LASAK.iD – The Brandals belum padam, mungkin itu adalah kalimat yang bisa mewakili eksistensi band satu ini. Hits sejak awal era 2000-an band yang digawangi Eka Annash, Radhit Syaharzam Almatsier, PM Mulyadi dan Firman Zaenudinmasih masih aktif hingga kini.
Dibuktikan dengan perilisan album terbaru bertajuk Era Agressor pada 28 Juli 2023, yang bisa didengar di berbagai platform streaming digital.
Menariknya, di album Era Agressor ini disebut-sebut sebagai album yang paling tajam dalam hal mengkritisi hal hal yang terjadi di sekitar kita. Bisa dibilang, lewat album ini, The Brandals mencoba menyuarakan suara hati rakyat. Mereka menyampaikan kritik sosial dengan lantang dan tajam, tanpa kompromi.
Album ini mencakup berbagai isu, mulai dari perpecahan akibat pemilihan presiden hingga kasus-kasus kekerasan yang sering terjadi dalam konteks militer, agama dan antar golongan. Beragam drama dan peristiwa sosial politik yang telah terjadi di Indonesia terangkum di dalam Era Agressor.
Retorika dan Suara Rumah Rakyat adalah dua contoh judul lagu yang ada di album Era Agressor yang bisa mewakili suara rakyat tentang kondisi yang terjadi akhir-akhir ini. Namun, selain membingkai kondisi sosial politik di album Era Agressor, The Brandals juga menyisipi album itu dengan pengalaman hidup para personelnya di 10 tahun terakhir.
Tentunya, mereka melewati jatuh bangun untuk bisa bertahan hingga kini. Dan bagi penikmat musik yang baru mengenal mereka, sudah pasti perlu mengintip kembali bagaimana awal mula band ini dikenal, hingga akhirnya dicintai banyak orang.
Meski terbilang panjang, lantaran sudah berusia 20 tahun lebih, namun kamu akan dengan mudah mengenal The Brandals lewat film dokumenter yang pernah mereka buat. Film dokumenter berjudul Marching Menuju Maut, merangkum sejak awal The Brandals terbentuk hingga era 2012-an.
Marching Menuju Maut menampilkan sisi The Brandals yang liar tanpa sensor. Film karya sutradara Faesal Rizal ini digarap mulai 2007 hingga 2012 silam. Dengan footage yang ada di dalamnya membuat kita seolah melintasi zaman dan merasakan bagaimana The Brandals bertumbuh seiring perubahan zaman.
Dalam film dokumenter ini, menampilkan para personel dan mantan personel The Brandals, seperti Eka Annash (vokal), Radit Syaharzam (bass), PM Mulyadi (gitar), alm Rully Annash (drum), Tony Dwi Setiaji (eks gitar), Bayu Indrasoewarman (eks gitar) dan Doddy Wiyono (eks bass). Orang-orang dekat, seperti manajer hingga pengamat musik, juga ikut bersuara di dalam film dokumenter Marching Menuju Maut.
Film ini merangkum perjalanan satu dekade pertama The Brandals dari 2001 sampai dirilisnya album DGNR8 (2011). Lalu apakah The Brandals yang dulu tetap seperti The Brandals yang sekarang, yang lantang bernyanyi mewakili suara rakyat? Kamu bisa mendapatkan jawabannya dengan menonton film dokumenter Marching Menuju Maut, yang saat ini sedang tayang di Bioskop Online.
Dengan membeli tiket seharga Rp 15,000,- penonton akan menyaksikan bagaimana para personel The Brandals bertumbuh, dari band anak sekolah, hingga band yang sempat menjadi salah satu band Raja Pensi pertengahan 2000-an.
Pembelian tiket film dokumenter Marching Menuju Maut ini bisa lewat websiteBioskop Online atau melalui aplikasi Bioskop Online.