AnimeReview

Review: Belle, Antara Dunia Nyata dan Semesta Virtual Bernama ‘U’

133
×

Review: Belle, Antara Dunia Nyata dan Semesta Virtual Bernama ‘U’

Share this article

LASAK.iD – Film drama sudah, action sudah, superhero sudah, animation pun sudah. Mungkin satu film anime bisa melengkapi deretan film yang menjadi tontonan pecinta film di tanah air. Sekaligus film pembuka kalian di awal tahun 2022 ini.

Yap, film anime khas negeri sakura jepang akan menemani pecinta film tanah air di pertengahan Januari tahun 2022, tepatnya di tanggal 12 Januari. Film animated science fantasy dari sutradara Mamoru Hosoda terinspirasi fairy tale legendaris Perancis 1756, Beauty and the Beast karya Jeanne-Marie Leprince de Beaumont.

Jika bicara anime lalu Jepang sebagai negara asalnya, jangan terkotak akan memiliki cerita atau penggambaran Beauty and the Beast seperti yang dilakukan sebelumnya oleh Disney. Di mana perusahaan hiburan hollywood tersebut sukses besar untuk kedua versi, yaitu animasi (1991) dan live-action (2017).

Anime selalu dikenal berbeda namun perspektif dan imajinasi liar penciptanya membuatnya semakin menarik. Ini juga yang dilakukan Mamoru Hosoda dalam menampilkan Beauty and the Beast dengan gaya anime khasnya.

Karakter

Bahas sedikit, seperti diungkap berbagai sumber, anime memiliki ciri yang sangat autentik dari suasana hati, emosi dan juga ekspresi. Anime juga lebih mengedepankan detail ke dalam gambarnya. Terlihat jelas pada setiap bagian bahkan sudut kecil sekalipun dari ujung kaki hingga kepala.

Pada wajah misalnya, yang lebih condong ke bentuk almond dengan mata besar namun hidung dan bibir yang kecil. Bahkan bulu mata tak luput dari hal tersebut, pun untuk rambut juga pakaian.

Ini yang tergambar dari karakter yang Mamoru Hosoda tampilkan untuk merepresentasikan karakter dari dongeng Beauty and the Beast. Ada karakter utama atau wajib ada dalam kisah tersebut, yaitu Belle/Suzu dan Beast yang dalam film karya Hosoda bernama Dragon/Kei.

Dalam anime, karakter seorang tokoh bisa dilihat dari warna rambutnya. Di sini rosa atau merah muda untuk mewakili Belle/Suzu yang memiliki hati lembut, feminim dan terkadang naif. Diperkuat dengan berbagai gaun dan elemen makeup dengan warna senada. Tak ketinggalan mata besarnya berwarna biru.

Sedangkan Beast atau Dragon/Kei, memiliki tampilan lebih menyeramkan dibandingkan versi milik Disney. Jika versi Disney, Beast terlihat lebih gentle dengan kesan pada sosok singa atau deer jantan dengan tanduknya.

Dalam film Belle, sesuai dengan namanya, Dragon/Kei merujuk pada naga (dragon). Tetap dengan tubuh besar dan suara deep bariton-nya untuk kesan buas juga menyeramkan. Jubah dan rambut hitam panjang yang menutup sebagian wajah untuk berikan kesan karakter kuat dan misterius.

Karakter yang tidak boleh ketinggalan adalah deretan various character. Jika pada versi hollywood digambarkan benda familiar seperti jam hingga lemari. Versi Mamoru Hosoda jauh berbeda, various character adalah gambaran binatang mini namun dalam bentuk futuristik sebuah robot.

Dan yang wajib ada adalah karakter antagonis. Dalam cerita Beauty and the Beast kita mengenal karakter tersebut dengan nama Gaston. Untuk film Belle, penonton akan melihatnya pada karakter bernama Justin. Pimpinan dari kelompok Justice, yang memiliki ambisi pribadi untuk mengungkap identitas Dragon/Kei.

Sama halnya dengan various character, karakter Justin pun tampil futuristik dengan bajunya yang berteknologi canggih yang terkesan seperti polisi masa depan ala anime Jepang.

Begitu juga dengan 5 miliar pengguna lainnya dalam semesta virtual bernama ‘U’. Representatif dari berbagai bentuk dari dunia nyata, yang tergambarkan sangat futuristik untuk setiap karakter.

Cerita

Ketika Hosoda mengaplikasikan Beauty and the Beast dalam film versinya, tentu sudah memikirkan dengan seksama. Bukan sebuah ide biasa namun juga tidak berlebihan dituangkan Hosoda untuk film berjudul Belle. Jika membuat seperti sebelumnya, dalam suguhan sepenuhnya bernuansa fairy tale, berbagai kemungkinan bisa muncul. Salah satunya membandingkan satu sama lain untuk menentukan yang lebih bagus dan menarik.

