LASAK.iD – Jefri Nichol, Wulan Guritno serta Ganindra Bimo akhirnya menyapa penikmat film tanah air melalui film berjudul Jakarta vs Everybody. Film ini harus menunda penayangannya di bioskop karena terkena dampak pandemi.
Kini karya dari sutradara Ertanto Robby Soediskam tayang secara online melalui platform menonton, Bioskop Online. Jakarta vs Everybody menjadi bagian dari konten Bioskop Online Premiere yang tayang secara terbatas mulai 19 Maret 2022.
Film yang sudah di produksi sejak 4 tahun lalu ini ternyata punya cerita menarik dan mengejutkan dari pra, pro hingga pasca produksi tentang prosesnya hingga para pemain. Apa saja, cek di sini:
Baca juga: Segera Tayang, Film Jakarta vs Everybody Rilis Teaser Poster dan Trailer
Keterlibatan Jefri Nichol di Penulisan Skrip
Jika mendengar nama Jefri Nichol yang diingat adalah seorang aktor muda sukses tanah air yang sukses di berbagai peran. Tapi siapa sangka, Nichol sepertinya menyimpan minat lain di industri film. Ini berdasarkan pengakuan langsung dari Nichol, jika dirinya terlibat langsung dibalik layar film berjudul Jakarta vs Everybody.
Diungkap langsung Nichol, dirinya terlibat dalam penulisan skrip bersama Ertanto Robby yang juga sutradara filmnya. Bukan secara langsung dalam penulisan namun lebih kepada ide adegan di banyak scene filmnya. Salah satu adegan ketika Dom, peran Nichol untuk Jakarta vs Everybody berbicara ekspresif di depan sebuah kaca.
Observasi Langsung ke Club Malam
Jakarta vs Everybody adalah film yang bercerita tentang sisi kehidupan lain dari kota Jakarta. Satu di antaranya kehidupan malam Ibukota yang digambarkan dengan hiburan club malam. Melalui karakter bernama Pinkan (Wulan Guritno) yang merupakan seorang drug dealer sekaligus DJ.
Tak sekedar berperan, Wulan Guritno ingin total untuk karakternya ini. Bersama dengan pemain lainnya, seperti Jefri Nichol dan Dea Paninda, dirinya sampai menyamar menjadi pengunjung ke sebuah club malam di Jakarta. Demi mempelajari bagaimana suasana, karakter dan musik di club malam.
Belajar Langsung dengan ex-Drug Dealer
Para pemain khususnya 3 karakter utamanya, Dom (Jefri Nichol), Pinkan (Wulan Guritno) dan Radit (Ganindra Bimo) dikisahkan sebagai bagian dari jaringan pengedar narkoba. Terlebih untuk karakter Pinkan dan Radit yang digambarkan menjadi drug dealer.
Sama halnya dengan mempelajari bagaimana menjadi seorang DJ, untuk terlihat alami Wulan dan Bimo sampai mempelajarinya langsung dengan seorang yang adalah mantan drug dealer. Ketiganya mempelajari bagaimana caranya bertransaksi, menyembunyikannya dalam bungkus permen dan hal lain menyangkut drug dealer. Hal ini diungkapkan langsung oleh ketiganya dalam press conference untuk filmnya yang digelar beberapa waktu lalu.
Handheld hingga Long Take Shot
Pada sebuah produksi film, sutradara bisa melakukan banyak upaya untuk membuat filmnya terasa alami. Tak hanya pada akting pemainnya tetapi juga apa yang dilakukan oleh DOP, atau orang yang bertanggung jawab untuk kesempurnaan sinematografi sebuah film.
Ertanto Robby mencoba melakukan untuk karyanya berjudul Jakarta vs Everybody. Hal ini ditegaskan oleh Jefri Nichol, bahwa film ini cukup sering menggunakan teknik handheld dalam pengambilan gambar. Bahkan di beberapa adegan dilakukan secara long shot dalam one take only.
Adegan ini banyak terlihat ketika latar yang diambil berada di outdoor. Ertanto Robby bersama DOP (Director of Photography) melakukannya secara diam-diam, bahkan dikatakan Nichol dilakukan dengan mencuri-curi karena memang beberapa lokasi tidak dan belum mendapatkan izin. Ini karena dilakukan secara on the spot.
Inilah kenapa NIchol mengatakan DOP selalu membawa kameranya kemana pun pergi. Saat menemukan set dan timing yang tepat untuk adegan yang diinginkan. DOP bersama sutradara Ertanto Robby akan melakukannya saat itu. Namun pada satu sisi kesan natural cukup untuk dirasa dan dilihat dalam filmnya.