LASAK.iD – Film Panduan Mempersiapkan Perpisahan yang merupakan konten original Bioskop Online yang bekerja sama dengan rumah produksi Relate Films resmi tayang pada Jum’at (24/2) lalu. Film dari sutradara Adriyanto Dewo merupakan adaptasi novel best seller terbitan Mojok karya dari Arman Dhani berjudul “Eminus Dolere’.
Film bertutur seperti novel
Menilik film hasil adaptasi sebuah novel, terlebih masuk dalam best seller tentu memiliki penggemar fanatiknya tersendiri. Mereka akan menaruh ekspektasi tinggi kepada para film maker, dalam hal ini adalah Relate Films, terkait penulis dan sutradara dalam merepresentasikan kompleksitas cerita novel ke dalam cerita audio visual.
Panduan Mempersiapkan Perpisahan tidak juga berhasil dengan 100 persen dalam memenuhi ekspektasi pembaca novel-nya. Namun, Nara Nugroho sebagai penulis filmnya bisa dikatakan cukup memuaskan penonton untuk terbawa ke dalam cerita yang dibangun melalui bahasa film.
Adriyanto Dewo sebagai sutradara pun cukup berhasil merepresentasi dari apa yang ditulis Nara Nugroho ke dalam audio visual. Kerjasama keduanya pada akhirnya tak hanya mengadaptasi cerita novel-nya tetapi juga pada cara penyajian dan bertutur pada dialog yang dibangun.
Seolah terbentuk sebuah ambience di penonton seperti membaca sebuah novel namun dalam bentuk audio visual. Ini dilakukan dengan membagi cerita filmnya dalam beberapa bagian. Pada sebuah novel, bagian tersebut dikenal sebagai chapter atau babak atau bab pada karya novel. Jumlahnya pun sesuai keinginan dari penulis novel itu sendiri.
Baca juga: Segera Tayang, Panduan Mempersiapkan Perpisahan Rilis Trailer
Biasanya ditandai dengan ukuran huruf lebih besar dengan warna pun lebih pekat. Seringnya, hanya ditandai dengan satu kata, namun mewakili isi dari bagian chapter atau babak atau bab tersebut. Pada film Panduan Mempersiapkan Perpisahan, penulis membaginya menjadi tiga chapter atau babak atau bab, yaitu Bertemu, Bersama dan Berpisah.
Panduan Mempersiapkan Perpisahan yang dikatakan sebelumnya juga mengadaptasi dalam konsep penceritaan. Pada akhirnya menjadikannya film bertutur, tersaji melalui suara dan teks yang ditampilkan pada scene-scene tertentu.
Bertutur seperti halnya dalam novel akan menempatkan sudut pandang dari tokoh tertentu sebagai penghantar cerita. Film Panduan Mempersiapkan Perpisahan menempatkan sudut pandang orang pertama melalui tokoh Bara yang dimainkan Daffa Wardhana.
Konsep hitam putih
Satu hal yang juga menarik dari film Panduan Mempersiapkan Perpisahan pada visual hitam dan putih yang dihadirkan. Umumnya dalam film, visual hitam selalu menandakan pada penggambaran masa lampau atau flashback dari sebuah adegan. Sedangkan, visual putih (berwarna) untuk menandakan waktu di masa saat ini atau masa depan.
Apa yang dilakukan Adriyanto Dewo sebagai sutradara juga penulis, justru sebaliknya untuk film Panduan Mempersiapkan Perpisahan. Yang dilakukan Adriyanto Dewo pun akhirnya hanya sesuatu yang tidak biasa, yang tidak berpengaruh besar pada jalan cerita filmnya.
Music scoring dan original soundtrack
Pada sebuah produksi film, hal yang juga tidak boleh dilewatkan adalah musik. Baik itu yang sekedar musik atau disebut music scoring dan yang memiliki lirik atau disebut original soundtrack. Film ini untuk keduanya cukup mewakili tema dan konsep dari film yang ditawarkan ke penonton.
Cukup membantu juga untuk deliver pesan filmnya sampai ke penonton. Untuk film Panduan Mempersiapkan Perpisahan yang lebih banyak mengekspresikan kesedihan atau musik yang melow. Bahkan aktris Lutesha yang berperan sebagai Demi akui jatuh cinta dengan original soundtrack filmnya.
Akting dan dialog
Film Panduan Mempersiapkan Perpisahan menjadi yang pertama dalam kategori berbeda untuk kedua pemeran utama filmnya. Untuk Daffa Wardhana (Bara), ini menjadi film panjang pertamanya sejak memulai karir di dunia seni peran di tahun lalu.
Sedangkan, Lutesha pemeran karakter Demi, film Panduan Mempersiapkan Perpisahan menjadi pertama kalinya ia bermain dalam film bergenre romance. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri untuk keduanya dalam berakting.
Meski menjadi yang pertama, akting keduanya dalam membangun chemistry sebagai karakter Bara dan Demi dan pesan apa yang dibawa dari karakter masing-masing cukup berhasil untuk tersampaikan ke penonton.
Chemistry yang membuat akting keduanya terkesan natural, yang terlihat di beberapa scene filmnya. Adriyanto Dewo memang ingin membuat filmnya relate dengan kehidupan saat ini atau yang dekat dengan penonton.