Persepektif itulah yang akhirnya memunculkan ide liar Hosoda dengan membuatnya related dengan dunia sekarang ini. Di mana lebih banyak orang lebih bebas berekspresi, bisa menjadi dirinya yang asli atau sebaliknya di dunia maya.

Untuk lebih dekat dan strategi menjaring lebih banyak penonton, ceritanya lebih mem-bold pada dunia kaum muda. Dikutip dari situs penyuka anime, Studio Chizu ungkap Belle karya Mamoru Hosoda adalah film tema, “beranjak dewasa, ikatan keluarga, cinta antara orang tua dan anak-anak, persahabatan yang melampaui spesies, hubungan-hubungan antara kehidupan kita“.

Konflik berbeda dituangkan Hosoda untuk dua dunia berbeda yang dibuatnya, yaitu nyata dan virtual. Pada bagian Suzu di dunia nyata sudah tentu dalam bentuk manusia seutuhnya. Sedangkan virtual dengan menciptakan semesta virtual bernama ‘U’, di mana Suzu menjadi avatar bernama Belle.

Pada part di dunia nyata, penonton akan melihat sisi sebenarnya Suzu yang penyendiri dan kepercayaan diri yang hilang sejak dari kecil. Ketika ia melihat ibunya secara langsung rela mengorbankan nyawa demi keselamatan orang lain. Trauma mendalam dalam diri Suzu yang membuatnya pun berhenti untuk bernyanyi.

Semua berubah ketika dirinya menjadi sosok avatar ketika memasuki dunia keduanya, semesta virtual yaitu ‘U’. Pada part semesta virtual inilah Hosoda menuangkan idenya yang terinspirasi dari fairy tale yaitu Beauty and the Beast. Melalui tampilan sebuah dunia virtual yang dibuat dengan kecerdasan buatan (AI).

Walau sempat ditertawakan karena bintik hitam diwajahnya. Perubahan dilakukan yang membuatnya tampil lebih cantik. Sekaligus membentuk kepercayaan dirinya untuk kembali bernyanyi.

Seketika itu menjadikannya idola di semesta virtual dengan identitas sebagai Belle. Kenyamanannya sedikit terusik sejak kemunculan avatar dengan tampilan seperti monster yang diketahui sebagai Dragon.

Sejak pertemuan pertama, Suzu merasakan sosok Dragon sama sepertinya. Ada sebuah rahasia besar disembunyikan dari wujud menyeramkan. Penasaran yang membuat Suzu atau Belle mulai mencari informasi.

Mendapat perlakuan tidak menyenangkan di awal, Belle tidak menyerah hingga akhirnya pertemuan terus menerus membuat hati Dragon mulai luluh. Keduanya pun menjadi semakin akrab. Sayangnya keharmonisan Belle dan Dragon terusik karena obsesi avatar lain bernama Justin.

Justin adalah pemimpin kelompok Justice yang memiliki obsesi mengungkap identitas asli Dragon. Hingga harus membakar habis kastil dari Dragon.

Mengetahui ada masalah dengan Dragon, Suzu bergegas kembali ke dunia ‘U’. Mendapati kastil terbakar dan keadaan Dragon pun semakin mengkhawatirkan. Dragon yang tidak bisa ungkap yang sebenarnya mendadak menghilang.

Dibantu sahabatnya, Hiroka Betsuyaku berhasil menemukan akun asli Dragon hanya dengan menyadari senandung yang dinyanyikan oleh adik Kei. Lagu yang hanya diketahui oleh Suzu sebagai Belle dan Dragon. Sayang, momen tidak mengenakan ketika Suzu mendapati Kei dan adiknya diperlakukan kasar oleh ayah mereka.

Awalnya Suzu pun belum yakin dengan Kei adalah Dragon di dunia ‘U’. Namun ketika Kei merelakan dirinya yang dipukul dibandingkan adiknya menjawab semua. Bahkan sebaliknya Kei yang meragukan Belle asli dari dunia nyata, yaitu Suzu yang ingin membantunya.

Shinobu kemudian mendorong Suzu untuk kembali ke dunia ‘U’ untuk bernyanyi sebagai dirinya bukan dirinya yang lain, Belle. Sempat ragu namun itu satu-satunya cara untuk meyakinkan Kei bahwa dirinya adalah Belle yang tulus membantu.

Kegaduhan sempat terjadi diantara penghuni ketika Belle kembali muncul di dunia ‘U’. Untuk memintanya kembali bernyanyi, terdesak dan cukup membuatnya kehilangan kepercayaan diri. Dengan keberanian dan dukungan teman-temannya, Suzu kemudian memulai nyanyiannya. Di awal masih sebagai Belle setelah menembakan sinar hijau dari senjata yang dimiliki Justin bergantilah menjadi dirinya sendiri.

