LASAK.iD – Film horror masih mengukuhkan sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Jelas dilihat dari dominasi berbagai film horror di banyak layar bioskop tanah air. Bahkan pencapaian jumlah penonton di beberapa judul memecahkan rekor sebagai film dengan penonton terbanyak sepanjang masa.
Genre yang masih menjadi favorit rumah produksi untuk memproduksi bahkan setelah berganti tahun. Dilihat dengan berseliweran berbagai judul film horror sepanjang kuarter pertama tahun 2024 ini. Terbaru hadir dari rumah produksi VMS Studio, yang membawa kengerian melalui judul Pemandi Jenazah.
Film yang kembali menghadirkan duet dari Lele Laila sebagai penulis dan Hadrah Daeng Ratu sebagai sutradara. Sebuah produksi film berdasarkan kisah nyata seorang pemandi jenazah yang dituliskan kembali sebagai produk audio visual. Penghantar cerita hadir dari karakter bernama Lela yang dimainkan aktris Aghniny Haque dan Djenar Maesa Ayu sebagai Ibu Siti.
Pemandi Jenazah yang diwakili karakter Bu Siti dan Lela menggambarkan secara gamblang profesi pemandi jenazah tentang aturan yang tertulis dan tidak tertulis. Terutama perlakuan terhadap jenazah apapun kondisi atau bahkan akan perbuatannya semasa hidup, entah yang baik maupun sebaliknya.
Untuk kebutuhan sebuah produksi film, Lele Laila membalutnya dalam sebuah misteri dan kejanggalan akan kematian beruntun nan misterius dari sebuah kampung yang ditinggali keluarga Bu Siti bersama kedua anaknya, Lela dan Arif (Ibrahim Risyad). Bahkan Bu Siti menjadi bagian dari peristiwa mistrerius tersebut.
Vibes set yang mendukung
Berkaitan dengan produksi film horror, tentu tim produksi akan memilih set lokasi semirip nungkin dengan cerita yang ditulis. Pilihan set ini pun untuk mendukung dalam menciptakan kengerian dan rasa takut di penonton. Terkait ini, ada yang benar-benar berhasil dan ada pula sebaliknya.
Keberhasilan ini tidak lepas dari set lokasi yang dibuat se-natural mungkin bahkan menggunakan lokasi asli tanpa harus melakukan perubahan yang signifikan. Ini yang coba diciptakan film Pemandi Jenazah untuk penontonnya, dengan mengambil set lokasi sebuah perkampungan asli.
Tak hanya itu, berkaitan dengan judul filmnya tentu akan melibatkan prosesi pemakaman. Akan hal ini pun, tim produksi menggunakan set asli dari pemakaman yang menjadi bagian dari perkampungannya. Set yang semakin membawa rasa ngeri dan takut di penonton. Pilihan yang cukup berhasil yang dilakukan oleh Hadrah Daeng Ratu sebagai sutradara.
Meski sebenarnya, yang dilakukan film Pemandi Jenazah banyak dilakukan untuk rumah produksi lainnya. Namun, Hadrah Daeng Ratu cukup berhasil menciptakan vibes seperti kengerian dan ketakutan untuk penontonnya. Terutama untuk mereka yang takut dengan film bergenre horror.
Jump scare tak berjeda
Film horror tidak akan terlepas dari unsur jump scare sebagai bagian dari adegan yang menciptakan kengerian dan ketakutan di penontonnya. Unsur satu ini biasanya mencirikan dari seorang sutradara terutama yang sudah beberapa kali bahkan sering memproduksi film horror.
Pada karakter jump scare yang diciptakan dalam film Pemandi Jenazah misalnya, Hadrah Daeng Ratu seringnya membuatnya tidak berjeda yang tidak memberikan penonton untuk mengambil nafas dalam untuk membuat tenang dari rasa kaget dan deg-degan. Ini jelas tergambar dari adegan yang disisipkan jump scare dalam film Pemandi Jenazah.
Misalnya, adegan dari karakter Lela yang diperankan Aghniny Haque memandikan jenazah. Dalam cerita filmnya, para warga yang meninggal merupakan korban ilmu hitam karena ditemukan benda yang tidak wajar dari bagian tubuh tertentu berupa kawat. Dari sini, penonton sudah dibuat ngeri dengan darah, luka serta kawat yang coba untuk dibersihkan dari tubuh jenazah.
