Film

Ismail Basbeth dan Semua Cerita Tentang Film SARA

84
×

Ismail Basbeth dan Semua Cerita Tentang Film SARA

Share this article

LASAK.iD – Ismail Basbeth merupakan produser, sutradara dan penulis asal Indonesia yang dikenal akan karyanya yang memiliki perspektif idealis dengan kompleksitas filmnya yang seringnya membuat penonton membutuhkan effort untuk memahaminya.

Hal yang mungkin menjadikan karyanya lebih sering tampil dan diterima di luar negeri melalui ajang festival film internasional. Itu juga yang membuat sosok Ismail Basbeth dikenal sebagai film maker spesialis festival film, baik dalam maupun luar negeri. Terutama untuk film yang menjadi milik dari Ismail Basbeth secara personal.

Tema transpuan yang dipilih

Tahun ini, Ismail Basbeth merilis kembali karya terbarunya berjudul SARA. Ini merupakan film panjangnya yang mengangkat kisah tentang seorang transpuan bernama Sara (Asha Smara Darra), yang harus kembali ke desanya setelah mendengar kabar pemakaman ayahnya.

Di sana, ia menemukan bahwa Ibu Muryem (Christine Hakim) telah kehilangan ingatan tentangnya sebagai seorang putra, akibat dari trauma kehilangan suaminya. Mencoba dengan berbagai cara untuk mengembalikan ingatan ibunya, Sara akhirnya memutuskan untuk menjalani peran yang paling ia benci, yakni menjadi ayahnya sendiri, sang alasan di balik perpisahan keluarganya selama ini.

Aku tertarik dengan teman-teman transgender, karena aku menilai tubuh mereka ikut melakukan perjalanan bukan hanya batin. Di film, dalam kasusnya Sara, ketika pergi dia masih panca dan ketika pulang sudah menjadi Sara“, jelas Ismail Basbeth.

Elaborasi Agama dan culture Jawa

Ismail Basbeth ungkap fakta menarik dibalik pemilihan judul SARA untuk filmnya. Ia menggabungkan relasi antara Agama dengan culture Jawa yang memang lekat dengan kehidupannya, sebagai seorang keturunan Arab dan Jawa.

Sara dalam bahasa Jawa itu artinya Soro atau Sakit, sementara dalam bahasa Samawi, Sara itu istri Nabi Ibrahim yang ngga punya anak, kemudian punya anak. Jadi, ada relasi Agama karena ada Islam-nya karena keluarga saya Islami, tapi ada relasi culture Jawa karena saya Jawa. Mengelaborasi itu semua, coba memilih judul nama yang kira-kira mewakili keberanian istri Nabi Ibrahim tapi juga kesakitan yang dialami tokoh kita. Makanya Sara itu sangat cocok, Soro tapi juga Sara, makanya “H” kita hilangi“, ungkap Ismail Basbeth.

Asha Smara Darra jadi pilihan

Pada awalnya sempat terpikir untuk menggunakan aktor untuk peran Sara sebagai transpuan. Berbagai pertimbangan dan masukkan dari banyak orang yang dekat dengan dunia para transgender. Ia memutuskan untuk menggandeng seorang transgender untuk memerankan tokoh Sara.

Banyak teman-teman dekat yang aku ajak konsultasi dan ngobrol. Akhirnya bilang ‘ngga bisa il, zaman sudah berubah. Jangan sampai yang main transgender itu aktor, ya harus transgender’. Karena aku yang berada di luar komunitas mereka menjadi ngga pas. Buat cegah masalah baru muncul setelah filmnya tayang“, tegas Ismail Basbeth.

Pilihan kemudian jatuh kepada Asha Smara Darra, seorang transgender yang dikenal sebagai desainer kondang tanah air yang sebelumnya bernama Oscar Lawalata. Aktris Christine Hakim yang juga terlibat dalam film SARA berperan penting dalam merekomendasikan Asha Smara Darra.

Bu Christine yang nyeletuk pertama, “kalau Oscar gimana ya?’. Akhirnya proses kenalan aku ngobrol dulu sama Pak Ongki soal Asha, karena kitakan terbuka sekali, kita ngga ingin semua diputuskan sutradara. Supaya ini jadi banyak pertimbangan gitulah“, tegasnya.

Walau diakui Ismail Basbeth butuh sekitar tiga bulan untuk meyakinkan Asha Smara Darra untuk ikut terlibat dalam film berjudul Sara. Terlebih Asha Smara Darra ditunjuk sebagai pemeran utamanya bernama Sara.

Susah, kalau dari Lyza pertama ketemu Mama Reggy sampai kejawab dia sekitar 2-3 bulan. Karena modelnya harus beneran baca dulu“, tambahnya.

Butuh 5 tahun

Fakta menarik lainnya terkait film SARA yang memerlukan waktu selama 5 tahun. Ide awal untuk menulis cerita filmnya dimulai pada 2018 setelah Ismail Basbeth kembali ke tanah air dari mengikuti festival film di Basel.

Persiapan sampai akhirnya kini siap untuk tayang dilakukannya bersama tim pada September 2022 hingga Oktober 2023.

5 tahun dari ide pulang dari Basel itu 2018. Dua tahun pertama nulis ceritanya, dua tahun kedua nulis naskahnya, baru setahun terakhir dari September 2022 dari persiapan syuting sampai press con sekarang“, ujar Ismail Basbeth.

SARA merupakan film produksi Bosan Berisik Lab, Ruang Basbeth Bercerita dan Visionari Capital Film Fund yang didukung Pusbang Film – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Film SARA yang dibintangi Asha Smara Darra akan World Premiere digelaran Busan International Film Festival 2023. Dalam dua program, yaitu Special Program in Focus: Renaissance of Indonesian Cinema dan A Window on Asian Cinema. Sebuah pencapaian luar biasa bagi semua yang terlibat dalam pembuatan film ini.