LASAK.iD – Ambush, film terbaru produksi Amerika siap tayang di bioskop tanah air akhir Februari 2023 ini. Film dari sutradara Mark Burman akan membawa penonton kembali ke masa antara tahun 1955 hingga 1975, atau peristiwa terjadinya perang Vietnam yang bersejarah.
Mark Burman yang juga menulis cerita filmnya bersama dengan penulis lainnya, Johnny Lozano dan Michael McClung mengambil potongan kecil peristiwa saat itu sebagai inspirasi.
Sinopsis
Dikisahkan dalam filmnya, pasukan Angkatan Darat AS di bawah komando Kapten Mora (Jonathan Rhys Meyers) atas perintah Jenderal Drummond (Aaron Eckhart) ditugaskan untuk mengambil kembali dokumen super rahasia milik militer Amerika yang dicuri oleh tentara Vietcong.
Dokumen yang berisikan daftar dan lokasi mata-mata Amerika serta informasi penting seperti strategi perang yang merupakan kerahasiaan militer Amerika.
Vietcong yang tahu betul kekuatan militer Amerika dengan persenjataan lengkapnya kemudian mengubah strategi perangnya. Mereka membangun terowongan panjang sebagai benteng pertahanan. Namun, bagi tentara Amerika bak labirin dalam kotak pandora yang tak terduga.
Strategi yang cukup efektif untuk mengelabui tentara Amerika, terutama untuk tim teknisi di bawah pimpinan Kopral Ackerman (Connor Paolo). Yang belum memiliki pengalaman perang atau face to face dengan musuh.
Pada akhirnya pasukan dari Kapten Mora memang berhasil mendapatkan jurnal tersebut dan melindungi informasi penting yang tertulis di dalamnya. Walau dengan pengorbanan besar karena sebagian besar pasukan dari Kopral Ackerman tidak selamat dan menyisakan 3 orang saja.
Premis yang serupa namun tak sama
Mendengar pertama kali judul filmnya yaitu Ambush, mengingatkan akan film dengan judul sama yang dirilis setahun lalu. Berpikiran bahwa film Ambush kali ini merupakan sekuel, prekuel, reboot atau mungkin remake dari film di tahun 2022.
Ditambah dengan kesamaan tema, konsep hingga genre dari kedua film. Dengan menjadikan peristiwa perang yang terjadi di dunia nyata sebagai inspirasi dari latar filmnya. Kenyataannya, keduanya tetap menawarkan sebuah tontonan yang berbeda, terutama untuk premis ceritanya.
Pada film yang rilis tahun 2022 dengan judul The Ambush, penulis Brandon Birtell dan Kurtis Birtell menjadikan peristiwa di Timur Tengah atau tepatnya di negara Yaman pada tahun 2018 yang menimpa militer UEA. Saat itu, negara Yaman tengah menghadapi konflik saudara antara kelompok pemberontak Houthis dengan pasukan pro-pemerintah.
Sedangkan, Ambush yang akan dirilis 24 Februari 2023, mengambil bagian peristiwa dari perang yang cukup diingat, yaitu Perang Vietnam. Yang fokus ceritanya mengambil dari sudut pandang tentara Amerika selama perang tersebut berlangsung.
Scene perang yang lebih sedikit
Berbicara genre dari film seperti Ambush, pertama yang terbayangkan adalah perang yang epik, dengan banyaknya adegan tembakan, ledakan juga berdarah-darah yang intens.
Ambush juga mempertontonkan itu dalam filmnya. Hanya saja, jika film serupa menjadi ukurannya masih jauh dari bayangan. Film Ambush lebih membawa fokus penonton kepada subjek filmnya yaitu dokumen bukan kepada objek besar filmnya yaitu perang.
Itulah kenapa film Ambush sangat minim adegan tembakan, ledakan juga berdarah-darah. Terlihat penulis mencoba memberikan sensasi ketegangan dengan cara berbeda. Tidak sepenuhnya saling adu kekuatan senjata, namun lebih kepada adu strategi.
Dipertontonkan sekali pada keseluruhan adegan yang dilakukan di terowongan. Penonton dibawa ke sensasi ketegangan bermain escape room dengan ruang dan jebakan tidak terduga. Juga dibuat menerka-nerka adegan demi adegan ketika tim Kopral Ackerman menelusuri terowongan.
Dinamika ketegangan yang terasa kurang
Sejak awal film, penulis sudah mem-branding filmnya tidak sepenuhnya memberikan sensasi seperti kebanyakan film perang. Dilakukan dengan cara berbeda sehingga minim sekali untuk melihat banyaknya adu tembakan atau bom antara protagonis dan antagonis.
Sayangnya juga, ketegangan untuk yang benar dirasakan lebih didapatkan di perempat film jelang ending, ketika hanya menyisakan dua orang dari tim Kopral Ackerman untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi terowongan.
Sedangkan sejak dimulai hingga tiga perempat lebih terasa datar. Penulis juga sutradara tidak memberikan pada dinamika ketegangan yang turun-naik. Ada kalanya momen membosankan muncul ketika menonton filmnya dari rentang waktu awal hingga tiga perempat filmnya.
Ceritanya sendiri pun lebih menggambarkan bagaimana tentara muda yang minim pengalaman harus menghadapi perang yang sesungguhnya dan menjadi garda terdepan.
Peran yang kurang maksimal
Pada beberapa peran cukup terlihat menonjol dan ada beberapa lainnya yang kurang maksimal. Satu di antaranya untuk karakter yang dimainkan aktor Jonathan Rhys Meyers sebagai Kapten Mora.
Karakter Kapten Mora terlihat menjadi sosok terakhir ketika satuan menemukan jalan buntu. Dengan kata lain orang dengan kemampuan di atas rata-rata dengan pembawaan yang santai dan percaya diri.
Tentu penonton ingin melihat kemampuan Kapten Mora sebagai pasukan khusus. Namun, hal itu tidak terlihat, hanya pada titik ia sebagai orang yang memiliki jabatan tinggi yaitu kapten dan harus bersikap seperti apa ketika menghadapi perang karena segudang pengalaman.
Secara porsi memang cukup untuk setiap karakter, hanya kurang dirasakan dalam memaksimalkan penggambaran di beberapa karakter. Kata lainnya tidak digambarkan dengan mendetail.
Production company: Saban Films, Highland Film Group
Distributor: Saban Films
Cast: Jonathan Rhys Meyers (Captain Mora), Aaron Eckhart (General Drummond), Connor Paolo (Corporal Ackerman), Mac Brandt, Jason Genao, Mara Lane, Patrick R. Walker, Francis Mancho, Gregory Sims, Nick Heyman, etc
Director: Mark Burman
Screenplay: Mark Burman, Johnny Lozano, Michael McClung
Producers: Anthony Standberry, Wayne A. Wilbur, Randy Burman, Arianne Fraser, Delphine Perrier, Paul W. Hazen, Phil Hunt
Duration: 1 hours 44 minutes