Namun, sutradara membuatnya lebih mengejutkan ketika jenazah dibuat bergerak atau bangun dengan sendirinya, maupun dengan gesture lainnya. Ada juga dengan kemunculan para karakter setan yang bertatapan langsung dengan karakter utama, ketika ingin menyampaikan suatu pesan.
Secara medis maupun keyakinan tertentu, hal ini memiliki penjelasannya tersendiri. Hanya saja, pemilihan waktu dan pengaturan tempo adegan yang sedikit diperpanjang (tidak to the point), yang memunculkan rasa deg-degan ketika menunggu adegan yang tentu membuat terkejut hingga berteriak.
Cerita tak terselesaikan atau sengaja dibuat menggantung
Secara garis besar filmnya, penonton akan mengerti tentang awal sebagai perkenalan, munculnya konflik dan penyelesaian dari konflik itu sendiri sebagai ending. Namun, dalam penyajian visual ceritanya ada beberapa hal yang seakan mengisyaratkan misteri bahwa ceritanya belum selesai.
Pada bagian penyelesaian konfliknya memang ada sebuah plot twist yang akhirnya terjelaskan ke penonton. Meski begitu, ada bagian tertentu yang memiliki jeda sehingga menciptakan ruang kosong. Tergambarkan dengan konflik yang muncul tapi terselesaikan begitu saja, ada pula terselesaikan tetapi tidak tuntas. Hal yang juga tersirat secara samar disepanjang penyajian cerita filmnya.
Hal ini mungkin menjadi sebuah kebiasaan penonton Indonesia yang terbiasa segala bentuk terjelaskan dengan gamblang. Meski, filmnya sendiri menyimpang plot twist dari ceritanya yang seringnya muncul di bagian menjelang ending. Hal yang juga tidak banyak mengubah secara utuh jalan ceritanya.
Isyarat lainnya, bahwa filmnya memiliki keberlanjutan cerita yang mengindikasikan akan adanya sekuel, trilogi atau sebuah universe. Selain, post credit yang selalu menjadi pancingan akan hal tersebut. Ini biasanya banyak ditemui dalam film produksi hollywood, bagian tertentu dalam cerita sebagai puzzle kosong untuk menjadi trigger di cerita film selanjutnya.
Terbawa capek karena karakter
Akting dan pendalaman karakter secara total memang dituntut kepada setiap aktor maupun aktris yang bermain dalam sebuah produksi. Hal yang membuat cerita filmnya menjadi hidup dan tersampaikan dengan baik ke penonton. Ini yang coba dilakukan oleh aktris Aghniny Haque untuk perannya sebagai Lela dalam film Pemandi Jenazah.
Selalu dikatakan, film horror memiliki effort tersendiri yang membuat para pemainnya merasakan lebih capek dibandingkan beberapa genre tertentu. Adegan lari hingga berteriak menjadi satu di antaranya. Hal ini biasanya tertangkap penonton sebagai sesuatu bagian dari tahap yang membuat deg-degan.
Namun, ada beberapa akting pemain yang secara total berimbas capek juga dipenonton. Walau ini bisa menjadi dua mata pisau yang berbeda, bisa karena dilakukan terlalu berlebihan akhirnya “capek menontonnya” atau sebaliknya ada keberhasilan akting yang didukung mimik dan gesture yang membuat penonton seolah merasakan capek. Selain karena adegan lari maupun jump scare filmnya.
Terkait hal ini, sebenarnya beberapa pemain terutama Aghniny Haque dan Djenar Maesa Ayu yang melakukan workshop selama sebulan dengan pemandi jenazah asli membawa rasa capek tersendiri untuk keduanya. Lebih dari itu, ada beberapa gangguan yang diungkapkan keduanya pernah dialami selama proses workshop, syuting dan setelahnya.
Production company: VMS Studio
Distributor: VMS Studio
Cast: Aghniny Haque (Lela), Djenar Maesa Ayu (Bu Siti), Ibrahim Risyad (Arif), Amara Sophie (Rika), Riafinola (Bu Ida), Ruth Marini (Bu Terry), Mian Tiara (Bu Tuti), Vonny Anggraini (Bu Ana), Nelly Sukma (Bu Nur), Petrus Aji Sentosa (Bimo), Deni Saputra (Pak RT), M.N Qomaruddin (Pak Polisi), etc
Director: Hadrah Daeng Ratu
Screenwriter: Lele Laila
Producers: Clarissa Eunike Dris, Tony Ramesh, Jody Bany Wicaksono
Duration: 1 hours 47 minutes
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.