Keberanian Suzu adalah dua sisi mata uang, kekecewaan juga kekaguman disaat bersamaan untuk penghuni dunia ‘U’. Kecewa karena sosok asli Belle yang mereka puja tak seperti dugaan. Dan setelahnya kekaguman ketika lagu yang dinyanyikan mampu menyentuh hati.

Yang juga dirasakan Kei dan mulai menaruh kepercayaan kepada Suzu. Sayang saat akan memberitahukan lokasi tempat tinggalnya, ayahnya muncul kembali dan memutuskan koneksi keduanya. Kekhawatir muali terlihat di wajah semua orang dengan keselamatan Kei dan adik laki-laki.

Meneliti setiap potongan gambar, mulailah terungkap lokasi Kei dan adiknya tinggal. Suzu tanpa berpikir panjang bergegas menuju Tokyo. Melewati satu malam dijalan, tibalah Suzu di sebuah lokasi. Di keadaan hujan cukup lebat akhirnya ketiganya bertemu.

Sudah bertemu secara langsung pun Kei masih menyimpan keraguan. Ketika ayahnya memaksa untuk kembali ke rumah dan Suzu mencoba melindungi dengan memeluk keduanya. Barulah Kei merasakan kehangatan yang sama antara Suzu dengan Belle. Ini menjadi awal perubahan besar dalam kehidupan keduanya menjadi lebih baik, untuk Suzu maupun Kei.

Sebuah konsep cerita yang beda dan menarik yang ditampilkan Mamoru Hosoda sebagai sutradara dan penulis. Menggabungkan dunia nyata dengan virtual namun memiliki benang merah yang kuat.

Konflik yang dibuat Hosoda untuk masing-masing dunia yang diciptakan memiliki daya tarik tersendiri. Satu sisi saling terhubung namun sisi lain bisa berdiri sendiri.

Latar

Berkaitan dengan futuristik, semesta virtual sampai robot yang sempat disinggung sebelumnya. Adalah kesinambungan dengan latar dan cerita dalam film anime Belle yang dilakukan Mamoru Hosoda dan Studio Chizu. Hosoda menghadirkan 2 karakteristik latar, yaitu dunia nyata dan semesta virtual yang disebutkan dalam filmnya adalah ‘U’.

Karakteristik pertama adalah dunia nyata, yang menampilkan karakter asli yaitu Suzu Naito. Anak SMA 17 tahun yang tinggal di prefektur Kochi bersama ayahnya. Tempat kehidupan utama Suzu yang membuatnya terjebak dalam amarah karena ibu yang meninggalkannya demi keselamatan orang lain. Hingga membuatnya tidak bernyanyi lagi dalam waktu yang cukup lama.

Seperti film atau seri anime lainnya, film Belle akan mempertontonkan berbagai hal wajib atau lebih kepada identitas anime Jepang, seperti tiang dan kabel listrik, sekolah, stasiun kereta dan tentu suasana khas pedesaan (jalanan, pemandangan pegunungan) di Jepang dan banyak lainnya. Sebuah pengaplikasian dari aslinya ke dalam bentuk animasi.

Yang tak kalah menarik untuk dibahas adalah second side dari film Belle ini. Semesta virtual bernama ‘U’ yang diciptakan adalah tempat kedua untuk Suzu dan Kei juga 5 milyar pengguna lain bisa mengaplikasikan diri sesuai keinginan seperti wujud avatar yang diinginkan bahkan untuk tempat tinggal. Tanpa harus orang lain tahu identitas asli.

Pada karakter, ada beberapa nama besar di sana sebagai penciptanya seperti Jin Kim (Frozen, Tangled, Big Hero 6, Moana) yang secara khusus mendesain protagonis Belle. Tak heran kita melihat kemiripan di beberapa detail karakter Belle seperti goretan di wajah.

Ada juga Akiya Kageichi yang menggambar desain karakter orisinal untuk karakter Naga dalam film ini. Sebelum akhirnya dikembangkan menjadi bentuk yang mulai bisa ditonton 12 januari 2022 ini di bioskop.

Dan untuk dunia dengan kecerdasaan buatan atau Artificial Intelligence dalam film Belle secara khusus Mamoru Hosoda menunjuk Eric Wong, seorang desainer dan arsitek yang berbasis di London. Eric dipilih Hosoda untuk menciptakan dunia internet dari persepektif desain dan arsitektur.

Itulah yang membuat semesta virtual ‘U’ sangat terlihat futuristik dari bagian kecil hingga besar. Cukup mencolok memang pada barisan gedung yang nyaman dilihat.