Review: Dracula: A Love Tale, Bawa Suasana Klasik Film Dracula Tempo Dulu

LASAK.iD – Bicara tentang Dracula, yang terpikir pertama kali di sebagian besar penikmat film biasanya makhluk abadi penghisap darah. Secara naluriah sisi kelam memang paling mudah diingat penikmat film. Padahal tak sedikit film bertemakan dracula yang menonjolkan sisi lembut, tulus dan setia meski tetap dihadirkan dengan vibes dan ambience khasnya yang dark.

Penikmat film bisa menemukannya di beberapa judul film yang bertemakan dracula, sebut saja Dracula, Bram Stoker’s Dracula (1992), Dracula Untold (2014), Love at First Bite (1979) dan yang masih cukup fresh berjudul Nosferatu (2024). Bahkan di tanah air tidak ingin ketinggalan, pada 2014 sempat dirilis film Drakula Cinta dari sutradara A Leung Wong.

Deretan film yang secara garis besar menampilkan sisi lain yang berbanding terbalik dengan kesan seram dari sosok dracula. Kini, film dengan tema dan konsep yang hampir serupa datang dari negara Prancis berjudul Dracula: A Love Tale. Film dari penulis dan sutradara Luc Besson masih kental mengadaptasi karya Bram Stoker.

Novelis asal Irlandia yang pertama kali mengangkat tokoh dracula ke dalam karya tulisan, yang kemudian menjadi inspirasi. Salah satunya film Dracula: A Love Tale yang dirilis tahun 2025 ini. Novel berjudul Dracula yang dirilis pada 1897 yang menginspirasi banyak film maker dunia hingga hari ini.

Dengan menjadikan satu novel yang menjadi haluan membuat cerita, jangan heran jika menemukan rasa yang sama antara film yang satu dengan film lainnya. Ini pula yang dirasakan dalam film Dracula: A Love Tale dengan deretan film yang dirilis sebelumnya. Meski beberapa hal menjadi suatu keharusan yang wajib ada.

Misalnya pada look dari sosok dracula yang tetap terlihat sama. Sejak pertama kali film dracula dirilis ke publik dunia. Dracula selalu digambarkan sebagai sosok antagonis yang berwibawa dengan pakaiannya yang rapi ala bangsawan. Untuk look wajah, dracula selalu digambarkan dengan kulit pucat. Sekali pun film maker menambahkan ornamen, keaslian masih tetap terjaga.

Tak hanya dari sisi look karakter, secara cerita yang dikaitkan dengan historical dracula itu sendiri selalu membawa benang merah yang sama. Dracula selalu digambarkan sebagai makhluk abadi berasal dari Kota Transilvania yang berada di Rumania, salah satu negara di Eropa Tengah dan Tenggara.

Dracula pun selalu digambarkan sebagai sosok yang memiliki kekuasaan berabad-abad lalu, entah sebagai raja atau pengeran. Itulah alasan hampir di setiap film, istana selalu menjadi tempat tinggal dari sang dracula. Begitu pun kuasa yang dimilikinya, hampir di setiap produksi sang dracula digambarkan bisa menghipnotis dan bisa membawa wabah mematikan.

Ini segelintir karakteristik dari karakter maupun cerita yang seakan wajib ada di setiap film bertema dracula. Untuk sisanya, film maker biasanya melakukan evolusi untuk menciptakan pembaharuan yang menyesuaikan dengan pangsa dari penikmat film itu sendiri. Begitu pun dengan sisi cerita yang menggambarkan sang dracula dengan masa lalunya kepada wanita.

Konsep reinkarnasi selalu melekat erat dengan film dracula yang menyisipkan sisi romance dalam cerita. Baik yang bergaya klasik seperti Dracula: A Love Tale maupun bergaya modern seperti Love at First Bite. Untuk film Dracula: A Love Tale, semua penjabaran ada di sepanjang cerita.

Alasan yang membuat film karya Luc Besson lebih kerasan karena kembalinya ke gaya klasik. Di mana, Dracula: A Love Tale mengambil dua masa pada cerita filmnya, pertama abad ke-15 di Wallachia dan abad ke-19 di London. Selain itu, cerita dari Dracula: A Love Tale lebih menekankan pada sisi romance karakter Dracula.

