Nikita Dyuvbanov (Frank), Liza Martines Kardenas (Leona Riva), Konstantin Samoukov (Edward Ryan), Viktor Potapeshkin (Richard Wilson), Pyotr Romanov (Peter Taylor) serta Alyona Konstantinova (Emily Novak/Amy), kekasih dari Steve yang menjadi karakter kunci di film ini.

Untuk yang kuliah di bidang ilmu Astronomi atau sekedar penyuka sains, nama Proyek Gemini pasti cukup akrab di telinga. Secara umum ini adalah proyek spaceflight berawak untuk mengembangkan teknik perjalanan luar angkasa dengan tujuan mendaratkan manusia di Bulan.

Yap, film ini memang diangkat dari kisah nyata Proyek Gemini yang diadakan pemerintah Rusia pada tahun 1961-1966. Berdasarkan fakta tersebut, kedua penulis membuat banyak kemiripan untuk naskah filmnya.

Tetap pada penjelajahan angkasa luar, namun Project Gemini lebih berfokus pada istilah Terraforming planet atau dengan kata lain mencari planet baru untuk bisa dihuni oleh manusia. Itulah dalam filmnya, Bumi, planet yang ditinggali jutaan mahkluk hidup terancam mati karena sebuah virus mematikan.

Project Gemini yang hampir keseluruhan mengambil set angkasa luar, tentu akan banyak menggunakan efek visual dengan memanfaatkan grafis komputer atau teknik green screen. Efek visual yang dihasilkan dalam film ini sebenarnya tidak yang istimewa sekali.

Banyak hal masih di tempatnya dan wajib ada di setiap film bertemakan angkasa luar. Hanya Serik Beyseu mencoba menampilkan pesawat angkasa luar lebih futuristik. Atau pengembangan dari bentuk aslinya atau di Rusia disebut dengan buran. Begitu juga pada pakaian astronot, peralatan pendukung, seperti gadget dan senjata.

Bahas sedikit tentang sinematografi filmnya, Project Gemini cukup baik dalam melakukannya. Walau di beberapa momen adegan, kesan tidak natural sedikit terlihat. Adegan ini salah satunya ketika angle-nya memperlihatkan guncangan atau turbulensi pesawat. Lainnya pada angle adegan yang memperlihatkan cahaya matahari dan beberapa lainnya. Ini hanya sebagian kecil dan cukup tertutupi dengan hal menarik lain dari filmnya atau mungkin juga tidak banyak disadari penonton.

Sesuatu yang juga terlihat tidak natural dari filmnya adalah dubbing dialog inggris para pemain. Mungkin tujuannya untuk menggaet pasar internasonal namun di sisi lain membuat kesan memaksakan. Hal yang seolah membatasi ruang ekspresi aktor dan aktris untuk total berakting.

Padahal dengan tetap menampilkan bahasa Rusia, mungkin memberikan sensasi berbeda kepada penontonnya. Tentunya tetap dibantu translate bahasa inggris untuk membantu penonton internasional.

Lebih dari itu, film Project Gemini nyatanya lebih berfokus menjelaskan konfliknya dengan lebih banyak dialog dibandingkan dengan aksi. Sesuatu yang bisa positif atau justru sebaliknya tergantung dari minat setiap penontonnya.

Positif di sini, penonton akan tetap nyaman menikmati filmnya dari awal hingga akhir. Atau sebaliknya, penonton bisa menjadi bosan, karena pada akhirnya efek kejutan atau disebut jump scare pada film horror tidak dirasakan.

Banyak hal terlewatkan oleh Serik Beyseu untuk momen menegangkan atau adegan yang membuat mengepalkan tangan atau sekedar mengerutkan dahi penontonnya. Beruntung, adegan terutama penjelasan ilmiah dalam filmnya terbantu properti gadget atau smartphone canggih dan futuristik yang diciptakan.

Untuk ceritanya sendiri, secara umum Project Gemini memiliki cerita yang cukup mainstream dari genre serupa. Namun, plot twist yang dimunculkan jelang akhir filmnya menjadi pembeda. Sejak awal penonton diarahkan pada misi mencari planet untuk dijadikan Bumi 2.0. Atau sekedar bertahan hidup dari serangan alien.

Nyatanya plot twist filmnya yang membawa efek kejutan, ketika ceritanya justru tentang perjalanan memasuki dimensi keempat. Sebuah dimensi waktu di tata surya yang tidak diketahui dalam catatan Bumi.

Steve yang memiliki ambisi tetap teguh dalam misi menemukan Bumi kedua. Meski ditentang rekannya yang lain, Steve tetap memilih planet terdekat nan misterius. Demi meletakan dan mengaktifkan teknologi dalam bola misterius untuk menciptakan atmosfer, temperatur, topografi permukaan atau ekologi menjadi mirip dengan Bumi.

Kembali, plot twist di sisa filmnya membuat misteri atau hal yang menjadi pertanyaan penonton terkuak satu per satu. Tentang bola misterius dan kehidupan di dalamnya yang Steve sebut sebagai robot alien. Kehidupan asing yang sepertinya membuat Steve dan rekannya terjebak dalam dimensi waktu di tata surya yang tidak dikenal.

Begitu juga dengan gua yang mereka temukan untuk meletakan teknologi dari bolanya di planet misterius. Jika diperhatikan ternyata gua yang sama ketika Steve dan rekan-rekannya sedang persiapkan Project Gemini. Dengan kata lain Steve cs yang terjebak dalam dimensi waktu membawa mereka ke masa lalu. Ini sebuah hal menarik yang membuat kejutan jelang akhir filmnya.

Secara garis besar, Project Gemini sebenarnya memiliki konsep juga premis yang cukup kuat. Terlebih untuk plot twist yang bisa dikatakan menonjolkan filmnya dari sisi cerita. Walau sedikit terlambat dihadirkan dari alur ceritanya.

Begitu pun alur maju-mundur yang menjadikan teka-teki sebenarnya bisa menjadi daya tarik. Namun hasil akhirnya kurang mengena. Salah satu yang menjadi faktornya karena dihantarkan lebih banyak dengan dialog dan minimnya aksi.

Sesuatu yang sepertinya membuat para aktor dan aktris yang berperan terpaku pada dialog masing-masing untuk menciptakan konflik menarik. Pada akhirnya kurang memaksimalkan aktingnya yang sebenarnya bisa lebih ngena ke penonton dari yang terlihat saat ini.

Di luar itu, untuk pecinta film yang memang menyukai hal-hal bernuansa luar angkasa atau sains, film Project Gemini bisa menjadi pilihan tontonan. Film karya Serik Beyseu ini bisa pecinta film tanah air nikmati mulai 2 Februari 2022 di jaringan bioskop CGV.

Production company: KD Studios
Distributor: Nashe Kino
Cast: Egor Koreshkov (Dr. Stephen Ross/Steve), Dmitry Frid (David Kurtz), Nikita Dyuvbanov (Frank), Liza Martines Kardenas (Leona Riva), Konstantin Samoukov (Edward Ryan), Viktor Potapeshkin (Richard Wilson), Pyotr Romanov (Peter Taylor), Alyona Konstantinova (Emily Novak/Amy), etc
Director: Serik Beyseu
Screenplay: Natalya Lebedeva, Dmitriy Zhigalov
Producers: Evgeniy Melentev, Viktor Denisyuk, Vladimir Denisyuk, Aleksandr Denisiuk, Alexander Kurinskiy, Nikolay Tabashnikov
Duration: 1 hours 40 minutes