LASAK.iD – Sejak lama telah banyak produksi film yang menceritakan persahabatan antara manusia dengan hewan. Dari banyak judul film yang bermunculan, ada beberapa di antaranya memiliki cerita yang membekas di kalangan pecinta film.
Baik film tersebut merupakan sebuah produksi dengan hewan sungguhan atau karya film imajinatif yang sepenuhnya menggunakan bantuan teknologi komputer, yang dikenal dengan CGI hingga motion picture.
Di tanah air sendiri, ada beberapa judul film yang cukup membekas di hati penikmat film, seperti Air Bud, Eight Below hingga Free Willy. Film dengan interaksi nyata antara manusia dengan hewan asli, seperti anjing atau paus orca dalam filmnya.
Modern ini cukup jarang rumah produksi yang melakukannya secara nyata, seringnya pada sebuah karya film imajinatif yang menggabungkan nyata dengan CGI/motion pictures atau secara keseluruhnya adalah film animasi.
Arthur the King, film bergenre adventure persembahan terbaru dari Lionsgate di tahun 2024, yang disutradarai Simon Cellan Jones hadir sebagai produksi dengan interaksi asli, yang lagi-lagi melibatkan manusia dengan hewan anjing.
Film yang dibintangi Mark Wahlberg sebagai Michael Light dengan Ukai, anjing dari ras Border Terrier sebagai Arthur merupakan kisah nyata dari seorang mantan atlet elit bernama Mikael Lindnord.
Kisah yang terjadi pada Mikael Lindnord di tahun 2014, selama ia dan timnya mengikuti Adventure Racing World Championship in Ecuador. Kisah yang kemudian Mikael Lindnord tulis ke dalam sebuah buku berjudul Arthur: The Dog Who Crossed the Jungle to Find a Home.
Hanya saja ada penyesuaian dalam kebutuhan cerita filmnya, dengan mengubah latar waktu dan tempat serta juga nama asli menjadi sebuah karakter dalam filmnya. Film Arthur the King mengambil latar pada Adventure Racing World Championship in the Dominican Republic pada kurun waktu 2018.
Sebuah kejuaraan dunia terakhir dari Mikael Lindnord untuk bisa mencapai puncak setelah selama karirnya selalu dianggap tim pelengkap. Seseorang yang memiliki kemampuan yang tidak membawanya pada kemenangan.
Arthur the King, sebuah cerita film yang diangkat dari sebuah buku. Secara tidak langsung film ini seolah mengisyaratkan sebagai film biopik dari Mikael Lindnord itu sendiri. Meski hanya menceritakan part of life bukan keseluruhan kisah hidupnya terutama kisah besarnya bersama timnya saat bertemu Arthur di kejuaraan dunia.
Secara premis pun film ini sebenarnya cukup sederhana, pengaplikasian dari buku ke dalam audio visual. Bukanlah sebuah cerita dengan kompleksitas yang intens. Namun, film ini punya daya tariknya tersendiri untuk menghipnotis penonton untuk menikmati sejak dimulainya film hingga pada akhir filmnya.
Tak lepas dari Simon Cellan Jones sebagai sutradara yang berhasil dalam mengeksekusi cerita ke audio visual. Membangun grafik mood yang bercabang, tak hanya gambaran sebuah tim untuk menang.
Termasuk hal lainnya yang mengiringi, akan perjuangan penuh luka dan cidera, kerja sama tim yang solid dan kepercayaan satu sama lain selama petualangan 10 hari dalam jarak 435 mil. Juga kaitan akan keterlibatan takdir dipertemukannya tim dengan Arthur.
Digambarkan dalam filmnya melalui sebuah tim bernama Broadrail yang dipimpin Michael Light. Bersama rekan setimnya, Leo (Simu Liu), Olivia (Nathalie Emmanuel) dan Chik (Ali Sulaiman) dalam mengikuti Adventure Racing World Championship di Republik Kolombia.
Perjuangan 4 plus 1 karakternya yang menciptakan rasa empati, simpati hingga kekaguman di saat bersamaan di penontonnya. Saat kelimanya menciptakan sebuah drama melalui perjuangan menguras tenaga dan emosi karena medan yang sangat terjal dengan running, climbing, trekking, mountain biking, kayaking dan hampir tidak pernah tidur.
Film ini bahkan mampu menciptakan sebuah ketegangan dan kengerian layaknya jump scare pada film horror. Terlihat dalam beberapa adegan, salah satunya ketika keempatnya memutuskan untuk memotong jarak dengan menggunakan memanjat tebing curam sambil menggendong sepeda.
Resiko besar ketika memanjat dengan membawa beban tanpa alat bantu memanjat. Ada juga adegan saat Olivia melewati trek flying fox dan terjebak di tengah jaur karena kabel yang rusak. Michael sebagai orang terakhir sekaligus leader bertindak cepat dengan menyusul Olivia.
Saat itulah adegan nekat dan tidak masuk akal dilakukan, ketika Olivia bersama dengan sepedanya bergelantungan pada satu utas tali yang sama dengan Michael dalam posisi keduanya di ketinggian ratusan meter dari permukaan tanah. Dengan resiko terjatuh dan mungkin tidak selamat. Dan beberapa adegan lainnya yang menciptakan ketegangan dari cerita filmnya.
Tak hanya ketegangan, cerita filmnya menciptakan banyak momen haru, puncaknya di bagian akhir filmnya. Saat Arthur yang diketahui memiliki riwayat kekerasan selama kehidupan liarnya. Membuatnya mendapatkan trauma dan luka fisik yang membuatnya nyaris mati.
Keyakinan dan ketulusan besar dari Michael membuat sebuah keajaiban pada Arthur, yang membuat jalinan persahabatan yang luar biasa hingga kini.
Alur dan sajian cerita yang mengalir begitu saja membawa filmnya memiliki daya tariknya tersendiri. Akan bentangan landscape dari Republik Dominika yang diperlihatkan hampir di sepanjang filmnya. Pesan dari filmnya yang ternyata beragam, tak hanya antara manusia ke manusia tetapi manusia ke hewan.
Production company: eOne Films, Tucker Tooley Entertainment, Mark Canton Productions, Municipal Pictures
Distributor: Lionsgate
Cast: Mark Walhberg (Michael Light), Simu Liu (Leo), Nathalie Emmanuel (Olivia), Ali Sulaiman (Chik), Michael Landes (Broadrail Executive), Juliet Rylence (Helena Light), Paul Guilfoyle (Charlie), Rob Collins (Decker), etc
Director: Simon Cellan Jones
Screenwriter: Michael Brandt, Mikael Landlord
Producers: Michael Brandt, Mikael Landlord, Mark Walhberg
Duration: 1 hours 47 minutes
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.