Tentang kesendirian selama berabad-abad karena kesetiaan pada satu wanita bernama Elisabeta. Alasan filmnya berada di dua masa yang berbeda, terkait dengan dua karakternya, Dracula dan Elisabeta. Latar waktu yang mengambil masa abad ke-19 merupakan condong dari konsep reinkarnasi cerita filmnya.

Jika menilik banyak film dracula, film karya Luc Besson ternyata lebih memilih warna lebih cerah dari biasanya. Untuk film terakhir kali dirilis berjudul Nosferatu (2024) penikmat film bisa melihat warna gelap yang dipilih penulis dan sutradara. Meski hadir dengan warna film yang lebih cerah, vibes kelam yang sudah melekat sejak dulu masih sampai ke penikmat film.

Perbedaan yang cukup mencolok, dracula dalam filmnya seakan tidak takut dengan sinar matahari. Sepanjang filmnya memang tidak diperlihatkan secara gamblang, namun adegan-adegan tertentu seakan mengindikasikan hal itu. Sang dracula dan pengikutnya seakan bisa beraktivitas seperti saar mereka masih manusia normal.

Kelemahan dracula akan pasak dan perak masih dipertahankan meski tidak terlalu ditonjolkan, seakan syarat mempertahankan tradisi. Berbeda dengan newbie atau dracula baru yang bertingkah berbeda, mereka akan lebih aktif, penuh adrenaline serta tidak seperti manusia normal.

Sisi menarik dari film dracula terutama yang mengambil gaya klasik, aktor pemeran selalu memiliki keidentikan yang besar akan gambaran dracula dalam novel karya Bram Stoker. Pada film Dracula: A Love Tale, pemeran Dracula diperankan aktor Caleb Landry Jones.

Kontur wajah yang dimiliki oleh sang aktor cukup memberikan kesan cocok untuk menjadi sang dracula. Tak perlu tatapn tajam tetapi berkarakter terlebih dibutuhkan juga untuk memikat. Hal ini juga yang menjadi pembeda besar antara dracula dan vampire. Sama-sama makhluk penghisap darah tetapi vampire selalu diidentikan dengan wajah yang charming.

Masih dari sisi cerita filmnya, Dracula: A Love Tale bisa dikatakan kembali menjadi film bercerita. Film yang selama 129 menit (2 jam 9 menit) penikmat film disajikan tentang perjalanan dari sang dracula. Perjalanan dalam kesendirian selama ratusan tahun hingga gairah dalam kehidupannya kembali setelah melihat reinkarnasi dari belahan jiwanya yang ada dalam diri Mina Murray.

Sisi kekejamannya sebagai penghisap darah tetap diperlihatkan, namun tidak menjadi sisi intens dari cerita filmnya. Adegan berdarah yang sekedar penanda bahwa sang raja memang sosok dracula.

Bisa disimpulkan, Dracula: A Love Tale yang jelas mengadaptasi langsung dari novel Dracula karya Bram Stoker terlihat sekali masih membawa tradisi kental yang autentik. Perubahan dilakukan di setiap sisi produksi untuk tetap memberikan sesuatu yang sesuai dengan masa sekarang filmnya dirilis.

Untuk Dracula: A Love Tale yang hadir sebagai film bercerita tentu akan memiliki durasi panjang, banyak adegan yang tidak selalu to the point karena lebih diperluas dan memiliki waktu adegan yang lebih panjang. Hal yang mungkin menimbulkan sedikit kebosanan untuk penikmat film yang lebih suka cerita dan adegan lugas.

Meski begitu, dalam adegan panjang itu, penulis sekaligus sutradara filmnya, Luc Besson menyisipkan petunjuk-petunjuk kecil untuk menjadi jawaban di adegan berikutnya. Bukan juga hadir sebagai plot twist tetapi potongan puzzle kecil sebagai pelengkap untuk menyempurnakan adegan lainnya.

Production company: Luc Besson Production, EuropaCorp, TF1 Films Production, SND
Distributor: SND
Cast: Caleb Landry Jones (Dracula), Christoph Waltz (Priest), Zoë Bleu (Elisabeta/ Mina Murray), Matilda De Angelis (Maria), Ewens Abid (Jonathan Harker), David Shields (Henry Spencer), Guillaume de Tonquédec (Dumont), Bertrand-Xavier Corbi (Captain Targol), Salomon Passariello (Romanian Cavalryman), Haymon Maria Buttinger (Cardinal), etc
Director: Luc Besson
Screenplay: Luc Besson
Producers: Virginie Besson-Silla
Duration: 2 hours 9 minutes