LASAK.iD – Goethe-Institut meluncurkan sebuah festival baru bertajuk Kinofest. Event ini merupakan produksi bersama delapan Goethe-Institut di Asia Tenggara. Acara yang menampilkan film Jerman terkini akan berlangsung secara daring dari 18 Februari hingga 31 Maret 2021.
Ada sekitar 12 film yang akan diputar dari berbagai genre, seperti petualangan, drama, thriller, romansa, sampai dokumenter. Beberapa di antaranya merupakan film yang tayang di tahun 2020 dan 2021. Film-film tersebut dapat diakses secara eksklusif oleh penonton di delapan negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Penayangan filmnya dilakukan secara on-demand tanpa biaya dengan mendaftarkan diri lewat tautan kinofest22.goethe-ondemand.de. Setelah terdaftar, pengguna bisa memilih film untuk ditonton di platform dalam kurun waktu 48 jam. Semua film dilengkapi pilihan takarir dalam bahasa Indonesia, Thai, Myanmar, Vietnam dan Inggris.
Seleksi film tahun ini menjadikan kota sebagai subjek sinematik. Namun secara keseluruhan festival Kinofest berfokus kepada karya sastra yang difilmkan dengan gemilang. Satu contoh datang dari film berjudul Fabian: Going to the Dogs (2021). Film drama dari sutradara Jerman Dominik Graf ini berdasarkan novel dengan judul sama karya pengarang berpengaruh Erich Kästner. Latar filmnya mengambil tempat di Berlin pada tahun 1930-an.
Film lainnya berjudul Berlin Alexanderplatz (2020) oleh sutradara Burhan Qurbani merupakan versi film dari novel klasik Alfred Döblin. Film ini bercerita tentang seorang pengungsi yang tiba di Berlin dengan membawa harapan besar, bersumpah akan menjadi orang baik, namun dihadang oleh lingkungan kota dan keadaan.
“Kami sangat bergembira bahwa kedua film yang masih baru namun sudah berkali-kali meraih penghargaan ini dapat kami persembahkan untuk kali pertama di Asia Tenggara dalam rangka Kinofest. Perenungan mengenai kehidupan di kota besar rasanya mempunyai relevansi tersendiri di negara-negara Asia Tenggara yang dikenal luas bercirikan kawasan urban yang padat. Namun, kami yakin dengan tersedianya akses internet yang telah menjangkau lebih banyak orang, film-film ini juga akan menemui para penontonnya di daerah-daerah yang belum kami bayangkan sampai kemarin,” ujar Dr. Ingo Schöningh, Kepala Regional Program Budaya di Goethe Institut Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru.
Selain kedua film di atas, Die Vermessung der Welt (2012) yang disutradarai oleh Detlev Buck menampilkan kehidupan ahli matematika Carl Friedrich Gauß dan naturalis Alexander von Humboldt berdasarkan novel sastra karya Daniel Kehlmann (2005). Dan dalam adaptasi film dari novel Schachnovelle karya Stefan Zweig yang disutradarai oleh Phillip Stölzl, penonton dapat menyaksikan aktor Albrecht Schuch sebagai penyiksa notaris Joseph Bartok, yang dikenakan tahanan isolasi dan diperankan oleh Oliver Masucci.
Genre dokumenter hadir dengan tiga film, dalam program yang menunjukkan seluruh rentang gaya narasi yang dimungkinkan dalam genre ini. Di antaranya The Cleaners (2017) oleh Hans Block dan Moritz Riesewieck, Dear Future Children (2021) oleh Franz Böhm dan Herr Bachmann und seine Klasse (2021) oleh Maria Speth, film yang meraih Jury Award pada Berlinale ke-71 tahun 2021.
Berikut jadwal pemutaran film selama Kinofest:
Tersedia di platform 18 Februari-10 Maret 2022:
- Undine (2020)
- The Cleaners (2017)
- Curveball (2020)
- Schachnovelle (2021)
- Freies Land (2020)
- Die Vermessung der Welt (2012)
Tersedia di platform 11-31 Maret 2022:
- Enfant Terrible (2020)
- Berlin Alexanderplatz (2020)
- Whisky und Wodka (2009)
- Fabian: Going to the Dogs (2021)
- Dear Future Children (2021)
- Herr Bachmann und seine Klasse (2021)
Related posts
Gunung Bromo, Kenali Lebih Dalam Daya Tarik Wisata Ini
Gunung Bromo – Rutinitas tak jarang membuat kita lupa bahwa Indonesia itu indah, termasuk Bromo dengan kemegahan panoramanya. Keindahan Bromo mempunyai…
Taman Sungai Mudal, Ekowisata di Barat Kota Yogyakarta
LASAK.ID – Di tengah pandemi yang kita semua alami saat ini, sedikit ulasan menarik yang memberi kesegaran menemani waktu taat…
Pesona Kendari, dari Kuliner Hingga Situs Sejarah
SEWAKTU PIKNIK – Berkunjung ke Kendari beberapa waktu lalu, Wayan Sukanta, seorang sahabat berbaik hati menjadi tour guide. Meski berdarah Bali,…
Menjelajah Sejarah Di Pecinan Jakarta
SEWAKTU PIKNIK – Jakarta selalu menjadi tempat yang manarik untuk di jelajahi. Meski telah menjelma kota metropolitan, Jakarta tetap menyisakan sejarah…